T I G A : Pagi yang indah

1.2K 168 6
                                    

Biasanya saat Kala terbangun dari tidurnya maka ayam-ayam milik ibu kos miliknya akan berkokok kencang, suara mereka terdengar bersahut-sahutan, atau suara pertengkaran suami istri yang berada tepat di sebelah kos nya. Hal seperti itu selalu terjadi saat Kala bangun, dan Kala tidak pernah merasa heran lagi.

Tapi yang terjadi sekarang benar-benar di luar dugaan, dia terbangun tanpa suara ayam juga pertengkaran, kamarnya hening...

Kala mengerjap beberapa kali, lantas melebarkan bola mata saat dia masih berada disini, astaga apakah ini benar-benar terjadi??

Dia menjadi anak orang kaya, cantik, dan juga punya keluarga bahagia.

Catat! dia jadi anak orang KAYA.

Saat Kala masih memikirkan nasibnya, pintu kamarnya di ketuk lalu seorang wanita yang Kala ingat di sebut sebagai mama Nindi itu tersenyum lembut.

"Kala udah bangun? Mandi dulu terus sarapan ke bawah ya?"

Uwaw, jadi seperti ini cara orang kaya memulai hari? Kalau Kala dulu sih boro-boro sarapan, mandi saja dia harus berhemat agar tidak terjadi pembengkakan biaya hidup (sebenarnya dia juga malas mandi sih), lalu setelah itu dia akan menjajakan koran kepada orang-orang yang lewat sampai tengah hari.

Sekolah? Dia tidak punya biaya.

Menuruti wanita tersebut, Kala melangkah menuju kamar mandi, sedikit bingung saat mencoba seluruh peralatan yang ada di dalam sana, biasanya dia pakai gayung sih, tapi sekarang dia cukup tekan-tekan tombol dan air hangat mengalir deras dari atas.

Kala mandi lama sekali, hampir setengah jam, hampir kalap juga mencoba bath up yang ada disana, tubuhnya benar-benar wangi, bersih dan segar. Mungkin Kala bisa mengatakan kalau ini adalah mandi ternyaman yang pernah dia rasakan.

Keluar dari ruang kamarnya, Kala meringis saat melihat lift juga tangga yang tersedia, dia tidak pernah naik lift, jadi dia akan menggunakan tangga untuk turun.

Maaf norak, bisik cewek itu sambil melambaikan tangan pada lift, lalu bergegas turun kebawah.

"Dedek gemes!!"

Kala masih berdiri di pertengahan tangga saat mendengar suara panggilan itu, dia menoleh sedikit terkejut saat melihat cowok semalam, kalau tidak salah ingat namanya Petir.

Petir Sadewa, buset ganteng banget namanya.

"Dedek udah sarapan?"

Kala menunjuk dirinya sendiri, sedikit geli saat mendengar kata 'dedek' dari cowok berbadan tegap di depannya, tapi melihat anggukan Petir, dia segera menjawab, "belum, ini mau sarapan"

"Ayok bareng turunnya kalau gitu dek"

"Semalam kamu ketiduran ya pas Kilat mau ngajak makan malam? Dia cerita semalam"

Ah, jadi Kilat ke kamarnya tadi malam? Pantesan Kala merasa ada yang aneh dengan posisi tidurnya.

"Iya, kecapean"

"Mumpung hari ini weekend tidur aja seharian kan gak sekolah hehehe, eh btw kamu SMP dimana dek?"

SMP? Bukannya Niscala Maharani- Kala sudah mencari tahu semalam bahwa nama tubuh yang dia tempati sekaligus hal-hal lainnya seperti tanggal lahir, alamat, nama orang tua, nik KTP, ukuran sendal, hobi, cita-cita dan lainnya- dan yang Kala ketahui, Niscala ini sudah SMA.

"Aku---"

Belum sempat Kala bicara, kedatangan Kilat membuatnya menoleh, cowok itu mencium pipi kanannya sambil tersenyum, "morning dedek gemes"

Entah kenapa panggilan dedek terlihat manis saat cowok ini yang mengucapkan.

Kala mengerjapkan mata, sedikit terpesona pada Kilat yang kini membuka kulkas lalu meminum air putih langsung dari botolnya.

"Eh gue aduin mama ya, tuang ke gelas dulu baru lo minum!" Petir menegur, mendecak kesal saat Kilat tidak memperdulikan ucapannya.

Lalu seolah belum cukup di buat kesal, kedatangan Langit dengan tubuh penuh keringat membuatnya mendesis, Langit juga ikut meminum air putih langsung dari botolnya, tidak memperdulikan Petir yang sudah berkacak pinggang, siap mengomel.

"Lo berdua emang benar-benar yaaa! Berapa kali sih gue bilangin kalau mau minum itu tuang dulu ke gelas baru Lo minum dari sanaaaa, kalau kayak gitu kan tuh botol bekas congor Lo pada, masih untung kalau gak ada baunya, kalau bau jigong gimana pea?"

Kedua cowok itu tidak peduli, lalu Langit berhenti menoleh pada Kala yang juga memperhatikannya.

"Eh dedek gemes ada disini? Udah mam beyum? Mau mam sama babang tampan mu inikah?"

Kalau yang ini Kala benar-benar jijik, dia memasang raut wajah aneh pada Langit.

"Malah takut dia sama lo om" sahut Kilat menoleh.

Petir menutupi pandangan Kala dari Langit, lalu membalikkan bahu cewek itu, "kita ke meja makan, disini banyak spesies aneh"

Tidak hanya Kala dan Petir namun Langit juga Kilat mengikuti mereka untuk sarapan bersama.

"Mama sama ayah mana deh? Tumben gak ada di meja makan?"

"Masih enak-enak kali hehehe"

Sahutan dari Langit membuat Petir mendesis, "Lang ada dedek gemes woi, masih dibawah umur!"

"Oh iya culi culi dedek gemes"

Kala menyahut sambil memutar bola mata, "aku udah SMA kali, dan udah 17 tahun"

"HAH?!"

Ketiga cowok itu membelalakkan mata, menatap Kala dari atas sampai bawah, lalu saling pandang satu sama lain,

"Kok pendek?!"

Ingatkan Kala untuk tidak melempar piring di depannya kepada tiga orang yang menatapnya dengan eskpresi beraneka ragam.
___________________________

H.O.M.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang