01 Jogging

4 2 0
                                    

rules : jalannya cerita ada di tangan author:)

jgn lupa vote biar author semangat nulisnya dan komen kalo cerita ini bikin kalian sedih, ngakak, seneng, greget, emosi.

***

"SELAMAT PAGI DUNIAAA"
"SEMANGAT PAGI! PAGI PAGI PAGI LUAR BIASAA!!!"

Latasya Maheswari namanya, biasa dipanggil Tasya. Gadis berusia 19 tahun. Baru awal saja, bisa dilihat jika Tasya adalah anak yang kelewat ceria dan kelebihan semangat.

Hari ini adalah hari senin. Hari yang dicap mengerikan. Padahal apa bedanya dengan hari hari yang lain, sama-sama harus melakukan aktivitas bukan? Mungkin karena hari senin datang setelah hari minggu.

Tapi hal itu tidak berpengaruh sama sekali bagi Tasya. Gadis itu malah sudah menyorakkan semangat pagi di jam 05.30 di hari senin. Bagi orang yang baru mengenal Tasya memang akan selalu dicap aneh. Entah apa yang membuat gadis itu selalu tampil begitu sumringah.

"BERISIK ANJER" teriak tak kalah kencang suara perempuan dari arah kamar. Davira Grizelle mengeluarkan aura permusuhan kepada pelaku yang membuat tidur cantiknya terganggu.

"hehehe, Raa ayo bangun, bangun, bangun" Sang pelaku, Tasya malah menampilkan cengiran tak berdosanya dengan posisi masih di depan pintu kamar mandi.

Hembusan nafas lelah Davira keluar, dia mengucek matanya frustasi, mengapa dia harus mempunyai sahabat ajaib seperti Tasya, pikirnya. "Ini baru jam setengah enam pagi Tasya, ya tuhannn lo lupa jadwal matkul kita hari ini jam 08.30, lo mau ngapain jam segini udah cengar cengir kaya gitu? Lo ga cape 3 hari kemaren abis MOS? Udah deh jangan aneh-aneh deh gue masi cape banget buat ngeladenin lo" dengan sekali tarikan nafas Davira berkata dengan nada ngegas frustasinya.

Tasya Maheswari dan Davira Grizelle adalah sepasang sahabat yang sudah menjalin persahabatan dari bangku SMA. Terhitung hampir 4 tahun mereka bersama, tahun ini mereka memutuskan kuliah dan masuk ke Universitas dan fakultas yang sama. Namun dengan jalur dan jurusan yang berbeda.

Tasya jalur beasiswa prodi Manajemen, dan Davira jalur reguler prodi ilmu ekonomi. Mereka sama-sama di fakultas ekonomi dan bisnis. Kampus mereka termasuk Universitas ternama di Ibu Kota.

'WOI JANGAN BERISIK!'

Terdengar suara yang tak kalah nyaring dari mereka berdua dari arah kamar sebelah kost, yang menandakan mereka harus diam atau bersiap mencari kontrakan yang baru alias diusir. Pasalnya ini bukan kali pertama Tasya dan Davira membuat keributan seperti berteriak seperti di hutan.

"Lo si Ra, ngapain juga ngegas kaya gitu. Gue gamau ya diusir dari kost an gara-gara congor lo yang berisik itu" ucap Tasya dengan enteng sambil berjalan ke arah kamar dimana Davira berada.

Davira menatap Tasya dengan pandangan tidak percaya nya, bisa-bisanya Tasya dengan santainya malah menyalahkan dirinya padahal yang memulai adalah Tasya. Tapi karena sudah terbiasa dengan kelakuan ajaib Tasya, Davira memilih untuk mengalah. Seringkali Davira berfikir, kenapa bisa Tasya dengan segala hal ajaib nya bisa mempunyai otak cerdas, tapi tak apa itu tandanya tuhan maha adil.

"Lo ngapain si jam segin udah seger gitu, mana teriak-teriak lagi"

"aduhh davira anaknya om frans, kok lo tolol si, lo ga liat gue udah seksoy kaya mba jennie blekping gini, udah jelas gue pake baju olahraga, ya gue mau olahraga lah, jogging bro jogging, biar badan kita itu sehat di hari pertama kuliah nanti, ayo dong Davira kuu sayang temenin jogging yuk yuk bisa yuk"

Kening Davira berkerut memicingkan matanya, meneliti penampilan Tasya dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Olahraga? Ga salah denger ni gue? Lo? Tumben banget, biasanya juga kerjaannya, makan, tidur, sama ngeluarin ampas doang lo..." ujar Davira yang mendapat delikan tak terima dari Tasya.

"Lo pasti lagi ngerencanain sesuatu kan? Ngaku lo"
Davira sangat yakin pasti ada yang sedang direncanakan oleh sahabatnya itu, mengingat Tasya hampir tidak pernah olahraga, selain karena mapel penjas di SMA dulu.

Yang ditanya malah senyum senyum sendiri, Davira yang melihat bergidig ngeri, takut-takut Tasya ternyata kerasukan hantu kamar mandi.

Belum menjawab pertanyaan Davira, Tasya malah memakai sepatu olaharaga nya. Merasa diacuhkan Davira kembali bersuara "Eh jangan sok ngartis lo, apa yang lo rencanain kutu kupret"

Tasya menyelesaikan tali sepatu terakhir dan berdiri membuka pintu kost nya, namun sebelum melangkah keluar pintu kost dia berbalik ke arah Davira yang langsung terlihat dari kamar, mengingat kost Tasya memang tidak terlalu besar.

"Yang ga ikut, gaboleh tauuu wleee"
terdengar sangat menjengkelkan di telinga Davira.

Setelah mengatakan itu, tanpa babibu Tasya langsung menghilang dari pintu. Tanpa memikirkan tingkah konyol sahabatnya, Davira kembali merebahkan diri dan berniat menyambung kembali mimpi indah yang dirusak oleh Tasya.

---

Sudah sekitar 10 menit Tasya berlari dari kost nya. Karena memang tidak pernah berolahraga 10 menit sangat menguras energinya. Ia langsung meminum air putih yang sudah ia siapkan dari kost. Tasya tidak mengira akan semelelahkan ini.

Tapi mengngingat kembali tujuan utamanya, membuat dia kembali tersenyum semangat. Tidak ada yang tau tujuannya yang sebenarnya.

Hingga tibalah Tasya di depan pagar yang menjulang tinggi dihadapannya. Pagar tersebut adalah pagar rumah mewah atau bahkan sangat mewah bak istana yang ber cat putih gading. Entah apa tujuan Tasya hingga tertarik ke tempat ini.

Dengan celingak celinguk tak bisa diam, ia mencari-cari celah di sekitar pagar dengan hati-hati. Bisa mampus kalau ketahuan security dikira maling. Siapapun yang melihat gerak gerik Tasya saat ini, pasti akan mengira dia akan melakukan tindakan pencurian.

"Kok ditutup si, perasaan biasanya udah dibuka kok"

Saat sedang sibuk dengan kegiatannya, tiba-tiba ada yang memegang bahunya.

"Apaansi jangan ganggu gue deh Ra, gue lagi sibuk" sewot Tasya, dia mengira jika Davira menyusulnya.

Tapi gerakan Tasya berhenti saat menyadari mana mungkin sahabatnya itu menyusul, Davira saja tidak tau tempat ini.

"Mau maling dirumah gue?"
suara berat agak ngebass entah milik siapa menginterupsi Tasya.

'Mampus' batin Tasya. Tubungnya menegang, dengan perlahan ia memutar tubuhnya ke sumber suara. Saat sudah sempurna berbalik, ia mendongak untuk melihat siapa pemilik suara berat seberat berat badan guru matematikanya dulu.

Seketika mulut Tasya menganga lebar, dengan tatapan terkejut sekaligus tatapan memuja bercampur menjadi satu.



"Kok yang ini ga ada jenggotnya?"

ARASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang