prolog

9 3 1
                                    

Dia terdiam saat tamparan itu melayang ke arahnya, wajahnya tetap datar dengan tatapan yang angkuh. Dagunya terus menjulang, seakan mengatakan 'derajatku lebih tinggi darimu sialan!'.

"Anak sialan!" Pria itu geram dengan kesombongan dari anaknya itu. Dengan tak berperasaan ia menyeret anak itu untuk keluar dari rumahnya.

"Pftt ... Bodoh." Gadis itu berdiri tegak dengan tawa yang ia tahan. "Heh! Bajingan tua, fuck you!" ucap gadis itu seraya memberikan jari tengah, setelahnya ia pergi dengan tangan di masukkan ke dalam saku celananya.

Pria itu geram, ia masuk kembali ke dalam rumahnya dengan pintu yang ia banting dengan keras untuk melampiaskan rasa kesalnya.

Gadis itu mengangkat bahu acuh saat mendengar suara detuman cukup keras. Ia terus berjalan dengan santai tanpa tau ia akan pergi ke mana.

"Sialan! Pria itu memblokir semua asetku?!" Gadis itu menggeram marah seraya menendang batu seukuran genggaman tangan hingga mengenai seorang wanita tua.

Wanita tua itu terjatuh dengan darah yang mengalir di kepalanya. Tetapi gadis itu acuh akan hal tersebut dan melanjutkan perjalanannya tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Aku ada untuk menjadi malaikat maut semua orang." Gadis itu tertawa terbahak-bahak dalam gelapnya malam. Rembulan yang saat itu tengah bersembunyi dibalik awan seakan merasakan takut kepada gadis gila itu.

TBC

Apa arti kebahagiaan menurutku? Tentu saja arti kebahagiaan itu disaat aku sudah bebas dari rantai berduri itu dan berlari dengan bebas tanpa memikirkan apapun lagi. __Miranda de' Artemis


31/08/24


Permainan Cinta: Tak SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang