Perhatian yang berada pada ruangan tersebut seketika menatap ada arah seoramg anak lelaki mungil yang sedang memcoba mengumpulkan nyawanya. Cindy dan juga jinan hanya bisa tersenyum melihatnya
Cindy sangat paham pada saat seperti ini hanya pelukan diirnya yang di cari oleh putra tunggalnya tersebut, dengan cepat cindy kemudian berjalan menuju Nata yang dengan cepat merentangkan tangannya
"Kok tidurnya sebentar? kenapa berisik yah?" tanya cindy pada sang huah hati yang tidal lepas dari arah padangan mata jinan yang masih berada disana.
Nata yang sedang mengumpulkan nyawanya kemudian hanya bisa memeluk cindy dengaan sangat erat. Aran yang melat itu hanya bisa tersenyum saja bagaimanapun juga yang terjadi selama antara dirinya dan jinan atau sang adik dengan sahabatnya tersebut hanya semuah kesimpulan yang jinan ambil sendiri
"Aska masih tidur, sini tidur lagi sama aska aja" ajak chika yang masih setia dengan sang putra yang berada dalam pelukannya
Mata nata tampak mengintari setiap orang yang berada di rungan milik cindy, kemudian matanya memcing sempurna kala dia melihat seorang yang sangat asing baginya
Nata kemudian menatap pada cindy seolah bertanya pada cindy siapa seorang yang sedang duduk tak jauh dari aran tersebut, paham dengan tatapan sang putra cindy kemudian menurunkan nata
"kalau nata mau tau siapa orang tersebut, nata harus tanya langsung pada orangnya, berani?" tantang cindy
Nata kemudian mengangguk serelah tirn dari gendongan cindy, ia berjalan dengan pelan menuju pada aran dan juga jinan yang tampak sedang serius tersebut.
Nata sekilas menatap pada jinan dengan tatapan penuh selidik yang membuat cindy menahan tawanya karena dia melihat jinandalam versi kecilnya sekarang
"Uncel, Uncel siapa? aku baru liat uncle" ujarnya yang membuat seisi ruagan terkejut, pasalanya mereka kira jika nata tidak akan benar-benar bertanya pada jinan
Jinan kemudian hanya bisa tersenyum saja dan berlutut di hadapan anak kecil yang sebenarnya adalah putranya sendiri.
"Hai, kita baru ketemu yah nata, kenalin Uncel, Jinan" ujarnya dengan santai
Nata mulai menujukan wajah dinginnya "aku nggak bertanya siapa nama uncle, yang aku tanya uncle siapanya mommy? soalnya yang boleh masuk kesini kan Cuma papi aran, opa, sama aunty Kitty" ujar nata yang jelas menginggat siapa saja yang boleh masuk pada ruanga sang ibu
Jinan menatap senyum pada nata, namun cindy tau jika itu adalah sebuah senyum jail yang membuat cindy hanya bisa memutar matanya malas "uncle kan teman mommy juga"
"Teman? mana ada mommy punya teman seperti Uncle. selama ini kan teman mommy kalau engga mami chika, aunty kitty kalau engga kaka indah" ujar nata tidak mau kalah
Jinan semakin tersenyum rasanya dia sudah memiliki teman berdebat sekarang "Uncle teman lama mommy sama papi aran" ujar jinan yang mengikuti gaya bicara nata
"tapi kok aku engga pernah liat Uncle?" tanyanya
Jinan kemudian berdiri dari posisinya dan kemudian berjalan oada sofa yang tadi ia duduki "Uncle teman lama mommy sama papi. kalau kita engga pernah bertemu itu karena uncle harus belajar di tempat yang jauh"
Jinan tersneyum kala melihat wajah serius dari sang putra yang sedang mencari sebuah pembenaran, bukan tanpa alasan jinan membiarkan akan kecil yang tengah dalam masa kritis itu bertanya apapun yang ada di dalam fikirannya
Sedangkan jinan perlahan berjalan menuju cindy yang berada tak jauh darinya. dan cindy dengan senang hati membetulakn kerah dasi jinan yang di longgarkannya tadi
"JANGAN PEGANG MOMMY AKUUUUUU......" Teriakan dari Nata berhassil membuat semua orang yang ada disana terkejut bahkan aksa yang sedang tidur terkejut yang menbuat chika dengan cepat menidurkannya lagi.
"Nataaa" tegur cindy dengan pelan
Nata dengan cepat berjalan menuju cindy dan berdiri di depannya seolah-olah dirinya melindungi cindy dari jinan
"Jangan pernah pegang-pegang mommy aku! Nanti pukul uncle mau?! aku kan bisa berkelahi" ujar nata
Jinan menatap pada nata "Oh ya? wah kebetulan sekali uncle juga jago berkelahi, kamu pasti kalah sama uncle deh" ujar jinan yang tersenyum simpul
merasa tertantang, Nata menatap jinan dengan penuh permusuhan "uncle pokoknya engga boleh deketin mommy aku. atau nanti aku bilangin uncle ke daddy aku!" ujar nata dengan lantang yang membuat seisi rungan tersebut mejadi hening.
Bukan hanya itu saja, senyum jinan yang tadinya merekah dengan cepat memudar kala ia menyadari sanga putra tidak menyadari jika orang yang berdiri di hadapannya sekarang adalah ayah kandungnya
Entah apa yang bisa jinan ungkapkan, namun yang jelas ucapan yang di berikan oleh nata adalah sebuah penolakan yang sangat jelas. Jinan seketika berfikir jika di tolak oleh anak sendiri rasanya sangat sakit daripada dahulu saat ia menyakinkan cindy untuk bersama dengan dirinya
"Nata.." teguran cindy yang terdengar tegas yang menandakan jika kali ini sikapnya sudah melampaui batas
Jinan memberikan kode bagi cindy untuk tidak memarahinya dan kemudian setelahnya dia pamit keluar dari rungan tersebut menyisakan Cindy, Nata dan juga Aran yang sedang berada disana
Melihat sang ibu yang menatapnya tajam, nata sadar jika dirinya baru saja membuat sebuah kesalahan, namun yang tudak dia pahami, dimana letak kesalahanya?
Paham dengan kondisi yang ada, aran dengan cepat mengambil alih keadaan agar cindy tidak benar-benar memarahi sang putranya tersebut
"Nata, Ikut papi yuk kita jajan Ice Cream, kayanya enak banget makan Ice Cream siang-siang gini" ujar aran yang mendapati anggukan dari chika dan membuat dua orang tersebut keluar dari rungan milik cindy
"Jangan kamu marahn dia cind, Nata engga salah. Lagipula apa yang salah dari pertanyaan yang di nata? nata selala ini engga pernah melihat jinan cind" ujar chika
"Tapi Chik, kalau respons dia kaya gitu gimana mau kasih tau kalau misalnya Jinan itu adalah ayah kandungnya" ujar Cindy yang bersedih
"HAH... JADI BUKAN GITO AYAH KANDUNG NATA?" ujar seorang wanita yang baru saja masuk kedalam ruangan milik cindy tersebut, dan dia yakin setelah ini orang tersebut pasti meminta penjelasan darinya
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
AT LAST
FanfictionJatuh cinta dan mencintai adalah dua hal yang sangat penting dalam sebuh hubungan, itulah yang di rasakan oleh Cindy, demi melepas sang kekasih untuk menuju pada kota impiannya Cindy mau untuk menangung semuanya sendirian Menurutnya, Inggris dan Har...