10. Kamar Biru

6 2 6
                                    


Dari Adel, Rey kemudian mendapat informasi mengenai kontak Fara, ia mencoba menghubungi nomor yang diberikan dengan meneleponnya, jantungnya berdebar menunggu adanya nada sambung, keheningan seakan-akan memekakkan gendang telinganya, tut tut tut, nihil, kemudian ia menyimpan nomor itu ke dalam kontak smartphone-nya dan mengeceknya ke aplikasi whatsapp, tidak ada kontak whatsapp yang muncul, ternyata sudah tidak aktif, sepertinya dia mengganti nomor kontaknya. Satu gelembung besar kembali muncul di kepala Rey.

Dia nggak pernah datang, dan mengganti kontaknya. Apakah Fara sengaja ingin menjauh dariku? Padahal dari cerita Adel, hubungan kami membuat orang-orang lain iri. Astaga. Kenapa bertolak belakang banget sih??

Oh iya, lemon!

"Oh iya, maaf kalau pertanyaan ini terdengar aneh, apakah kamu pernah tau Fara ada hubungannya dengan, emm, buah lemon, Del?"

Rey mencoba mengurangi rasa penasarannya.

"Haa?? Buah lemon?? Gimana tuh? Aku nggak terlalu tau kehidupan pribadi dia sih, Rey. Tapi rasa-rasanya nggak pernah ada liat dia bawa buah lemon ke kelas deh."

"Ah, I see. Okay, Del. Makasih ya, senang akhirnya bisa kontak sama teman sekelas, walaupun aku bener-bener lupa sama aslinya kamu kayak gimana. Next time aku hubungin kamu lagi kalau mau nanya sesuatu, boleh?"

Rey mengambil buah lemon di dekatnya, menggenggamnya dengan tangan kanan lalu mendekatkannya ke wajahnya.

"Sekarang aku tahu siapa nama kamu, Fara. Tapi kenapa kamu menghilang begitu saja sih?" Tanya Rey kepada buah lemon itu.

Ia beranjak mengambil buku jurnal miliknya, lalu mulai menggambar sketsa wajah Fara di dalamnya, informasi-informasi ini ingin ia kumpulkan dalam satu wadah saja agar mudah untuk mengaksesnya, pikirnya.

"Maaf baru balas Rey, hoo tentu saja boleh! Aku akan sangat senang untuk membantu, Rey! Just let me know if you need anything, ok. d(・∀・○)"

Rey tersenyum membaca isi chat itu, melihat respon seperti itu, rasa-rasanya ia bisa membayangkan bahwa dirinya bukanlah orang yang menyebalkan atau tidak disukai sewaktu di kelas. Setelah meletakkan kembali smartphonenya, ia melanjutkan goresan-goresan gambaran pensil di atas kertas jurnalnya.

***

TING!

Suara notifikasi whatsapp di smartphone milik Kris yang lupa ia aktifkan mode heningnya memecah keheningan kelas yang sedang khusyuk mendengarkan paparan dosen yang terkenal killer di Kampus.

"HANDPHONENYA TOLONG DIMATIKAN! Bukannya saya sudah perintahkan dari awal kelas?!" Ujar dosen itu dengan suara lantang. Suaranya yang berat itu terdengar seperti auman singa di antara domba-domba yang sedang menahan nafas agar tidak diterkam.

Beberapa mahasiswa yang duduk di dekat Kris melirik ke arahnya dengan tatapan melotot dan seakan-akan berteriak dengan sangat nyaring untuk memintanya segera mematikan smartphone-nya. Kris yang sedari tadi memang sadar bahwa bunyi nyaring tadi adalah ulah smartphone miliknya segera mengeluarkan smartphone itu dari saku celana, lalu menekan tombol powernya.

Seusai kelas...

"Haiii Kris, maaf yaa aku belum sempat ngucapin makasih langsung sama kamu, mamah bilang yang nganter pertama kali ke RS naik taksi online adalah kamu. Untung ada kamu kemarin, makasih banget loh."

Dari Sena ternyata... Tersungging senyuman lebar dari bibir Kris setelah membaca pesan itu.

"It's OK, Sen. Btw, Gimana keadaanmu sekarang? Kamu sakit apa sih??"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis Beraroma LemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang