[ TIGA ]

24 5 1
                                    

Satu kata itu terus ia pikirkan.

----------

Setelah memikirkan satu kata itu cukup lama, akhirnya Dewa menyimpan pakaian abad pertengahan itu bersama dengan seruling yang ia pegang ke lemari yang terdapat diruangan itu. Ah... Lebih tepatnya basecamp Dewa.

Brak! Brak!

Suara dobrakan pintu terdengar ditelinga Dewa. Dewa pun langsung menghampiri pintu basecamp nya, lalu membuka kuncinya agar si pelaku dobrakan pintu masuk ke dalam.

Setelah pintu terbuka, pelaku dobrakan terjatuh ke lantai basecamp itu. Tentu saja, tangannya yang jadi korban.

"ASTAGFIRULLAHALAZIM!" Teriak Dewa terkejut melihat Jihan terjatuh.

Dewa langsung membantunya berdiri, dan terlihat jika Jihan meringis kesakitan.

"Oh iya, Dewa. Bisa ikut kami berempat sebentar?" Tanya Dirga yang membuat kedua alisnya Dewa menaut.

"Buat apa, bang?" Tanya Dewa balik ke Dirga. Tentu ia bingung, tiba-tiba saja mereka menyuruh Dewa mengikuti keempatnya.

"Udah ikut aja, bang." Sahut Dion mendorong tubuh Dewa pelan-pelan agar ia berjalan bersama mereka berempat.

Dengan terpaksa, Dewa mengiyakannya. Jujur, Dewa merasa ada yang tidak beres dengan mereka berempat, tapi ia hanya diam walau ia tahu bahwa sesuatu akan terjadi. Akhirnya Dewa mengikuti mereka dengan terpaksa, dan mereka berempat pun membawa Dewa ke suatu tempat.

Saat sampai--

"Eh, kok dipegang seperti ini?!" Tanya Dewa terkejut melihat Dion dan juga Jio memegang kedua tangannya erat.

"Sudah, kamu diam saja." Ujar Jihan, lalu masuk ke ruangan tersebut duluan, lalu diikuti oleh Dirga, dan juga Dion beserta Jio yang memegangi Dewa yang membawanya masuk secara paksa.

Di dalam--

Dion dan Jio melepaskan pegangannya dari Dewa, hingga pemuda itu merasakan pegal ditangannya.

Dewa langsung merenggangkan kedua tangannya karena pegal. Katanya nikmat, kretek gitu.

"Halo, Dewa. Welcome back, and finally we meet again after a long time after the incident when I kidnapped you, Dewa. I'm so glad you came here."

Mendengar suara itu, Dewa langsung menatap kedepan dan terkejut. "K-KAMU?!"

Orang itu bertepuk tangannya sambil berdiri lalu menghampiri Dewa dengan senyumannya yang khas.

"Apa kabar, anak dari pasangan Jonathan Argantara dan Kirana Lestari Argantara?" Tanya orang itu yang membuat Dewa memalingkan wajahnya agar tidak menatap orang itu.

Melihat Dewa yang hanya diam, orang itu mengelus rambutnya dengan lembut sambil tersenyum, "Tenang, aku tidak akan menganggu mu lagi, Dewa. Kecuali empat orang."

Mendengar hal itu, Dewa langsung menatap orang tersebut dengan tatapan yang dingin dan tajam.

"Dasar Pria tua tak tahu diri." Gumamnya.

Mendengarnya, membuat pria itu tersenyum lebar kepada Dewa. "Terserah kamu mau bilang aku apa. Yang pasti, ketiga saudaramu dan juga temannya aku sekap disalah satu ruangan."

Dewa terkejut mendengar omongan pria itu, dan langsung menarik kerah baju pria tersebut dengan erat. "Kamu apakan saudaraku beserta temannya, Viones Vieran Dewantara?"

"Wow wow wow, tenang saja. Aku hanya mengikat mereka, tidak aku siksa seperti menyiksamu dulu." Balas pria yang bernama Viones Vieran Dewantara itu.

Stories of Dewa's PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang