Happy reading ya!
***
Aku terus menyusuri tempat ini, tempat dimana aku bertemu dengan Hamzah kemarin. Aku berharap dia ada dan tak lagi menghindari ku lagi.Hasbunallah wani'mal wakiil
Hasbunallah wani'mal wakiil
Hasbunallah wani'mal wakiilLangkah kakiku seketika bergerak pelan saat mendengar suara yang berada di balik pohon itu. Disana ada Hamzah yang tengah memegang sebuah benda kalau tidak salah namanya tasbih. Kaki ku berjalan mendekatinya.
"Hamzah," panggilku pelan membuat tubuh lelaki tersebut tersentak kaget. Hamzah bangkit lalu menarik tubuhku untuk ikut duduk.
"Kamu kenapa disini May?!" Tanyanya dengan suara sedikit naik.
"Ada apa Zah? Kenapa nada bicaramu seperti itu?"
"Bahaya Maya! Pasukan kami akan memberi perlawanan pada mereka tapi kenapa kamu bisa-bisanya ke sini?" Tanyanya dengan tatapan mata yang semakin tajam.
"Aku ... Aku juga tidak tahu mengapa rasanya ingin terus menemui mu, Zah. Maaf," lirihku seraya tertunduk takut. Pasti kedatangan ku sudah membuat Hamzah kerepotan.
Dia berdecak pelan lalu berkata, "bukankah kemarin aku sudah mengatakan untuk tak lagi menemui ku May?"
Aku mengangguk pelan dan kembali menatapnya. "Tapi aku tidak bisa nahan diri aku buat tak menemui mu lagi."
"Tapi keadaan lagi tidak memungkinkan antara tempatku dan tempatmu, May."
Aku bergerak memeluk kedua lutut ku lalu menatap nanar ke depan. "Aku sebenarnya sangat takut di sana, Zah. Aku tidak menemukan kenyamanan lagi. Aku selalu merasa terancam di sana. Mereka semua ... Keji."
"Hasbunallah wani'mal wakiil. Tuhan selalu melindungi mu dalam kebenaran yang sesungguhnya, May. Percayalah."
Kini netraku menatap serta mengunci kedua matanya. "Selain Tuhan yang melindungi ku, aku juga sangat merasa aman di dekatmu, Hamzah."
Ia lagi-lagi menghela nafas panjang, sepertinya sudah cukup lelah mengetahui perasaan ku ini. "May, jika kamu mencintai sesuatu, maka lepaskanlah biarkan dia terbang sesukanya karena nanti, cinta yang sesungguhnya akan kembali berlabuh pada tempatnya."
"Apa itu artinya kamu akan mencintaiku?"
"Maaf May. Itu masih belum ada dalam benakku di saat keadaan yang seperti ini."
Kedua bahuku sedikit merosot namun aku tetap menarik kedua sudut bibirku; menunjukkan senyumku yang sangat lebar. "Berarti, kalau perjuangan mu berhasil, kita pasti bisa bertemu lagi kan? Kamu akan menemui ku kan, Hamzah?" Tanyaku menggebu-gebu.
"Oneday insyallah, May. Aku tidak tahu takdir esok hari apa, namun aku selalu berprasangka baik pada Tuhan akan semua ini karena Tuhan sesuai dengan segala prasangka hamba-Nya."
"Kalau aku berprasangka kita akan hidup bersama nantinya, tidak masalah kan Hamzah?" Tanyaku terdengar begitu lugu namun aku ingin mengetahui jawabannya!
Tiba-tiba Hamzah terkekeh kecil. Wah! Ini kali pertama aku mendengar tawa kecilnya ya meskipun terdengar bukan seperti tertawa, tapi aku suka:)
"Aku tidak mau hidup bersama perempuan yang masih belum mencintai Tuhannya," sindir Hamzah membuatku memberengut kesal.
Bisa-bisanya kembali lagi pada topik tersebut !!!
"Hamzah! Kamu ternyata menjengkelkan juga ya?"
"Ada satu hal yang harus kamu ingat May kalau mau bagaimana pun, aku hanyalah manusia yang juga banyak kurangnya. Jangan pernah memandangku sesempurna itu," balas Hamzah lalu melanjutkan dzikir pada Tuhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye Maya
Spiritual"Kami di sini hidup dalam kebenaran yang selalu dipandang sebagai kebohongan terbesar. Selalu hidup dibalik kebutaan dunia dari segala kenyataan yang kami dapatkan. Kehancuran, ketidakadilan, hingga pengusiran kami hadapi sendiri diujung pelupuk dun...