Dinda tidak bisa memalingkan wajahnya dari kakel ganteng yang menyelamatkannya tadi. Sampai upacara selesai, ia hanya fokus menatap keindahan kakel osis. Kebetulan setelah pidato lebar dari kepala sekolah, sudah ada papan pengumuman nama siswa-siswi beserta kelasnya.
Saat sampai di papan pengumuman, sudah ramai anak baru yang berkerumun. Dinda yang tidak sabaran mencoba masuk ke dalam lautan siswa lain.
"Woi anj, minggir dulu napa si!" teriak Dinda.
Berkat teriakannya itu, Dinda berhasil mendapatkan tempat untuk membaca daftar nama. Saat melihat kelas MIPA 3, ia tak menemukan namanya. Justru, nama teman SMP nya yang bernama Emmy mendapat nomor 4 di kelas MIPA 3.
"Sialan. Gue gak sekelas sama anak pejabat itu," kesal Dinda.
Akhirnya Dinda mendapati namanya ada di kelas MIPA 1. Setelah mengetahui itu, ia lekas berjalan mencari ruangan 10 MIPA 1.
"Sial, mana gue gak kenal sama anak-anak," gerutu Dinda.
Tiba-tiba dari arah berlawanan seorang siswa berjas yang tak asing bagi Dinda lewat. Wajahnya nampak tergesa-gesa. Karena tidak tahu namanya, Dinda hanya berharap kakel osis itu bisa mengenalinya. Sayangnya kakel itu berpapasan dengan Dinda tanpa menyapa.
"Sialan," umpat Dinda kesekian kalinya.
Setelah hancur harapannya, raut wajah masam terpajang jelas di wajah Dinda. Ia berjalan kesana kemari mencari ruangan 10 MIPA 1. Meskipun sebenarnya dia sudah tahu dan sempat melewati ruangannya. Itu hanyalah modusnya untuk bertemu kembali dengan kakel ganteng. Ia masih berharap dapat ngobrol sama kakel itu.
Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Dinda dari belakang. "Lagi nyari ruang mana dek?"
"Huuanjir!" pekik Dinda terkejut.
Rupanya, di belakang Dinda ada seorang kakel cewek yang sengaja menepuk pundak Dinda. Dinda pun melempar senyum kecut.
"Saya lagi nyari ruangan sepuluh MIPA satu, Kak," jawab Dinda.
"Oalah, ayo kakak antarkan," ajak kakel osis itu.
Dinda mengangguk. Di sekolah bergengsi ini tak heran kalau osisnya ramah. Semua dibimbing sedemikian rupa hingga membuat kesan mutu sekolah yang sangat baik dan berkualitas. Meski begitu, Dinda tidak ingin ikut osis karena dia sadar diri tak akan bisa menjadi orang ramah seperti kakel osis yang sedang berjalan di depannya itu.
Sesampainya di depan kelas 10 MIPA 1, Dinda mengucapkan terima kasih. Belum sempat kakel osis itu menjawab, Dinda sudah masuk ke dalam kelas.
"Kayak pas SMP aja," gumam Dinda.
Sambil celingak-celinguk mencari tempat duduk, dia berjalan mengitari kelas. Beberapa siswa melirik ke arah Dinda.
"Duduk sini aja," tawar seorang gadis yang memiliki rambut pendek.
Dinda mengangguk sambil menebarkan senyum sumringah. "Panggil gue Dinda, salam kenal."
"Gue Deva, salto cuy."
"Woke. Btw, gue tadi telat anjrot. Terus gue ga dibolehin masuk sama kakel cowok yang tinggi banget. Kesel anjir," cerocos Dinda.
"Nah terus kok Lo bisa masuk?"
"NAHHHHH, GUE DITOLONGIN SAMA KAKAK KELAS GUUUAAAANTENG!!!"
Teriakan Dinda membuat seisi kelas menatapnya.
"Sialnya gue belum sempet nanya namanya. Lo tau gak si namanya? Pokoknya dia osis, pas upacara mondar-mandir, terus tinggi."
Deva mengangkat salah satu alisnya. "Mana gue tau. Kan gue juga baru masuk anjir. Lu juga ngasi ciri-cirinya gak jelas. Yang lebih spesifik napa?"
Dinda menghela napas berat sambil menyangga kepalanya.
"Apa ya, cuma ganteng doang si pokoknya."
"YAELAH, BODOAMAT DAH!"
Tidak lama, seorang wanita paruh baya yang memancarkan senyum odol memasuki kelas. "Semuanya tolong tenang."
"Di sini saya akan menjadi wali kelas kalian sampai lulus. Nama saya Nuning Lestari. Bisa dipanggil Bu Nuning. Sekarang giliran kalian memperkenalkan diri satu-satu. Mulai dari yang pojok."
Di kelas MIPA 1 ada 36 murid dan memiliki 18 bangku yang berisikan 2 murid. Kelas ini memiliki satu pintu di sebelah kanan. Satu larik ada 4 bangku. Lalu memanjang kebelakang hingga ada 2 bangku yang tersisa paling belakang. Dan ini bukan soal matematika. Ini tentang Dinda yang duduk di baris ke 2 dari pintu dan nomor 3 dari depan. Di belakang Dinda hanya ada satu bangku.
"Lo pd gak sih ngomong di depan banyak orang?" tanya Deva.
"Tergantung mood sih. Mumpung mood gue lagi bagus liat aja nanti."
Tiba giliran Dinda memperkenalkan diri. Dinda maju sambil menunduk. Saat sampai di depan papan tulis, ia mendongak sambil menghirup napas.
"Halo semuanya salam kenal nama gue Adinda Yudhistira Rahardja. Kalian bisa panggil gue Dinda. Hobi gue nonton anime, dan gue pengen cosplay jadi titan."
"Wibu!" ejek salah seorang siswa yang pake kacamata persegi.
"Diem Lo anj!" seru Dinda.
Seisi kelas pun tertawa kuman alias ketawa tapi kepaksa. Dinda duduk kembali. Karena Dinda duduk di sebelah kanan, dia pun bersampingan dengan cowok.
"Nama Lo bener Dinda?" tanya cowok itu.
~~~
Hayolowwww sapa yang duduk di sebelahnya Dinda? Wkwk. Jan lupa vote dan komen yaw.
Btw aku terinspirasi ceweknya itu cantiknya yang mirip-mirip sama penyanyi Lama Del Rey. Kurang lebih kayak gini ya manteman
Ini link pin nya: https://pin.it/3diXzVw
Oke byeee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinda untuk Gala
Teen Fiction"Kalo bukan kak Artha gue ogah!" Teriak Dinda ketika Gala mengungkapkan perasaannya. Hari-hari berikutnya Gala tetap mengejar cinta Dinda. Dinda yang risih dan jengkel dengan ulah Gala memutuskan untuk mencoba menerima perasaan Gala. Meskipun, den...