#12 Afgan Jail

95 9 0
                                    

"Baca!" Perintah Afgan lirih. Chayra bisa mendengarnya karena tempat duduk lelaki itu di belakang. Afgan yang mengusir pemilik tempat duduk sebelumnya.

Punya lem nggak?
Buat ngelem hati kita biar menyatu

Ia menghela nafas sebelum meletakkan kertas itu di atas mejanya tanpa berniat membalas. Lebih baik
Chayra mendengar penjelasan guru di depan meski suasana hatinya memanas.

"Gimana? Punya lem?"

Merinding bulu kuduk Chayra mendengar suara Afgan yang begitu dekat di telinga. Ia menoleh ke belakang memelototi Afgan yang ternyata sedekat itu dengannya.

"Bisa diem nggak?” sinis Chayra.

Afgan tersenyum, telunjuknya menepuk pipi kanan berkali-kali. “Bisa. Kalau lo cium,”

“Mesum!”

"Aku pindah. Malas duduk di deket kamu!” Chayra membereskan barang-barangnya untuk bersiap pindah tempat duduk. Berada di dekat Afgan akan mengancam kenyamanannya selama pembelajaran.

"Eh, jangan!" Teriak lelaki itu mencegah Chayra.

Semua atensi murid di dalam kelas tertuju pada Afgan, termasuk guru pengajar dan Chayra yang bersikap seolah mengikuti mereka. Gadis itu pintar agar tak ikut dimarahi Bu Ani.

"Kamu anak baru kan? kenapa tidak memperhatikan pelajaran? Suara kamu mengganggu konsentrasi yang niat belajar,” marah Bu Ani.

"Maaf Bu" Jawab Afgan singkat.

Bu Ani mengamati Afgan sejenak.
“Kamu murid baru ya? Kenapa tadi pagi nggak masuk kelas?”

Afgan meringis kuda. “Di UKS, sakit perut Bu.”

“Sakit perut?” tanya Chayra melirik ke belakang dengan senyum smirk.

“Sakit jiwa kali.”

Mulut Afgan sedikit menganga. Berani-beraninya gadis itu mengejek, ternyata penampilan polos bisa menutupi omongan pedasnya.

“Udah marahnya Cha?”

“Asli ngeselin banget, sikapnya itu loh!” Dumel Chayra. Sebuah kertas menu disodorkan padanya dari Teresa.

“Makan dulu biar makin sabar,” kekeh Teresa. Mereka berempat memesan makanan dan minuman, Chayra yang memakan snack ringan mengetahui jika banyak pasang mata melihatnya. Masa bodoh dengan itu, yang penting perutnya terisi.

"Dulu waktu SMP, gue disuruh masuk pondok pesantren, tapi nolak terus sampai mereka capek sendiri ngebujuk," ungkap Teresa mulai bercerita.

"Lagian siapa suruh lo nakal banget?" Sahut Delima. Mereka satu sekolah di SMP dan berteman dekat. Hari itu setelah orang tua Teresa memenuhi panggilan wali murid karena putrinya turut andil dalam tawuran dengan sekolah sebelah. Alhasil Teresa ingin dimasukkan ke pondok pesantren.

Teresa menyengir kuda. “Eh tapi senakal-nakalnya gue nggak senakal anak sebelah,” sindir Teresa.

Namira mengangguk setuju. “Asli itu nakalnya nggak ketolongan!”

“Siapa?” tanya Chayra penasaran.

“Cia anak kelas sebelas. Queen of
trouble disini,” jawab Namira. Delima yang duduk di samping Chayra sontak menyenggol lengan gadis itu.

EFEMERAL [ 𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang