Part 1

99 15 1
                                    

"Kamu dimana?" 

"Please, jawab telepon aku."

"Wit, tolong angkat telepon aku. Atau bales WA aku. Jangan buat aku khawatir." 

"Kamu bilang dimana, kita ketemuan. Aku jelasin semuanya sama kamu, Wita."

"Wit, aku memang salah. Aku jelasin semua. Kasih tau kamu dimana. Please.. "

"Aku cinta kamu, Wita. Tolong kasih aku kesempatan buat ngejelasin."

Wita membaca semua chat dari Frans. Ia menarik napas panjang. Lalu mengembuskannya kasar. Sedari tadi ponselnya terus berdering sampai telinganya berdengung. Percuma, dirinya sudah tidak mau tahu. Sudah jelas semuanya. Pria itu telah menipunya dan itu tidak bisa di maafkan. Wita tertawa hambar. Selama ini dirinya di bodohi oleh pria yang telah menjadi kekasihnya belum lama. Perasaannya sudah mulai terbuka lalu pelan-pelan kembali menutup. 

"Wita, kamu dimana?" 

Ia lalu membuka chat dari Salma, sahabatnya. Wita menghela napas. "Maaf ya, Sal. Sekarang aku lagi pengen sendiri," gumamnya pelan. Ia memeluk kakinya. Ada yang mengetuk pintu apartemennya. Namun, Wita menghiraukannya. Ia sudah tahu jika itu adalah suara Salma. Sahabatnya sedang mencarinya. Ponselnya pun berbunyi tertera nama Salma. Wanita itu berusaha menulikan telinganya. Dirinya belum siap bertemu Salma atau orang lain. Yang dibutuhkannya waktu sendirian untuk menenangkan diri. Hatinya mulai ada perasaan pada Frans dan di bohongi. Itu yang tidak bisa di terimanya. 

Sebelum kejadian siang harinya di sebuah restoran, Wita menemui seseorang. Ia sedang berada di ruko Salma lalu mendapatkan telepon dari orang yang tidak dikenal ingin bertemu dengannya. Awalnya Wita menolaknya. Namun, mendengar nama Frans. Ia menyetujuinya untuk bertemu. Hatinya menjadi bertanya-tanya ada apa? Rasa penasaran menderanya. 

Seorang wanita melambaikan tangannya saat Wita datang ke restoran. Wanita dengan penampilan cantik dan modis. Wita duduk di hadapannya. Wanita itu menatapnya tajam. Melihat Wita dari atas kepala. Tentu saja membuat kening Wita mengerut. Mengapa menatapnya sampai sebegitunya. Batinnya berseru jika ada yang tidak beres. 

"Ada apa?" tanya Wita. "Dan maaf, kamu siapa?" 

"Aku Raisa," Wanita itu menyebutkan namanya dengan nada tegas. Wita terdiam. "Kalian berhubungan?" lanjutnya tanpa basa-basi lagi. "Apa dia nggak bilang, kalau.. " ucapnya terhenti sesaat untuk menunggu reaksi Wita. "Dia sudah menikah?" Wita terpaku dan tubuhnya menegang. "Kenapa diam?" tanya Raisa dengan tersenyum meremehkan. 

"Kamu istrinya?" tebak Wita dengan ekspresi yang masih biasa saja. Ia menutupi semua kekacauan di hatinya. 

Justru wajah Raisa terlihat tidak suka dengan reaksi yang Wita tampilkan. Seolah wanita itu tidak terkejut atau marah. "Ya, aku istrinya." Suasana semakin hening. 

"Dia memang nggak bilang kalau dia sudah menikah atau mempunyai istri," ucap Wita. 

Raisa tersenyum miring. "Dan kamu bodoh mau di tipu dia?" seolah menyindir.

Awalnya ia mencium kecurigaan suaminya yang sering pulang malam dan sulit di hubungi. Ketika dirinya datang ke kantor. Ada seorang karyawan yang memberitahu jika Frans sedang berhubungan dengan salah satu karyawan kantor. Orang yang memberitahu itu tidak tahu jika Raisa adalah istri Frans. Ternyata benar feelingnya selama ini. Raisa meminta nomor Wita dan ingin bertemu. Ia tidak berpikir panjang lagi. 

"Bisa di katakan seperti itu."

"Atau kamu pura-pura nggak tau kalau dia udah menikah?" 

Kini Wita yang terkekeh. "Maaf, aku bukan pelakor yang suka merebut suami orang lain. Mungkin kamu bisa tanyakan pada Frans. Kenapa dia nggak ngakuin kalau dia udah punya istri?" ucapannya langsung membuat jantung Raisa terasa di tusuk pisau detik itu juga. Ia yang ingin menjatuhkan mental Wita. Justru dirinya yang down karena ucapan kekasih suaminya tersebut. "Ada apa dengan rumah tangga kalian?" tanyanya dengan tersenyum miring. Raisa tidak menjawabnya. Wita menatapnya menelisik jika memang ada sesuatu yang terjadi dalam pernikahan mereka. "Aku minta maaf. Aku nggak tau kalau Frans sudah menikah. Tenang saja hubunganku dengannya udah berakhir detik ini juga. Jadi jangan khawatir. Aku nggak mungkin ngejar-ngejar Frans atau lainnya. Aku nggak akan ngeganggu dia. Aku rasa udah nggak ada yang perlu di omongin. Aku pergi," ucapnya sambil berdiri. 

Hold Me Tight ( GOOGLE PLAY BOOK )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang