Bagian 11

94 8 2
                                    


Mobil jinan melaju meninggalkan kediaman keluarga cindy menuju rumahnya dia ia menoleh pada bagian sampinganya rasanya masih sangat tidak percaya jika sekarang yang duduk di sampingnya bukan lagi cindy.

Hal itu memang sengaja minta pada cindy agar sang putra terbiasa nantinya, dan cindy juga harus merelakan jika tempatnya kini di tempati oleh sang putra sendiri. Namun, ada rasa aneh yang hingga tentanga bagaimana nanti jika Nata tidak nyaman dengan sebuah kebenaran yang harus dia ketahui.

"Ayo Nata turun" ujar Jinan kala mereka sudah tiba pada kediaman dari keluarga jinan tersebut.

Mereka turun dengan perlahan, dengan jinan yang berada di depan dan siapa sangka jika kehadiran mereka di sambut lengkap oleh keluarga jinan yang sudah menunggunya

"Ka cindy?" ujar seorang yang menanggil dirinya dan kemudian dia berjalan menuju cindy yang sangat terpukau dengan rumah jinan yang sama sekali tidka berunah dari terakhir dirinya berkunjung

Cindy menatap adik dari jinan tersebut "Eve, hai kamu udah besar sekali" ujarnya yang memeluk cindy

"aku kan dikasih makan sama papah mamah mangkanya aku cepet gede ka. Kaka kemana aja?" tanya Eve.

Cindy tersenyum, adik jinan ini tidak banyak berubah meskipun wajahnya kini sudah sangat dewasa.

"Cindy?" seorang wanita lain memanggil cindy dengan tatapan harunya yang membuat keduanya kini berpelukan layaknya anak dan ibu yang sudah tidak bertemu lama, hal itu wajar karena bagaimanapun hubungan yang di jalani oleh keduanya sudah menyangkut pada keluarga mereka masing-masing kala itu.

"Apa kabar sayang? maaf kan untuk kelakuan jinan yang meninggalkan kamu yah. kalau saja saat itu kamu bilang sama mama, pasti mama akan menahan jinan untu tetap bersama kamu sayang" ujar shanju kala melihat seorang anak lelaki yang sangat tampan duduk termenung disana, ah wajahnya menginggatkan dirinya akan jinan kecil rupanya

"Cindy baik mah, papah sama mamah apa kabar? maaf juga cindy engga bilang saat itu karna yang cindy fikirikan adalah jinan pasti akan merasa bersalah dan meninggalkan imoiannya saat itu" ujar cindy

Bobby hanya bisa menatap kagum pada anak dari sahabatnya ini, tidak salah jika putra pertama mereka begitu mencintai wanita ini, padangan matanya mengarah pada anak keci yang sedang duduk disana, ia menatap rumah yang tampaknya asing bagi mereka.

"Hai jagoan, siapa nama kamu?" ujar bobby

Nata menatap bobby dan juga cindy yang berdiri tak jauh dari sana dengan tatapan yang sedikit ada keraguan darinya, hingga sebuah anggukan kecil membuat nata pada jika sang ibu baru saja memberikan jawaban iya padanya

"Namaku, Nata" ujarnya dengan sangat pelan.

Cindy melupkan suatu hal, jika selama ini dia akan selalu berkata jika nata adalah potongan jinan dalam ukuran mini, sekarang cindy baru yakin jika selain anak jinan, nata adalah anaknya yang seikit waktu lebih lama untik beradaptasi dengan hal yang baru, seperti sekarang contohnya

"Nama yang bagus. Kenalin Opa ini Opa Boby" ujarnya dengan senyuman khasnya yang membuat nata bingung mengapa mereka ada disini dan juga kenapa mereka terlihat begitu senang akan kedatang nata dan juga cindy?

"Awas papa.. aku mau main sama nata" ujar Eve yang mengeser paksa posisi bobby kini

"Eve...." tegur pelan Shania

Eve hanya menyungkingkan senyumnya "Maaf papah" ujarnya. Matanya kemudian menatap pada nata "Ayo main sama kaka Eve, kaka eve punya banyak mainan di ruang tengah lho" ujar eve yang membawa nata pada ruang keluarga dan mendengar kata mainan membuat nata dengan cepat untuk mengikuti eve

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AT LASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang