6. Pesta

1.9K 216 3
                                    

"Shan kamu yakin soal ini?"

Mobil Gracia berhenti di depan rumah seseorang. Halamannya tidak begitu luas, namun cukup untuk membudidayakan beberapa jenis tanaman disana. Gracia melihat ada sayur bayam yang ditanam dengan teknik hidroponik, ada beberapa bunga juga. Dari sini sudah jelas jika si empunya rumah adalah seseorang yang suka bercocok tanam.

Shani sendiri melihat ke rumah itu dengan hati yang sedikit ragu. Ia belum pernah bertemu dengan orang ini sebelumnya, tapi sepertinya mereka tidak punya cara lain sekarang.

"Ayo masuk, Ge."

Dengan seragam dinas mereka masing-masing, dua gadis itu masuk ke dalam dan melewati jalan setapak yang di samping kanan dan kirinya ada tanaman.

"Permisi!" Shani mengetuk pintu yang terbuat dari pohon mahoni itu beberapa kali. Percobaan pertama masih nihil, Shani pun mencoba lagi dan saat itu terdengar suara langkah kaki yang grusak-grusuk dari dalam rumah.

"Ya! Sebentar!" Gracia kemudian menatap Shani dan memberinya keyakinan pada gadis itu karena sekarang sudah tidak ada jalan untuk kembali.

Seorang pria membukakan pintu dari dalam, nampaknya ia bingung karena tiba-tiba ada dokter dan guru datang ke rumahnya sore-sore seperti ini.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

"Benar dengan Bapak Elang Hartanto?" tanya Shani. Pria itu mengangguk kecil, matanya kemudian melirik pada baju dinas Shani, disana ada pin kecil dimana simbol sekolah SMA 48 ia kenakan. Melihat itu, pria bernama Elang ini tiba-tiba merasa ketakutan dan hendak menutup pintunya.

"Pergi! Saya tidak ada urusan dengan kalian!" Gracia langsung menahan pintu itu agar tidak tertutup sepenuhnya, "Pak, kita hanya ingin bicara dengan anda."

"Pergi!"

"Pak Elang, saya Shani, kami ingin bicara tentang Callie."

Saat Shani mengatakan nama Callie, pria itu lantas berhenti memaksa menutup pintu dan kembali keluar melihat mereka.

"Kami orang kepercayaan keluarganya. Saya dokter pribadi keluarga Nayaka," ucap Gracia memperkenalkan diri.

Kedua gadis itu kini duduk di sebuah gazebo kecil yang berada di samping rumah Elang. Tempat itu benar-benar indah karena dipenuhi bunga yang kini tengah bermekaran. Apalagi cahaya sore hari seakan semakin memancarkan keindahan mereka.

Elang kemudian datang, membawa satu nampan berisi air sirop rasa jeruk dan dua buah gelas kosong.

"Ini pertama kali guru SMA 48 datang mengunjungi saya," ucap Elang saat memberikan minum itu pada mereka.

"Saya Shani, saya guru Bahasa Indonesia pengganti anda, Pak Elang..."

"Panggil Elang saja."

Shani mengangguk, ia kemudian menjelaskan posisinya di sekolah sebagai pengganti Elang mengajar Bahasa Indonesia di kelas 10.

"Apa tujuan kalian kesini? Mau menuntut saya karena Callie?" tanya Elang dengan wajah yang terlihat pasrah.

Gracia dan Shani kemudian saling bertatapan, entah kenapa tapi seperti ada yang pria ini sembunyikan.

"Tidak, Elang. Kami disini...mau bertanya tentang hari itu. Apa benar anda..."

"Memperkosa Callie?" Belum sempat Shani selesai bertanya, Elang memotong, "penjelasan saya tidak akan berubah, Bu. Saya tidak memperkosa Callie. Bahkan ada niat pun tidak."

"Lalu apa yang sebenarnya terjadi di hari itu?" Kali ini Gracia yang bertanya.

Elang menghela napasnya dalam, "kejadiannya waktu pulang sekolah. Saya melewati gedung lapangan basket dan mendengar seorang siswi berteriak, saat saya datang saya melihat Callie tergeletak di tengah lapangan basket dalam keadaan hampir telanjang dada, Bu. Saya pikir dia lelah karena olahraga, tapi tidak mungkin ia sampai melepas bajunya dan terluka seperti itu. Saya kemudian menyuruh siswi yang berteriak tadi untuk mencari bantuan, lalu saya memberi Callie jaket yang saya pakai untuk menutupi tubuhnya. Karena siswi tadi tidak kunjung datang, saya kemudian menggendong Callie menuju ke UKS, berharap petugas masih ada disana dan merawat Callie. Itu saja, Bu."

Gistara [Callie - Ella]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang