12

1.2K 162 42
                                    

Ayo dong jangan kebayakan sider, masa yang baca udah ratusan bahkan ribuan tapi vote sama komennya sepi, kadang ini juga yang bikin gak semangat up.






••••

Jimin menatap nanar alat tes kehamilan di tangannya, tanganya bahkan sampai gemetar karna tak percaya.

Garis dua, Jimin positif hamil.

Kecurigaannya dua minggu ini benar adanya padahal jauh dalam lubuk hantinya Jimin berharap semua itu hanya prasangka belaka namun takdir berkata lain.

Dulu bahkan saat ia tangah mengalami masa pubertas ibunya selalu mawanti-wanti dirinya agar tak salah pergaulan sebab ia termasuk salah satu lelaki istimewa di dunia ini. Namun, saat berbuhungan dengan Jungkook, Jimin seolah melupakan fakta tersebut dan sekarang ia harus memetik buah dari kelalaiannya yakni; janin di dalam kandungannya.

Kalau sudah begini Jimin bingung harus bagaimana, ia tak sanggup membayangkan kemarahan Tuan Jeon jika ia berkata jujur, alih-alih dikawinkan dengan Jungkook ia malah di usir secara tidak hormat dari sini.

"Maafkan aku Kookie, bukannya aku ingin memisahkanmu dari anak kita namun aku tidak berani menerima kemarahan appa mu" Gumam Jimin sedih.

Jimin sudah putuskan kalau ia akan segara pergi dari mansion tersebut. Katakanlah Jimin pengecut atau apalah sebab ia tidak berani manangggung jawabi perbuatannya. Jimin bahkan sudah tak punya muka pada Tuan Jeon sekarang, ia malu setelah semua kebaikan yang Tuan Jeon berikan kepadanya ia malah mengecewakan pria itu, jadi jalan terbaiknya lebih baik ia segera pergi dari kehidupan Jungkook dan Tuan Jeon kendati dengan berat hati.

Jimin manatap lekat wajah tampan Jungkook yang sudah terlelap selepas menyusu dengannya beberapa waktu lalu.

"Kookie akan menjadi seorang ayah tapi maaf aku tidak bisa memberi tau mu" Ucap Jimin tersenyum getir.

Di arahkan tangan pria itu pada perutnya yang masih datar.

"Sentuhan terakhir sebelum kami pergi, maaf aku membawa kabur anak mu. Semoga kau selalu hidup bahagia setelah ini"

Jimin menitikkan sebulir air mata, tak sengaja jatuh membasahi pipi Jungkook, cepat-cepat lelaki mungil itu manghapusnya.

"Eungh.. kak Jimin"

Jungkook berguman pelan dalam tidurnya tampak mulai terusik karna perbuatannya.

"Shuutt, Tidurlah sayang"

Jimin mengusap bahu pria itu mumbuatnya kembali nyaman memejamkan mata.

"Aku mencintaimu Jungkook" Bisik Jimin lantas mengecup lama kening Jungkook sebelum ia lepaskan kala air matanya hendak jatuh kembali, Jimin tidak mau mengusik tidur Jungkook lagi. 

"Jimin, kau mau kemana malam-malam seperti ini?" Tanya salah satu maid yang mendapati Jimin hendak keluar dari mansion.

Tubuh Jimin tenegang, bahkan tampangnya terlihat sangat terkejut namun cepat-cepat ia memperbaiki ekspresinya agar maid tersebut tidak menaruh curiga padanya. Ia memang tidak membawah apapun antisipasi kalau ada yang memergokinya seperti ini.

"Aku ingin ke Bank, adik ku tiba-tiba menelpon kalau dia sedang butuh uang" Jimin berkilah berharap maid tersebut percaya.

Maid tersebut mengeyit heran. "Semalam ini?" Tanyanya.

"Ada kebutuhan mendadak jadi aku harus mentransfernya malam ini juga" Jawab Jimin berusaha agar tidak terlihat gugup sebab ia jarang sekali berbohong.

Tampak maid tersebut mengangguk-nganggukkan kepala tidak ingin menahan Jimin lebih lama lagi.

Little Space Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang