- 4 -

0 0 0
                                    

Saat shift malam tiba, seorang anak kecil memasuki ruangan IGD dituntun oleh petugas darurat dengan luka-luka yang memenuhi sekujur tubuhnya. Mary yang sedang menjaga IGD malam itu berlari menghampirinya. "Kamu kenapa, adik? Orang tua kamu dimana?" Anak kecil itu meringis kecil, "K-keluarga aku kecelakaan kak. Saat kita sedang perjalanan ke Bandung, tiba-tiba ada truk yang menggelinding ke arah mobil kita. Aku ngga tau orang tuaku ada dimana." Mary menatap anak itu dengan tatapan prihatin, "Oke, sekarang kita fokus sama luka kamu dulu ya. Coba kakak mau tau, adik namanya siapa?" "Reno, kak", jawab laki-laki mungil itu. "Wow ganteng banget nama kamu, kayak orangnya. Sekarang kakak minta tolong ya, kamu mau bantu kakak ngga?" Reno mengangguk dengan perlahan. Mary pun menunduk dan mulai memukul lutut Reno dengan palu medis secara halus, "Kalau kakak lakuin ini, terasa sakit ngga?" "Sedikit kak, tapi ngga sakit banget." Mary pun meneliti kondisi Reno lebih lanjut.

Setelah semua luka Reno sudah dicek dan didiagnosa, Mary akhirnya mempertemukan Reno dan orang tuanya. Tanpa ia sadari, sepasang mata memperhatikan dia melakukan examinant sedari tadi.

Eric yang tidak bisa menghapus Mary dari pikirannya beberapa minggu terakhir ini akhirnya menyadari dimana ia pernah melihat sosok itu untuk pertama kalinya, bar Johnny's yang baru 3 bulan ini menjadi tempat berkumpulnya dan teman-temannya. Ia mengingat malam itu. Malam dimana ia ditabrak oleh wanita yang sudah terlihat wasted menumpahkan segelas wine ke kemeja putihnya saat dia baru saja memasuki bar itu. Pikirannya kembali kepada betapa lucu raut muka wanita mungil itu saat menunduk berkali-kali untuk meminta maaf kepadanya, yang lalu berakhir dengan badannya yang jatuh ke dekapannya di tengah ramainya bar itu. Badan Mary —yang saat itu kondisinya sudah mabuk— terasa sangat pas di pelukan badan kekar Eric. Wanita yang sama yang mengambil perhatian Eric dari awal dia menginjakkan kaki di bar yang memang terkenal sedang naik daun tersebut, sampai wanita itu terlihat tidak sadar dan harus dituntun oleh teman-temannya untuk pulang.

Dengan senyuman kecilnya, Eric akhirnya berjalan ke arah break room. Ia dipertemukan lagi dengan wanita itu, wanitanya. Dengan tidak sabar ia diam-diam membangun rencana untuk mendekati wanita yang sebenarnya sudah lama singgah di pikirannya. Got you.

Ω

Saat shiftnya sudah selesai, Mary keluar dari rumah sakit dan dengan perlahan berjalan menuju mobil Karin yang sudah berada di parkiran Rumah Sakit Mustika Abadi selama kurang lebih 20 menit. Karin menyempatkan diri untuk menjemput Mary karena ia tahu Mary pasti terlalu mengantuk untuk menyetir sendirian, dan ia juga tahu akan trauma Mary dengan supir taksi. Toh sekalian jalan-jalan, nanti pasti pemandangan yang gue liat cuma tembok putih waktu shift malam, batin Karin. "Suntuk amat muka lo. Capek?" tanya Karin saat Mary memasuki mobilnya dan menutup pintu mobil dengan lemas. "Capek gila. Jaga IGD ternyata riweh juga ya, apalagi kalo pas malem. Berat banget mata gue rasanya ngga mau kebuka lagi," jawab Mary sambil menutup mata. Karin pun terkekeh, "Yah nikmatin aja ya nyet, seneng juga kan lo udah bisa masuk ke RS yang dari awal lo pengenin. Jangan lupa bersyukur." "Iya nyet, bersyukur si bersyukur. Tapi pegelnya aja yang gue belom kebiasaan. Capeknya beda banget dibanding dulu waktu kuliah", jawab Mary masih memejamkan kedua matanya.

Hidung tajamnya tiba-tiba menyium bau bubur ayam Pak Sholeh yang akhir-akhir ini sering ia makan sehabisnya shift malam, "Lo beliin gue sarapan, nyet?" Karin yang lupa akan bubur yang dititipkan oleh mentor seniornya beberapa saat sebelum Mary keluar pun terngangah, "Oh iya, tadi ada yang nitipin buat lo." "Hah, siapa?", tanya Mary. Karin pun terlihat ragu untuk menjawab, sebab sang pemberi memintanya untuk tidak menyebutkan namanya, "Ada dah pokonya, udah lo makan dulu aja biar nanti nyampe rumah bisa langsung hibernasi." Dengan mata yang sudah terlihat sangat sayu, Mary pun menyuapkan satu demi satu suapan bubur Pak Sholeh sampai tidak tersisa sedikitpun.

Sudden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang