1

71 4 0
                                    

Tanjungpinang, 4 Februari 2017, Pukul 20.00 Waktu Indonesia Barat

Pria tua berambut putih mengilap dengan penampilan dibalut kemeja putih dan jas hitam tersebut tampak keluar dari dalam mobilnya sambil membawa beberapa tas jinjing berisikan benda-benda favorit cucunya.

Dengan terburu-buru dia melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah sampai akhirnya seorang asisten rumah tangga menyadari kehadirannya.

"Bapak? Tumben bapak pulang cepat-"

"Maaf, Bi. Saya sedang buru-buru, ini saya mau balik lagi ke kantor. Tolong berikan ini semua ke Sanika, ya. Oh ya, tas yang warna biru itu isinya untuk Bibi sama Pak Soni, ya. Saya tinggal dulu." Pria itu tergesa-gesa langsung meninggalkan tempat setelah menyerahkan beberapa tas jinjing itu kepada salah satu ART tersebut.

Seorang asisten rumah tangga dengan penampilan sederhana membawa tiga tas jinjing yang berukuran tidak terlalu besar dan dipenuhi dengan berbagai macam benda unik nan bagus yang amat disukai oleh cucu perempuan majikannya.

Dari sana, ART yang bernama Meila tersebut segera berjalan menuju kamar Sanika, jaraknya tak jauh dari sana.

"Nak, Sanika, ini Pak Indra ada bawa hadiah buat kamu." Sahut Bi Meila sembari mengetuk pintu kamar.

"Bibi." Panggil Sanika yang ternyata datang dari arah dapur,  dia tak ada di dalam kamar.

"Oh, Nak, ini dari Pak Indra." Ucap Bi Meila sambil mengulurkan tangannya yang membawa tiga tas jinjing tersebut.

"Nak Sanika habis ngapain di dapur? Kok bukannya di kamar?" Tanya Bi Meila penasaran, sebelum matanya menangkap tangan Sanika yang basah oleh air.

"Sanika tadi cuci piring, Bi." Tukasnya jujur, sambil menerima tiga tas jinjing itu.

"Oalah. Ya udah. Bibi lanjut kerja dulu, ya." Pamit Bi Meila ingin melanjutkan pekerjaannya di dapur yang belum selesai sejak tadi.

"Terima kasih, Bi." Ujar Sanika dibalas senyuman oleh Bi Meila. Setelah Bi Meila hilang dari pandangannya, matanya berbinar-binar saat mengintip isi dari tas itu.

"Ya Allah, Pak Indra baik bener, sampai-sampai juga ngasih ke aku sama Mas Soni." Ucap syukur Bi Meila di dalam hati, merasa senang ketika dia juga mendapat hadiah dari bosnya.

"BUKU!" Sorak Sanika sedikit berteriak, dia langsung menutup mulutnya, takut kalau ada yang mendengarnya.

Menekan gagang pintu ke arah bawah, kakinya melangkah masuk ke dalam kamar rapinya. Saatnya membongkar isi dari ke tiga tas tersebut.

Ya, isinya adalah benda-benda favorit Sanika. Buku tulis, peralatan tulis, dan..  oh, dua buah novel yang sudah lama dia inginkan.

Dirinya tidak terlalu tertarik dengan kedua novel tadi. Dia hanya ingin menulis sekarang juga. Dua novel itu dia letakkan tepat di atas nakas, dan memilih untuk menyibukkan diri dengan buku-buku tulis yang sudah ada di hadapannya.

Terdapat tiga buah buku yang berisikan lima puluh delapan halaman yang terkapar di atas meja belajar berwarna putih kebiruan itu. Tiga buku itu dihiasi dengan sampul yang memperlihatkan karakter dari kartun terkenal. Penampilan buku itu sangat indah dan sampulnya turut menambah estetika.

Seseorang sedang memperhatikan tiga buku tersebut dengan saksama, sembari memainkan sebuah pena hitam miliknya, dia berpikir mencari jawaban, yang lebih tepatnya judul untuk ketiga buku yang ada di depannya itu. Setelah berpikir selama lima menit, terlintas beberapa kata yang sepertinya cocok untuk ketiga buku miliknya itu. Yaitu, Goresan Makna, Diksi Memori, dan Jejak Luka.

Aksi Menemukan JejakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang