بسم الله الرحمٰن الرحيم***
Aku terburu-buru memakai blazer ku belum lagi ada beberapa panggilan dari teman-teman di luar rumah. Aku berdecak lalu segera keluar untuk mengikuti acara yang aku tunggu-tunggu hari ini!
Ku biarkan rambut gelombang ku terurai dengan panjang sebahu. Tak lupa topi putih yang menghiasi rambutku.
"Kenapa kamu sangat lama?" Tanya temanku dengan raut yang kesal. Aku hanya tersenyum lebar tanpa membalasnya. Aku dan kedua temanku berangkat bersama menggunakan mobil.
Selama perjalanan, aku hanya diam seraya menatapi jalanan kota ini. Tel Aviv namanya. Pusat Kota negara ini. Sudahlah, aku tidak ingin menyebutnya karena aku juga tidak tahu mengapa (?)
"Konsernya sudah mulai! Waktu kami habis hanya karena menunggu mu Mau!" Kesal temanku yang duduk di sebelah kursi kemudi.
"Suruh siapa kalian memaksaku? Padahal aku tidak ingin ikut konser festival sialan ini," balasku seraya melipat kedua tanganku di dada.
"Sudahlah, kita sudah sampai! Ayo turun!"
Dengan sisa rasa kesal ku, aku turun dan keluar dari mobil. Sebenarnya alasan ku tidak ikut karena aku tidak suka keramaian yang begitu menguras tenaga ini. Sialan! Ini bukan tempatku.
Jadi, aku memilih untuk pisah dari ke empat temanku. Aku memilih menjauh ketika orang-orang berkerumunan menuju tempat paling depan dengan penuh hara-huru yang mana hal tersebut membuat telingaku berdenging kencang.
Acara telah berlangsung sekitar dua puluh menit namun aku masih setia bersandar di salah satu pohon yang jauh dari panggung. Aku menatap sekitarku dengan pikiran yang tiba-tiba tak karuan.
BOM!
Tubuhku tersentak kaget dengan degup jantung yang tak karuan. Semuanya terasa begitu cepat! Orang-orang yang berkerumun tadi telah bubar tak karuan seperti semut yang tersiram air. Bom?! Belum sempat melangkah pergi, tiba-tiba kakiku terkena serangan bom itu!
Aku terjatuh! "Akh!" Kaki kanan ku terluka.
"Ikutlah!" Rasa pusing di kepala mulai menjalar, membuatku kehilangan fokus pada sekitarku namun suara ajakan itu terdengar sangat jelas.
Aku mendongakkan kepalaku, menatap samar-samar sosok dengan wajah yang tertutup dan hanya memperlihatkan mata elang yang berwarna biru. Dia ... Bukankah sosok pahlawan negeri musuh? Teroris bukan? Bahaya! Aku harus apa?!!
Aku menggeleng cepat. "NO! Don't touch me!"
"Diam dan ikutlah," ucapnya menggunakan bahasa Arab. Kedua tanganku ditarik lalu dibawa kesebuah mobil yang terlihat seperti tempat persembunyian. Ah aku tidak paham, intinya mereka membawaku ke sana. Lalu sosok pemilik mata elang itu berbisik. "We never hurt you, trust me."
***
Aku berada di sebuah tempat seperti rumah yang memiliki banyak kamar tidak begitu luas. Lelaki bermata elang itu menggiring ku ke salah satu kamar yang terdapat satu ranjang, meja dan kursi.
"Kembalikan aku! Aku tidak mau disini teroris!!" Teriakku tepat di depan wajahnya sehingga ia memejamkan kedua matanya tanpa mengatakan apapun.
Ia menggiring ku duduk di tepi kasur namun sialnya aku nurut tanpa memberontak. Setelahnya ia mengambil infus dan sebuah kapas lalu ia jongkok, tepat di depan kakiku yang terluka.
"Kamu teroris bukan?" Tanyaku dalam bahasa Inggris. Dia masih diam dengan tangan yang terus membersihkan lukaku. Aku meringis pelan.
"Maaf. Tim medis akan segera ke sini," ucapnya dengan suara begitu tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye Maya
Spiritual"Kami di sini hidup dalam kebenaran yang selalu dipandang sebagai kebohongan terbesar. Selalu hidup dibalik kebutaan dunia dari segala kenyataan yang kami dapatkan. Kehancuran, ketidakadilan, hingga pengusiran kami hadapi sendiri diujung pelupuk dun...