Nirkala masih linglung, dia menatap dua orang di depannya- yang sepertinya suami istri tersenyum lembut kepadanya, lalu si istri maju memeluk tubuh Kala erat, "mama kangen banget sama kamu"
Apa? Mama?
Nirkala mengerjap, raut wajah bingungnya terlalu kentara hingga Langit yang berada di belakang kedua orang tuanya terkekeh geli, merasa lucu melihat dedek gemesnya.
Ehm, dedek gemes.
Sejak kapan Niscala punya orang tua? Dia yatim piatu sejak lahir, di besarkan di panti asuhan dan tidak pernah di adopsi siapapun, ingatan terakhirnya hanyalah tentang dia yang berjualan koran sebelum terlindas oleh mobil yang lewat. Tragis, hidupnya memang tidak menyenangkan.
Arman meraih bahu Kala, menatap putrinya dengan sorot lembut, "maapin papa ya harus nganter kamu kesini, kalau kamu udah nerima Mala dan Kaira dengan baik, papa pasti bakal jemput kamu, jangan ngerepotin mama Nindi dan juga keluarga, jadi anak manis, paham?"
Walaupun tidak paham Kala tetap mengangguk-anggukkan kepala.
Arman tersenyum, mengecup kening putrinya lalu berpamitan pergi dengan orang-orang disana, dia tidak bisa berlama-lama karena ponselnya berdering sejak tadi- telfon dari istrinya.
"Kala, ayo masuk ke rumah" Nindi tersenyum, meraih tangan anaknya yang kaku, sedangkan Radit meraih koper Kala dan membawanya masuk.
Mereka sampai di ruang tamu yang sudah tersedia beberapa camilan disana, Kala di bawa duduk di samping Nindi, "Kala, kenalin ini suami mama, namanya Radit"
Kala mendongak, menemukan seorang pria yang tersenyum ramah padanya, wow berapa sih usianya? Terlihat muda sekali dan..... ganteng hehehe.
Belum selesai Kala memandangi pria yang dia yakini bisa di cap sebagai sugar Daddy tersebut, pintu masuk kembali dibuka kencang.
"Mama, Petir pulang!!"
"Kilat juga pulang!!"
Kala menoleh, menemukan dua orang cowok yang dia yakini masih SMA dengan wajah tampan seperti cowok-cowok Eropa yang sering dia lihat di layar televisi.
Petir membulatkan kedua bola matanya, menatap Kala antusias, "dedek gemes!!"
Hah? Apa katanya? Kala melirik aneh, sedangkan petir sudah bisik-bisik dengan Kilat di sampingnya.
"Lucu banget kayak kelinci!!" Bisiknya pada Kilat yang juga memandang Kala.
"Ini anak mama, kenalan dulu sama saudara kalian" Nindi tersenyum, memaksa anak-anaknya untuk mengenalkan diri pada Kala yang sedari tadi tidak membuka suara.
Langit yang sejak tadi terbaikan maju mendekat, "halo dedek, gue Langit panggil aja babang tampan"
Kala meraih tangan Langit, lalu membawanya menuju keningnya, "halo om" ucapnya polos.
Petir dan Kilat cekikikan, sedangkan Langit langsung melotot saat Kala memanggilnya dengan sebutan om.
"Duh dek, gue ini masih 22 tahun, mahasiswa semester 7 yang lagi sibuk skripsi an, doain biar cumlaude hehehe, btw panggil aja babang tampan"
Nindi dan Radit geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak tertuanya, gini giliran petir yang maju, dia menyodorkan tangan menjabat tangan Kala.
"Gue Petir Sadewa, anak kedua ayah Radit, kalau butuh apa-apa panggil gue aja"
Kala menggangguk pelan, lalu tangannya kembali di raih oleh pemuda lain yang paling ganteng dari ketiganya menurut Kala,
"Gue Kilat Arthurian, gue yang paling muda disini sebelum lo datang, so kalau butuh teman main, ajak gue aja, ah iya gue punya hadiah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
H.O.M.E
FantasyHarusnya sih Nirkala terbangun di rumah sakit setelah mengalami kecelakaan maut, dia harusnya terbangun dengan menyedihkan karena tidak ada satu orang pun yang akan datang untuk menjenguk. Namun apa yang terjadi? Dia terbangun di tubuh seorang gadis...