"Iyee. Kenapa emangnya?" tanya Dinda.
"Lo inget gue?"
"Lah elo siapa anjir. Ketemu aja barusan." Dinda membuang muka.
"Gue tadi udah kenalan di depan."
"Hem ... , gue gak merhatiin."
"Gue Gala." Cowok itu menghela napas.
"Owh."
"Cuman owh doang?" tanya Gala jengkel.
"Ya terus gue harus gimana anjir?" tanya balik Dinda sambil menatap tajam ke arah Gala.
Gala tidak terdiam. Dia tidak tahu harus berkata-kata apalagi untuk menghadapi Dinda. Tak lama akhirnya Deva balik ke mejanya.
"Seru amat adu mulut sama cowok," celetuk Deva.
"Apaan sih, Dev?"
"Yee, pasti lo gak denger tadi gue perkenalan," tebak Deva.
Dinda hanya nyengir kuda.
"Gue Deva Kirana Cantika. Yeah, panggil gue Deva." Deva menyibakkan rambutnya.
"Oke Dep. Btw nanti kita ke kantin bareng yok," ajak Dinda.
"Gas."
Akhirnya masa perkenalan sudah selesai. Dinda tidak terlalu memperhatikan hal disekitarnya dan sibuk menggambar. Apapun yang diucapkan oleh Bu Nuning, Dinda sama sekali tidak mendengarkan. Tanpa terasa waktu istirahat pun tiba. Jika Deva tidak menyenggol bahu Dinda, mungkin cewek itu gak akan istirahat.
"Woi nyet, serius amat dah. Tegang amat itu muka," celetuk Deva.
Dinda buru-buru menutup bukunya. "Biarin. Yok lah ke kantin."
Di perjalanan ke kantin, Dinda menatap satu-satu orang yang ditemuinya di jalan.
"Woilah, lo gak punya malu apa gimana sih?" tanya Deva.
"Diem, gue lagi serius nyari kakel cogan. Siapa tau ketemu di jalan kan."
"Masih berharap ketemu lagi?" Deva terkekeh.
"Yee, masih satu sekolah itu bukan hal yang tidak mungkin."
"Eh btw, tadi cowok yang duduknya di samping elo kok ngeliatin elo mulu ya. Kayaknya dia suka deh sama elo," celetuk Deva.
"Maksud Lo si Gala?" Dinda melirik genit ke arah Deva.
"Iyeeeeeee."
"Gue sih ga peduli, yang jelas gue cintanya buat ke kakak OSIS yang nyelamatin gue."
Deva menghela napas, "Iyain aja deh."
"Eh, liat-liat." Deva menunjuk ke arah segerombolan siswi-siswi yang mengerumuni sesuatu.
"Mereka lagi ngapain tuh?" sambung Deva.
"Hadehh, pake nanya. Mending kita langsung liat aja." Dinda menarik tangan Deva.
Ternyata para siswi-siswi itu sedang mengerumuni seorang siswa yang sangat tampan. Siswa yang tinggi dan tidak asing bagi Dinda. Yap, dia adalah OSIS penjaga gerbang yang mengusir Dinda pagi tadi.
Kebetulan osis itu melihat ke arah Dinda. Tapi dia berpura-pura tidak mengenali Dinda. Dinda memutuskan untuk mengurung niatnya untuk menonjok kakel itu.
"Dev, ayo ke kantin. Cuma ada belalang cungkring yang dimintai tanda tangan gajelas," ajak Dinda.
Belum sempat meninggalkan depan ruang kelas yang dikerumuni banyak orang, tiba-tiba para siswi-siswi berteriak histeris dan sangat heboh. Saat menoleh, Dinda mendapati ada kakel osis yang dia cari.
"Kok berhenti, katanya mau ke kantin?" tanya Deva. Karena Dinda diam mematung, Deva pun melihat ke arah yang membuat Dinda diam tak bergerak.
"Itu yang gue cari!" teriak Dinda.
Semua siswi-siswi tiba-tiba serentak menoleh ke arah Dinda. Suasana jadi hening. Cowok yang dimaksud Dinda pun terdiam.
"Kakak," sapa Dinda sambil melambaikan tangan.
Cowok itu pun melambaikan tangannya. "Adinda!"
Tatapan sinis pun tertuju hanya untuk Dinda. Gadis itu berjalan ke arah cowok yang baru saja melambaikan tangan.
"Nama kakak siapa?" tanya Dinda.
"Panggil aja Artha." Cowok itu melemparkan senyuman pada Dinda.
Wajah Dinda seketika menjadi merah karena baru dinotis sama crush nya.
Tiba-tiba Deva datang sambil menarik tangan Dinda. "Woi, gue laper anying. Jadi kantin gak sih?"
Dinda dengan sumringah menjawab, "Ini yang gue maksud!"
Deva berdecak sebal. "Besok lagi bisa. Bentar lagi istirahatnya habis. Gue dah laper, sumpah."
Karena tidak tega melihat temannya yang sedih, akhirnya Dinda memilih untuk mengikuti temannya itu. Ia sebenarnya masih ingin lama ngobrol dengan Artha, tapi apa kata dunia yang tidak mengizinkannya dekat dengan cowok itu.
Hari itu Dinda sangat senang. Meskipun, dia hanya tahu nama panggilan dari Crush-nya. Pulangnya Dinda sedikit terlambat karena mejanya yang berantakan. Tapi dia baru sadar kalau Gala belum beranjak dari bangkunya di kala kelas sudah sepi.
"Lah Lo belum pulang?" tanya Dinda.
"Menurut Lo aja."
"Terserah deh." Dinda mencoba tidak mempedulikan Gala.
Akhirnya Dinda sudah selesai dan bersiap pulang. Saat berbalik badan, Dinda menabrak Gala. Benda yang dibawa Gala terjatuh. Dinda melotot untuk memastikan benda yang dibawa oleh Gala.
"Lo ngapain bawa pembalut anjir?"
Gala buru-buru mengambil pembalutnya yang jatuh. "Gue bisa jelasin."
"Yang bener aja. Dah gila apa gimana nih cowok? Ilfeel banget anjir," batin Dinda.
~~~~
Hayolo Gala ketangkep basah 😂
Jangan lupa vote dan komen ya. Follow juga oke banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinda untuk Gala
Novela Juvenil"Kalo bukan kak Artha gue ogah!" Teriak Dinda ketika Gala mengungkapkan perasaannya. Hari-hari berikutnya Gala tetap mengejar cinta Dinda. Dinda yang risih dan jengkel dengan ulah Gala memutuskan untuk mencoba menerima perasaan Gala. Meskipun, den...