13.

403 29 2
                                    

Happy Reading...

Xavier bersandar di pintu, Veronica marah padanya karena masalah status, padahal apa yang Xavier katakan semuanya benar.

Tok.. Tok..

Dengan lelah ia terus mengetuk pintu kamar, tidak menutup kemungkinan jika Veronica sudah tidur karena sudah pukul sebelas malam. Mansion ini mempunyai banyak kamar namun ia ingin tidur memeluk Veronica.

"Ayo buka, di luar dingin.." lirihnya dengan tangan masih setia mengetuk pintu tersebut.

Klik..

Brak!

Pintu sih terbuka tapi tubuh Xavier juga ikut jatuh kebelakang, pria itu meringis merasakan punggungnya membentur lantai.

"Biasa aja bisa gak sih?! Sakit tau gak." Teriaknya beranjak sembari memegangi pinggangnya, namun saat akan masuk kedalam kamar wajah tampannya di timpuk dengan selimut membuat Xavier tersungkur.

"Yak! Berani sekali kau, habis kau malam ini." Murkah Xavier namun pintu Lebih dulu di tutup oleh Veronica, pria itu benar-benar di buat emosi oleh sang istri.

Tidak ada cara lain, ia mengambil kunci di dalam laci dekat pintu. Xavier melupakan kunci cadangan ini, lihat saja ia akan membalas dendamnya kepada Veronica.

Klik...

"Aaaa, Xavier keluar!" Pekik Veronica karena gadis itu sedang berganti pakaian tidur, Xavier hanya bisa mematung melihat tubuh molek Veronica.

Ptak!

Bantal sofa mendarat tepat di bagian wajah Xavier membuatnya sadar dan langsung berjalan kearah ranjang mengabaikan Veronica walaupun tubuh itu mengundang hasratnya namun ia tidak bisa melakukannya jika tidak seizin Veronica.

"Aku tidak akan memperkosa mu, tenang saja." Ucapnya sembari membaringkan tubuhnya, memeluk guling bergambar wajah Veronica.

"Awas saja!" Ancam Veronica memicing menatap Xavier, Dengan tergesa-gesa Veronica mengganti pakaian sedangkan xavier diam-diam mengintip di sela guling.

Pria itu meneguk Salivanya kasar, ia harus bisa menahan hasratnya namun tubuh Veronica sangat menguji imannya.

"Kau berniat menggoda ku?!" Gerutu Xavier duduk di ranjang, Veronica terkesiap mendengar suara Xavier yang sedang menatapnya dengan sendu.

"Hah? Tidak, mungkin kau yang tergoda." Balas gadis itu santai, Xavier mendengus lalu kembali tiduran dan berusaha menghilangkan pikiran kotornya.

Veronica tersenyum licik, Sebenarnya ia tidak ada maksud untuk menggoda Xavier namun Veronica ingin menguji apa ucapan Xavier selama ini benar adanya.

Sepuluh menit Xavier menunggu namun tidak ada pergerakan di sampingnya, ia menyingkirkan guling yang sedari tadi Xavier gunakan untuk menutup wajahnya.

Veronica, gadis itu merebahkan diri di sofa yang ada di dalam kamar. Xavier tentu saja kesal karena ia sedari tadi menunggu tapi. Gadis itu lebih memilih tidur di sofa.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Xavier Dingin, Veronica yang memang belum tidur terkejut saat Xavier menyingkap selimutnya.

"Aku hanya ingin tidur, kenapa?" Tanya Veronica bingung, matanya terbuka dan menemukan Xavier yang Menatapnya datar.

"Tidak usah banyak alasan." Ketusnya lalu mengangkat tubuh Veronica Seperti karung beras membuat gadis itu memekik.

"Yak! Turunkan aku bodoh?!" Pekiknya menggigit punggung pria itu namun tidak membuahkan hasil.

Xavier malah membawanya ke dalam kamar mandi, Veronica berpegangan pada Xavier erat takut Xavier malah menenggelamkan dirinya ke dalam bathtub.

"Apa yang kau lakukan, ini sudah malam!" Protesnya saat Xavier malah mendudukkan dirinya kedalam bathtub yang kosong.

"Kau harus mendapatkan hukuman, sayang.." suara Xavier terdengar mengerikan, Veronica takut dan Hendal melarikan diri namun tubuhnya di kukung oleh Xavier.

"Hukuman apa? Aku tidak membuat salah asal kau tau?!" Veronica menepis tangan Xavier yang memegangi pinggangnya, xavier seakan tuli tidak memperdulikan makian dan cacian Veronica.

Pria itu mencium bibir plum Veronica yang terus mengeluarkan kalimat umpatan dari bibir itu, mencium dengan ganas namun tidak ada balasan dari Veronica yang hanya diam.

"Balas, Veronica." Ucap Xavier di sela ciuman itu berlangsung, Veronica tetap bergeming karena jijik.

"Akhhh!" Pekiknya meringis, Xavier menggigit bibir bawahnya karena ia tidak membalas ciuman pria itu.

Veronica pada akhirnya membalas ciuman itu walaupun kaku dan amatir, Xavier benar-benar menuntun istrinya bagaimana ciuman yang benar.

Veronica menepuk dada Xavier karena ia merasakan kehabisan oksigen, dan dengan berat hati ia melepaskan pangutannya pada bibir plum Veronica yang mencandukan.

"Kau ini apa-apaan sih?! Jijik tau gak!" Cecarnya setelah Xavier melepaskan ciuman itu dan ia langsung menghirup nafas sebanyak-banyaknya.

"Tapi kau menikmatinya kan?" Goda Xavier menaik-turunkan alisnya, Veronica menatap malas Xavier yang terlalu percaya diri.

"Minggir ini sudah malam!" Kesalnya mendorong tubuh Xavier namun tidak membuahkan hasil.

"Bagaimana jika mandi bersama, pasti itu sangat menyenangkan." Ucap Xavier mengelus perut sang istri, dan perlahan tangan itu menyusup masuk kedalam membuat Veronica mati-matian menahan suara laknat yang siap meluncur dari bibirnya.

"Xavier.. ku-kumohon berhenti." Ucapnya gagap, ia mencoba memberhentikan wajah xavier yang sudah di ceruk lehernya.

"Enyah kau Xavier!" Teriaknya yang sudah pasrah, xavier menggigit lehernya membuat Veronica Kembali berteriak.

***

Disisi lain Erland sedang duduk di kursi ruang tamu dengan loli yang tidur di gendongannya, sembari menatap kosong kearah televisi di Depan sana.

Pikirannya kacau, ia memikirkan bagaimana nasib Veronica yang menikahi Xavier pria lumpuh dan sialnya juga miskin.

"Abang harap kamu baik-baik saja." Monolog Erland, ia tidak sungguh-sungguh untuk mengusir Veronica namun rasanya percuma jika ia terus membela  Veronica seorang diri di tengah kumpulan warga yang mengatai adiknya.

"Abang.. puk-puk." Rengek loli, anak itu tidak bisa tidur jika bukan bersama Veronica, namun sekarang situasinya telah berbeda.

"Adek tidur ya, udah malem!" Seru Erland masih setia menepuk-nepuk bokong anak itu, namun loli tetap saja merengek meminta di puk-puk hingga tertidur.

"Abang udah ngantuk dek, ini udah malem mau tidur." Sambung Erland, ini kali pertama untuk loli yang masih terjaga pukul satu dini hari.

"Susu Abang.. loli mau susu."

Erland ingat ada susu kotak simpanan Veronica di lemari dapur, ia langsung kedapur untuk mengambil susu kotak tersebut.

"Susu Abang.." ulang loli merengek, Erland  mengambil susu kotak rasa stroberi itu yang ada di dalam lemari.

Loli segera mengambil susu itu dari tangan Erland, mereka belum makan sedari siang karena Erland tidak bisa memasak dan tidak ada bahan masakan bahkan mie instan saja tidak ada.

Mereka ke kamar, setelah mematikan televisi ia membawa loli ke dalam kamar untuk tidur.

Tidak nyampai sepuluh menit Erland sudah tidur tapi loli masih terjaga, anak itu merasa kesepian tidak ada Veronica. Biasanya jika ia susah tidur atau terbangun tengah malam maka Veronica akan menepuk-nepuk bokongnya sampai ia tertidur atau menggendongnya sampai ia tertidur pulas.

"Kakak..." Lirihnya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

TBC

Fate [Markhyuck] Genderswitch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang