2

2.5K 277 42
                                    

Seperti yang sudah di sepakati kemarin, kini Sungwoon dan Jimin berada di depan mansion mewah bak istana milik keluarga Jeon.

"Silakan masuk Tuan" Ujar satu maid mempersilahkan Jimin juga Sungwoon memasuki kediaman Jeon.

Keduanya di persilahkan duduk di ruangan khusus, sembari menunggu Tuan besar Jeon datang.

"Gila rumahanya besar sekali, rasanya aku bisa tersesat kalau keliling rumah ini" Ucap Sungwoon dengan tawa jenakanya.

"Kau benar, kamar mandinya mungkin lebih besar dari pada rumah kita" Balas Jimin sambil kerkikik.

Mereka benar-benar kampungan, tadi bahkan saat di suruh masuk oleh maid Jimin dan Sungwoon melepas alas kaki mereka.

Decakan kagum kedua pemuda itu terhenti tatkala Tuan besar datang admosfer setika berubah menjadi begitu awarkd.

"Ehem"

Entah kenapa tubuh kedua pemuda seketika menegang mendengar suara berat Tuan Jeon. Auranya benar-benar dominant.

"Jadi siapa diantara kalian yang akan menjadi babysitter anakku?" Tanya Tuan Jeon tanpa basa basi pada dua pemuda dihadapannya.

"Saya Tuan" Jawab Jimin gugup bukan main.

Tuan Jeon menganggukan kepada.

"Kau pergi dulu" Lanjut pria tua itu sambari menunjuk pemuda di samping Jimin.

Dengan kikuk Sungwoon menyingkir dari sana, berat hati meninggalkan sang teman.

Ditatap begitu lekat oleh Tuan Jeon membuat Jimin kian gugup pun dengan bulir keringat mulai menuruni pelipisnya. Jimin juga bingung kenapa dia bisa segugup ini.

"Kau sudah tau bukan persyaratan untuk bisa menjadi bebaysitter anakku"

Vokalnya berat dan tegas bagaimana Jimin tidak mati kutu coba.

"Persyaratan?" Beo Jimin bingung.

"Jadi kau belum tau?" Tanya Tuan Jeon tak habis pikir.

Dengan polos Jimin mengangguk.

"Bagaimana bisa" Gumam pria tua itu.

"Baiklah aku akan memberi tahu mu, setelahnya kau bisa memutuskan akan meneruskan kerja ini atau tidak" Ucap Tuan Jeon.

"Jika kau sudah terikat kontrak maka kau tidak berhak menolak semua perintah ku. Yang paling penting meski sudah berusia hampir kepala tiga namun ia bertingkah seperti anak kecil. Ia masih suka menyusu- menyusu di sini bukan susu formula namun asi langsung" Jelas tuan Jeon.

"Hah" Jimin tengadah, kiranya salah dengar ucapan Tuan Jeon.

"Kau mengerti Jimin, aku tidak suka mengulang kata" Ucap Tuan Jeon.

Tubuh Jimin menegang pun dengan otaknya yang tak seberapa mencoba mencerna syarat yang di luar nalar itu, telak membuat kepalanya pening mendadak.

"Maaf Tuan, tapi saya seorang laki-laki"

"Bukan masalah besar, kau bisa suntik hormon untuk itu"

Alih-alih paham Jimin semakin bingung mendengar jawaban Tuan Jeon.

Melihat pemuda mungil di hadapannaya tampak linglung Tuan Jeon menghela napas.

"Segara ambil keputusan sebelum kau terikat kontrak. Aku akan membayar mahal untuk itu, jika kerja mu bagus aku akan menambahkan tiga kali lipat gaji mu"

Motorik Jimin masih memproses, jujur Jimin tergiur dengan gaji yang di janjikan Tuan Jeon, namun sedikit ragu sebab syarat yang kedua, dia seorang pria tapi nanti akan menyusui pria lain bukankah itu terdengar sangat aneh. Mengambil pekerjaan ini juga mengambil resiko besar dalam hidupnya sebab setalahnya ia akan menjadi lelaki aneh yang memproduksi asi. Menggelikan.

Little Space Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang