[ LIMA ]

31 4 1
                                    

Silviana menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Tentu saja, sayang."

——————————

Dewa menatap Silviana bertanya-tanya. "Ibu sudah lama menjadi suster disini, Dewa. Ayahmu masih mengurus pacar kamu, Cilvya." Kata Silviana yang seperti tahu kalau Dewa ingin menanyakan kepadanya bagaimana ia bisa menjadi suster dirumah sakit itu.

Dewa menganggukkan kepalanya paham sambil tersenyum tipis. Lalu Silviana bercerita hal lucu yang membawa keduanya tertawa.

Namun, secara tiba-tiba Dewa memegang kepalanya disaat ia tengah tertawa bersama Silviana. Dewa menutup mulutnya, dan tak lama kemudian—

Byur!

Silviana terkejut melihatnya, dan dengan segera menekan tombol yang ada disamping Dewa dengan khawatir. Apa yang terjadi dengan Dewa?

Tak butuh waktu lama, beberapa petugas rumah sakit datang ke ruang tempat Dewa berada. Mereka segera memeriksa Dewa yang tak sadarkan diri setelah kejadian tadi.

"Kamu tenang saja, biar aku yang mengurusnya, Silviana."

Silviana menganggukkan kepalanya, matanya sudah mengeluarkan air mata. Ia takut kejadian yang sama terulang kembali pada Dewa.

Setelah diperiksa, ternyata didalam tubuhnya terdapat sebuah racun yang menyebar dengan cepat. Mungkin racun itu tercampur dengan obat bius di suntikan yang terkena dilehernya. Karena itu, Dewa muntah darah yang membuat dirinya tak sadarkan diri, hingga membuat Silviana terkejut melihatnya.

"Dok, sepertinya saya tahu racun jenis apa ini." Ujar seorang Suster yang menolong sang Dokter.

"Apa itu?" Tanya sang Dokter. "Ini adalah jenis racun yang akan hilang jika korbannya berendam di air hangat yang sedikit panas,"

"Karena saya dulu juga mengalaminya." Final Suster itu.

Dokter itu menganggukkan kepalanya paham. Ia menatap Silviana yang masih menangis menatap kondisi anak angkatnya itu.

"Sayang, tidak apa-apa. Dewa hanya butuh istirahat saja, ya?"

Silviana menganggukkan kepalanya sambil menghapus air matanya yang masih mengalir dari matanya.

"Pi, apa kita daftarkan Dewa ke ISF saja? Biar dia bisa melatih kekuatannya."

Dokter itu terlihat sedang berpikir, dia adalah ayah angkatnya Dewa yakni Yohanes.

"Untuk itu akan aku pikirkan, ya? Kamu tenang saja, Silviana." Balas Yohanes sambil mengelus rambut sang istri.

Skip ke beberapa hari kemudian—

Dewa saat ini sedang berada di sebuah pemakaman, dan ia berdiri disalah satu makam. Air matanya jatuh tanpa seizin dirinya melihat nama dari makam itu.

Jonathan Argantara
born : 27-05-1976
death : 08-10-2019

Kirana Lestari Argantara
born : 23-11-1981
death : 08-10-2019

Tepat disamping kanan kedua makam itu, terdapat makam orang yang ia cintai.

Cilvya Dewantara
born : 02-05-2001
death : 09-12-2019

Tak tahan melihat anak angkatnya yang terus menerus menatap ketiga makam itu dengan berlinang air mata, Silviana mengelus bahunya Dewa yang bergetar.

"Sabar ya, Dewa sayang. Ikhlasin, ya?"

Mendengar ucapan dari Ibu angkatnya, tangisan Dewa mulai pecah, dan langsung memeluk ibu angkatnya. Tentu saja dibalas Silviana. Dirinya tidak tega melihat anak angkatnya itu menangis, dia mengelus rambut sang anak.

Stories of Dewa's PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang