"Udah aku bilang dari awal! Kalo seandainya kamu bikin Bella jadi peringkat 1 di sekolah. Pasti kasus bunuh diri itu nggak akan ada!" Amora berbicara dengan nada tinggi. Wanita itu berjalan menuju ruang tamu, menghampiri suaminya yang duduk di sana.
William menaruh remot TV nya di meja, ia menghelakan napasnya. "Peringkat itu nggak ada hubungannya sama kasus bunuh diri di sekolah."
"Itu bukan bunuh diri!"
"Maksud kamu?" William menatap istrinya dengan tatapan bingung. Seolah baru sadar dengan ucapannya, Amora terlihat kikuk.
"Apa maksud kamu kalo mereka nggak bunuh diri? Kamu tau sesuatu?" William berdiri, mendekatkan istrinya yang semakin terlihat panik.
"Enggak, cuma ya, nggak mungkin aja si, masa peringkat satu bunuh diri." Amora mencoba menjelaskannya walaupun terbata-bata.
"Cukup, nggak usah ngasih alasan yang nggak jelas kaya gitu. Jangan cuma karena kamu pengen anak kita di posisi pertama, kamu menghalalkan segala cara ya, Amora." Wanita itu hanya diam sambil menatap William.
"Kamu tau kan, kalo aku nggak suka kecurangan. Jangan kamu buat sekolah rintisan Kakek aku, tercoreng karena kecurangan kamu."
Mendengar hal itu, Amora terkekeh. Ia bahkan menunduk sambil menahan tawanya, sebelum kembali menatap wajah suaminya. "Yes, you don't know anything about that school. Mungkin kamu nggak sadar, kalo sekolah itu sudah bermain curang di belakang kamu. Tanpa campur tangan aku," ucap Amora dengan wajah liciknya.
"What are you talking about?" William mendelik kebingungan.
"Bukan apa-apa." Wanita itu tersenyum, sebelum pergi meninggalkan suaminya sendirian di sana dengan rasa penasaran yang sangat besar.
🏆🏆🏆
Hari ini, adalah hari pertama ujian semester 1. Seperti biasanya, 1 kelas akan dipisah menjadi 2-3 ruangan. Lagi-lagi Shireen satu ruangan dengan Bella, gadis itu berada tepat di belakang Shireen. Bella memperhatikan gadis itu dengan tatapan sinisnya.
"Ujian dimulai dari sekarang."
Semua orang fokus pada kertas lembar jawabannya, terlihat bahwa Caitline diam-diam menyembunyikan sesuatu dibalik tangannya. Guru yang mengawas hanya diam di meja guru sambil meminkan ponselnya.
Merasa ada yang menendang bangkunya Shireen menoleh, ia melihat Bella yang tengah menatapnya dengan tajam. "Gue tau, itu lo kan?"
"Apanya?" Shireen mendelik bingung. Tanpa sadar, suaranya berhasil menarik perhatian pengawas ujian. "Hei, jangan ngobrol."
Shireen membalikkan tubuhnya. "Nggak usah pura-pura bego," bisik Bella tepat di telinganya.
Shireen menoleh, ia melihat bahwa gadis itu sudah kembali fokus pada soal ujiannya. Shireen kembali mengerjakannya, pikirannya pergi kemana-mana perihal ucapan Bella.
Sialan, gue jadi nggak fokus. Semua ini gara-gara Brastion.
Saat malam, Shireen mengunci pintu kamarnya agar tak ada satupun orang yang mengganggu belajarnya. "Ah! Gue muak belajar!" Shireen menggebrak meja belajarnya sambil berdiri.
"Mending kita me-refresh otak." Shireen tersenyum memikirkan sesuatu.
"Waa!!! Serunya!!!" Gadis itu berteriak sambil merentangkan kedua tangannya di atas motor.
"Vay, pegangan, nanti jatoh lho."
Shireen duduk kembali sambil tertawa, gadis itu memeluk Aiden yang tengah mengendarai motor dengan cepat. "Den, gimana kalo kita makan sate kambing?" tawar Shireen.
Tak ada jawaban dari Aiden, hingga beberapa saat kemudian, laki-laki itu mengiyakannya. "Boleh juga."
Beberapa tempat makan pinggir jalan berjejer dengan rapi, Aiden menghentikan laju motornya tepat di depan penjual sate.
Laki-laki itu melongok melihat Shireen lahap menyantap sate-sate yang mereka pesan. "Vay, pelan-pelan makannya, itu masih ada 10 tusuk lagi kok," ucap Aiden.
"Ehehehe aku laper," kata Shireen sambil meringis, "by the way, sate, makanan kesukaan aku lho."
"Sejak kapan?"
Gadis itu terkejut. "Kamu nggak tau? Parah banget sih." Shireen menyantap satenya lagi dengan perasaan kesal.
"Vay, aku lagi pengen sate kambing deh. Kamu mau nggak?" tanya Aiden saat berada di atas motor.
"Engga, aku nggak doyan. Kalo kamu mau, gapapa. Nanti aku beli sate ayamnya."
"Oh gitu, yaudah."
Shireen berdiri tepat di samping motor Aiden ketika mereka berada di depan rumah gadis itu. "Makasih ya, udah mau temenin aku pergi."
Aiden menggangguk. "Sama-sama, kapan pun kamu butuh aku, pasti aku bakal langsung dateng."
Shireen tersenyum manis, gadis itu memeluk Aiden sambil menggerakkan ke kanan dan ke kiri. "Emm, baik cekali," ucap Shireen.
Terkejut bukan main, tak seperti biasanya Shireen melakukan hal ini. Bohong jika Aiden tak senang, tapi perasaannya diliputi kebingungan. "Tumben banget... nggak biasanya kamu kaya gini, kamu beda banget."
Gadis itu melepas pelukannya. "Apa sih, yang beda? Aku emang gini, mungkin kamu yang kurang kenal aku."
"Vaya yang aku kenal, nggak kaya gini. Kamu jelas bukan Vaya yang aku kenal, siapa kamu sebenernya?"
Gadis itu terdiam, ia menatap Aiden. Terlihat jelas dari sorot matanya bahwa ia ragu. "Maksud kamu aku bukan Shireen apa sih, Den? Jelas-jelas aku beneran Shireen."
"Tubuh kamu emang Vaya, tapi sifat kamu, jelas bukan dia, seakan-akan kamu itu orang lain."
Shireen menundukkan kepalanya, tiba-tiba gadis itu terkekeh. Ia kembali menatap Aiden yang berada di hadapannya. "Perasaan kamu aja kali, mungkin kamu udah cape jadi mikir yang enggak-enggak. Mending sekarang kamu pulang aja, udah malem juga," ucap Shireen.
Aiden menghelakan napasnya. Jika Shireen mengatakan hal seperti itu, itu tandanya ia tak mau melanjutkannya lagi. "Iya kali ya, yaudah aku pulang deh."
Aiden menyalakan mesin motornya, dan bersiap untuk pergi. "Dah!" Shireen melambaikan tangannya pada Aiden, ketika laki-laki itu pergi meninggalkan rumahnya.
Sialan.
Sesampainya Aiden di rumah, ia terbaring di atas kasurnya sambil memikirkan kejadian tadi. Laki-laki itu sangat yakin bahwa dia bukanlah Shireen yang ia kenal. "Siapa dia sebenernya?"
Setelah beberapa saat, terlintas di pikiran Aiden tentang suatu hal. Laki-laki itu langsung membuka laptopnya, ia membuka google untuk mencari sesuatu.
Heh! Gara-gara kelakuan ceroboh lo itu, dia jadi curiga!
Gimana kalo misalkan dia beneran sadar?
Jangan nakut-nakutin, aku beneran takut tau.
Diam kalian, saya tau dia orang yang kaya gimana, jadi tenang aja kalo seandainya dia beneran sadar dan tau.
Kalo sampe dia tau dan ternyata reaksinya berlebihan sampe mengancam keberadaan kita, itu salah lo!
🏆🏆🏆
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Top Ranking [END]
Misterio / Suspenso{Telah terbit di teori kata publishing} Diikut sertakan dalam event PENSI Vol 8 SMA Gardenia, sekolah bergengsi yang diperuntukkan bagi siswa-siswi dari keluarga kaya. Menjadi panggung bagi ketegangan yang meluas ketika serangkaian kematian misteriu...