Goodbye May: 2

61 9 4
                                    

***
Aku diam, merenung menatap gedung pencakar langit di tempatku berasal. Dekat namun terasa jauh dengan tempat yang kali pertama ku pijak beberapa waktu yang lalu.

Kini aku merasa seperti ... Tersesat dalam jeri kebohongan yang aku ketahui selama ini. Tempat ini bukan kehidupan yang sesungguhnya, bukan! Ragaku memang disini, namun jiwa dan hatiku telah tertinggal di Negeri Syam sana. Bagaimana ini? Tuhan ... Maafkan diri ini yang baru menyadari kebenaran-kebenaran Mu itu.

"May!!" Panggilan lelaki di belakang ku membuat tubuhku tersentak. Aku membalikkan badanku, lalu di ambang pintu kamar terdapat sosok lelaki tegap dengan wajah tak jauh berbeda denganku. Ya! Dia kakak lelaki ku yang ternyata juga bebas hari ini.

Aku menyesal karena harus bebas beberapa hari yang lalu. Aku masih ingin tertahan disana. Ini memang gila, namun aku ingin. 

"Ivander!!" Balasku langsung berhamburan memeluk nya dengan tangisan yang pecah. Aku menangis bukan karena kebebasan ini, aku menangis kerena kebenaran yang telah ku ketahui.

Ivander melepas pelukan ku lalu dia menatap wajahku yang nanar ini. "Are you ok, May? Did they hurt you?" Tanyanya seraya menghapus air mataku. Sontak saja aku menggeleng cepat.

"I know the truth that hurt me. I hate this place, Iv!" Lirihku kembali menangis dalam pelukannya.

"I'm too, May. Ternyata kita lah yang hidup dalam dunia penuh kebohongan."

***

Selama puluhan tahun, mereka hidup dalam sebuah kebenaran yang tidak terlihat bahkan tidak dihiraukan oleh dunia ini. Keadilan, kebahagiaan, bahkan ketentraman tidak pernah mereka rasakan.

Hidup di tanah yang penuh penjajahan setiap saatnya sangatlah tidak mudah. Selain rasa gelisah setiap saat, mereka juga butuh keadilan dalam dunia ini. Namun sejauh ini, tidak ada kata lelah dalam membela dan mempertahankan kebenaran mereka para manusia Negeri Syam.

Tangis pilu, kehilangan, kehancuran selalu mereka terima dengan lapang dada namun tekad selalu membara dalam mempertahankan tanahnya disaat dunia buta akan kenyataan tentang Negeri Syam itu.

Demi Tuhan. Aku tidak menyesal hadir pada festival waktu itu karena pada akhirnya aku bisa melihat kebenaran di dalam penjara yang selama ini ku pandang penuh kebencian tiada tara.

"Mereka menemani ku May. Mereka tidak berbicara banyak hal akan kebenarannya namun di dalam sana, aku dapat melihat dan menemukan kebenaran itu sendiri tanpa perlu mereka jelaskan."

"Mereka bukan teroris yang menjijikan seperti apa yang kita lihat sebelumnya, May. Tidak ada teroris yang setiap detiknya menggantungkan diri pada Tuhannya, tidak ada teroris yang memanusiakan manusia. Hati mereka sangat mulia."

Aku dan Ivander sama-sama duduk dengan mata lurus ke depan seraya meratapi dan merenungi apa yang telah terjadi pada kami berdua.

"Dan baru kali ini aku menemukan tempat ternyaman, Iv. Tidak ada tahanan yang di dalamnya terdapat sebuah ketentraman, kenyamanan, dan keteduhan," imbuhku dengan ingatan yang kembali memutar segala kejadian di sana.

Para pejuang yang selalu menemani para tawanan dengan tulus, memberikan kebutuhan, selalu ibadah setiap saat bahkan aku sempat melihat mereka tiada hentinya melakukan kebaikan; sekecil apapun kebaikan yang mereka lakukan.

"Kita harus apa May?"

Aku menggeleng pelan karena aku juga tidak tahu! Kami hidup dalam dunia yang begitu penuh kebohongan bahkan menolak kerasa terhadap kebenarannya. Sekali kami membela kebenaran itu, maka hidup kami akan terancam!

"Tapi aku ingat, Iv kalau apapun keadaannya; kita cukup menjaga kebenaran tersebut dalam hati kita," ucapku.

Tolong jaga kebenaran itu dalam hati kamu. Suara itu kembali melintas dalam benakku.

Bye MayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang