Fajar mulai menyapa,namun seorang gadis masih setia menyelimuti tubuhnya.
'toktoktok...'
"non bangunnn udah siang ini, emangnya non gak berangkat sekolah." ucap bi rusti selaku pembantu rumah tangga Aileen.
Bi rusti Sudah bekerja di rumah Aileen selama 13 tahun,dan Aileen sudah menganggapnya seperti keluarganya sendiri.
Suara ketukan pintu dari tadi tak kunjung dibuka oleh sang pemilik kamar,Bi rusti yang setia menunggu pemilik kamar sepertinya mulai lelah hingga...
"belum bangun bi?" tanya Sintiyyah dari belakang bi rusti.
"eh.. ibuk, belum buk dari tadi rusti gedor-gedor ga bangun-bangun non Aileennya, pintunya juga dikunci bu." ucap bi rusti pada Sintiyyah.
"yaudah bibi siapin makan aja ya,biar saya yang bangunin Aileen." ucap Sintiyyah lembut.
"Baik bu, kalo gitu rusti kebawah dulu ya bu." ucap bi rusti.
"iyah." jawab Sintiyyah lalu mengetuk kamar Aileen lagi.
' toktoktok.'
"Aileen,bangun nak." ucapnya .
"Aii. udah siang iniii." panggil Sintiyyah lagi tapi masih belum ada sautan sari sang empunya.
Sintiyyah yang sadar bahwa ada kunci serep dilaci depan pun bergegas mengambilnya dan membuka pintu tersebut.
Pintu terbuka dan pemandangan didepannya sungguh mengejutkan, bagaimana tidak dari tadi semua orang berusaha untuk membangunkannya tapi Lihat!Dia tidur dengan sangat pulas berselimut tebal dan tersenyum.
"Astaghfirullah Aileeeennn,cepet bangunn... ini udah siang udah jam 7 nanti kamu telat loohh." teriak Sintiyyah sambil menggoyangkan badan Aileen.
"hah?jam 7!kenapa gak bangunin dari tadi siiiihhhh miii kan Ai telatttt." Ucap Aileen yang langsung bangun dan menuju toilet.
"orang dari tadi dibangunin gak bangun-bangun kok bilang gak dibangunin! gimana sih kamu! liat tuh kakak kamu aja udah berangkat!." ucap Sintiyyah sambil merapihkan tempat tidur Aileen.
Aileen yang mendengar perkataan Sintiyyah lantas berhenti berjalan.
"gausa bahas dia bisa? Aileen gak punya kakak kalo mami lupa."ucap Aileen lirih dan lanjut memasuki kamar mandi.
mendengar perkataan Aileen, Sintiyyah lantas mematung dari tempatnya berdiri.
"maafin mami nak." ucapan Sintiyyah nyaris tak terdengar.
***
Ditempat lain kini Levi dan keluarganya sedang sarapan dengan suasana yang hening,hanya terdengar suara sendok garpu yang berdenting dipiring.
" Levi udah selesai makannya, bun yah levi mau berangkat dulu." Ucap levi sambil bangkit dari duduknya.
"hati-hati ya nak." ucap bunda Anna sembari menerima salam dari levi.
"hati-hati jangan ngebut." ucap Amar dan juga menjabat tangan levi yang menyalaminya .
Amar Salaza, Seorang Ustadz yang memiliki 1 Pondok Pesantren terbesar di Jakarta Selatan, meskipun begitu beliau tidak pernah melarang Levi untuk menjadi sempurna,Amar Salaza memberikan kebebasan kepada Levi, menurutnya Jika nanti Levi sudah mempunyai kesadaran untuk melanjutkan mengurus pesantren yang dimiliki olehnya maka dia akan berubah dengan sendirinya.
"nggih assalamualaikum." ucap levi.
"Wa'alaikum salam." jawab kedua orang tua Levi.
'Brakk..'