Saudara penuh drama

141 34 0
                                    

Diora baru pulang kuliah saat mendengar suara piring dibanting dan teriakan murka dari Yasmin, kakaknya. Tentu Diora hapal suara Yasmin yang sumbang itu.

"Yasmin nggak mau, Pak! Pokoknya Yasmin nggak mau!" raung Yasmin.

Diora dengan santai memasuki area ruang makan meskipun salamnya tak dijawab. Boro-boro mau jawab salam, di dalam saja sedang terjadi perang dunia.

"Kenapa nggak Diora aja yang dijodohin?" tunjuk Yasmin langsung membuat Diora berhenti sejenak. Di sana... Yasmin sudah berurai air mata.

'Dasar dramaqueen!' gerutu Diora dalam hati.

"Dih! Kenapa gue?" jawab Diora kemudian berlalu menuju kamarnya, meletakkan tas dan kembali ke ruang makan, menikmati keributan hari itu sambil makan sayur asem buatan Emak.

"Yasmin udah punya pacar, Paaak. Yasmin cintaaa banget sama dia, tolong jangan pisahkan kami, Paaak!" kali ini Yasmin memohon sambil menangis dan bersimpuh di hadapan Bapaknya yang duduk.

Diora menyaksikan adegan itu sambil geleng-geleng kepala. Yasmin memang dramaqueen sejak dulu. Karena itu mereka tidak akur dan tidak cocok meskipun saudara sedarah.

"Dijodohin aja sama Diora tuh, Pak. Dia kan jomblo sejak dalam kandungan." Lagi-lagi  Yasmine bermaksud menumbalkan Diora.

"Gue masih kuliah, lagian gue ogah kawin muda," jawab Diora.

Yasmin menatap Diora dengan tatapan bengis. Harusnya ia memang tak perlu berharap pada Diora yang sudah terasa seperti musuh baginya. Apalagi untuk hal seserius ini.

"Ndak bisa, Nduk. Ini wasiat Mbahmu. Kamu mau Mbahmu bangkit lagi dari kubur karena wasiatnya ndakdijalankan?" jawab Bapak masih dengan nada kalem. Sejak tadi memang begitu, hanya Yasmin yang meledak-ledak.

Yasmin menggeleng. "Tapi cucunya Mbah bukan cuma Yasmin, Pak. Ada Diora juga, kenapa nggak dia aja?"

Diora memutar bola matanya dengan malas. Kenapa sih dari tadi Yasmin seolah mau menumbalkan dirinya?

Bapak menoleh ke arah Diora sejenak. Lalu kembali menatap Yasmin yang sudah berderai air mata. "Kami sudah sepakat kamu yang akan dijodohkan dengan Arza."

"Ini nggak adil!" Yasmin berteriak murka. Gadis itu mengentakkan kaki meninggalkan adik dan Bapaknya. Yasmin membanting pintu kamarnya dan mengurung dirinya.

Bapak menghela napas. Ia tahu memang tidak mudah untuk membujuk anak sulungnya yang keras kepala itu.

Sementara itu diam-diam Diora bersyukur bukan dirinya yang dijodohkan dengan cowok red flag itu. 

Diora memang tak terlalu mengenal Arza. Wajar saja, meskipun bertetangga sejak lahir, tapi usia mereka terpaut lumayan jauh, hampir sepuluh tahun. Jadi hampir tidak ada hal yang membuat mereka berada dalam satu circle yang sama. Satu-satunya hal yang membuat Diora pernah melirik Arza adalah saat Fatimah menaksir pria itu habis-habisan. Mungkin sekitar lima tahun lalu, saat mereka masih duduk di bangku SMA. Saat itu Arza sudah bekerja, membuat lelaki itu tampak seperti om-om di mata Diora. Setelah Fatimah berhasil pacaran dengan Arza, apalagi hanya tujuh hari. Diora tak peduli lagi pada lelaki itu.

Lalu tiba-tiba nama lelaki itu kembali muncul dalam lingkungan keluarga intinya sebagai calon jodoh Yasmin. Mbak Joyo--kakek Diora memiliki janji tak tertulis dengan Mbah Min-kakek Arza, bahwa mereka akan menjodohkan anak-anak mereka. Sayangnya anak-anak mereka semua berjenis kelamin laki-laki. Maka keduanya sepakat untuk menjodohkan cucu-cucunya. Hingga Mbah Min meninggal lebih dulu, tidak ada pernikahan itu. Waktu terus berlalu, Mbah Joyo seolah lupa dengan janji mereka. Beberapa cucu dibiarkan menikah dengan pasangan masing-masing. Tidak ada wacana perjodohan itu sama sekali.

Sebelum Mbah Joyo meninggal, konon beliau sempat didatangi Mbah Min melalui mimpi untuk menagiih janji tersebut. Merasa berhutang janji dan budi, Mbah Joyo menyampaikan janji tersebut pada anak Mbah Min dan anaknya. Lalu entah bagaimana, Arza dan Yasmin dianggap memenuhi syarat untuk menjalankan wasiat tersebut dari sisi usia dan jenis kelamin.

"Pak, wasiat Mbah cuma berlaku buat satu pasangan aja, kan?" tanya Diora tiba-tiba. Jangan sampai ia bernasib sama seperti Yasmin. Lagipula Arza hanya memiliki satu adik perempuan. Ada sih sepupu Arza yang cowok, tapi masih SMP. Kan nggak lucu kalau Diora dijodohin sama remaja tengil itu.

"Kamu mau dijodohin juga?" tanya Bapak.

"Nggak, Pak. Makasih. Diora cari sendiri aja."

Bapak menghela napas. "Cari sendiri juga nggak dapat-dapat," gerutu Bapak kemudian berlalu meninggalkan Diora yang hanya bisa mencebikkan bibirnya.



Beda FrekuensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang