Wita sedang berleha-leha di ranjangnya. Kepalanya menoleh pada jam dinding yang menempel di dinding. Sudah waktunya makan malam. Pulang dari Nusa Penida, ia kelelahan dan kakinya lecet dan perih. Sepanjang jalan pun pikirannya kemana-mana terutama tentang pria aneh itu. Pria yang bisa melihat kejadian yang akan datang. Dirinya masih tidak percaya. Apa benar pria itu bisa atau hanya kebetulan saja.
Perutnya berbunyi menandakan jika membutuhkan asupan makanan. Wita menghela napas lalu duduk. Ia merapikan rambut lalu menguncirnya asal. Kakinya lebih baik sekarang. Sudah di rendam air hangat. Wita bangun dan kakinya melangkah mengambil tas kecil. Ia akan makan malam di luar. Menikmati angin malam di Bali. Tidak lupa mengenakan kardigan.
Wita berjalan saja tanpa tujuan pastinya. Matanya tertarik dengan sebuah restoran yang dekat dengan pantai. Tidak ragu lagi, ia berjalan mendekatinya. Restorannya bernuansa Bali banyak patung di setiap sudutnya. Wita memilih area luar. Di mana ia bisa melihat deburan ombak. Wanita itu duduk, tidak lama pelayan datang membawakan buku menu. Wita memilih makan malamnya. Restoran tersebut menyediakan minuman dengan tanda kutip juga. Ia memesannya.
"Indah sekali, cuacanya juga bagus." Wita memandangi pantai dengan seulas senyuman. Sejenak menghilangkan semua beban di pundaknya. Ia menjadi melamun.
"Boleh aku duduk di sini," ucap seseorang menyadarkannya. Wita menoleh, seorang pria berdiri di dekatnya. Tanpa di duga, pria itu Nio.
"Ya," ucap Wita refleks. "Oh, boleh."
Nio duduk di kursi kosong sebelahnya. Minuman Wita datang yakni tequila. Nio memandanginya dengan sulit yang di artikan. Namun, Wita tidak ambil pusing. Ia tidak peduli dengan penilaian orang lain. Nio memesan minuman juga ke pelayan.
Wita menyicipnya sedikit. Rasanya puas sekali. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman. Tinggal menunggu makan malamnya. Restoran yang menyajikan masakan western. Nio ikut memandangi tepi pantai. Ombak malam itu sedang kencang. Di sana tidak banyak orang yang datang menjadi hening. Tapi itu yang Wita inginkan. Agar tenang dan bisa menikmati suasana. Minuman Nio datang.
"Kita ketemu lagi," ucapnya membuka obrolan. Ia menyecap minumannya.
"Ya," sahut Wita. Sebenarnya ia tidak nyaman dekat-dekat dengan Nio. Takut pria itu bisa membaca pikirannya. Ingin pergi tapi tidak hati dan lagi pesanannya belum datang.
"Kakinya udah baikan?" tanya Nio.
"Oia, sendal kamu. Ada di hotel, nanti aku kembalikan."
"Nggak usah," ucap Nio tanpa mengalihkan pandangannya ke depan.
"Itu punya kamu. Aku cuma minjem dan itu harus di kembalikan," ucap Wita. Nio tidak menjawabnya. Pasta milik Wita datang. Ia menawarkan kepada Nio sebelum memakannya. Pria hanya bilang terima kasih. Wita langsung melahapnya. "Pasti dalam hati dia ngiler," batin Wita. Ia terdiam sesaat, menyadari jika sedang bicara dalam hati. Pasti pria itu tahu. Dirinya menjadi gelisah duduk bersebelahan dengan Nio. Takut jika membicarakan pria itu yang tidak-tidak. Dan Nio tahu, rasanya ngin kabur saja.
"Kamu nginap di hotel Nikko Beach?"
"Ya,"
"Aku juga di sana."
Perasaan Wita tidak enak. Tiba-tiba perutnya sudah kenyang. Ia meletakkan garpunya di pinggir piring. "Aku udah kenyang," ucapnya pelan. "Aku pergi du-,"
"Jangan takut padaku, aku bukan orang jahat." Pupil mata Wita melebar. Nio menghela napas. "Banyak yang mengatakan kalau aku ini aneh."
"Memang," sahut dalam hati Wita. Sontak ia menutup mulutnya. Takut jika Nio mendengar isi hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight ( GOOGLE PLAY BOOK )
Storie d'amoreTersedia ebooknya di GOOGLE PLAY BOOK & Aplikasi KARYAKARSA. Sekuel TITIK TEMU Wita tidak tertarik dengan pernikahan. Hanya kesenangan yang di inginkanmya dari sebuah hubungan. Hal itu karena trauma yang di sebabkan oleh orang tuanya. Maka, setiap...