"Luka itu tertutup dengan bab berikutnya, tapi kenangan akan terus menari di atas waktu"
_____________________________________
Bagaimana manusia mendeskripsikan rasa syukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan? Padahal dengan menerima sesuatu yang telah ditakdirkan adalah salah satu hal sederhana dari ungkapan rasa syukur.
Mina adalah salah satu dari miliaran hamba yang dengan gelap mata merasa bahwa takdirnya tidak adil, hanya karena tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Hatinya begitu keras untuk menerima kebaikan demi mengesampingkan ego nya semata.
Orang bilang penyesalan akan selalu datang di akhir, tapi sebenarnya penyesalan telah hadir namun hanya tertutup keangkuhan manusia yang tak ingin mengakuinya.
Memiliki suami yang mapan, memiliki seorang putra dan kehidupan yang berkecukupan, tidak mampu menghentikan niatnya untuk meraih kebebasan.
Sebenernya kebebasan seperti apa yang ia cari, sejatinya bukan kebebasan yang ia inginkan tapi egonya yang terlalu tinggi untuk sedikit merendah.
Tangan lentiknya menekan tombol dengan nomor yang tak memiliki nama, buka sahutan yang ia inginkan melainkan hanya suara operator yang memberi tahu bahwa nomor tersebut sudah tidak digunakan.
Hatinya terasa sakit, ini sudah 15 tahun berlalu. Ia kemudian menoleh melihat bingkai foto yang menampilkan keluarga nya yang tampak bahagia. Suami yang cintanya sama, serta seorang putra dengan senyum sabitnya.
Ia membangun keluarga bersama orang lain, tetapi menghancurkan keluarga bagi putranya sendiri.
___
Jaehyun terdiam, sudah sejauh ini hatinya tidak boleh goyah. Pindah rumah ke kota lain dengan harapan mengubur masa lalu kelam yang tak ingin ia tunjukkan pada putranya.
Memang tidak mudah menyembunyikan semuanya, terlebih bagi pengusaha sukses yang namanya sudah dikenal banyak kalangan.
Ini sudah 15 tahun hatinya masih terkejut ketika pengurus rumah lamanya tiba-tiba memberi kabar yang tak pernah Jaehyun sangka.
Mina mencarinya.
Hatinya masih terlalu sakit mengingat Mina bahkan tak menoleh sedikitpun ke arah bayi mereka yang baru datang ke rumah.
Dan sekarang ia harus mendengar kabar yang bahkan tak pernah diinginkannya lagi.
"Ayah...".
Jaehyun tersenyum melihat rambut yang bergerak lucu serta mata bulat yang menyembul di pintu ruang kerjanya.
Jaemin berlari kecil lantas duduk di pangkuan Jaehyun, ia tersenyum jahil lantas memainkan kancing baju sang ayah.
Perasaan Jaehyun tak enak.
"Besok hari Senin kan ayah?".
Hmmmm
"Katanya tante Rosi mau ikut anter Nana".
Jaehyun tertegun, mendengar bagaimana putranya sangat bersemangat jika menyangkut wanita yang mulai dekat dengannya selama dua tahun belakangan ini.
Tangan Jaehyun tergerak mengelus surai lembut putranya. "Nana seneng mau di anter Tante Rosi?".
Dengan semangat yang lebih muda pun lantas mengangguk.
"Kenapa?". Jaehyun bertanya pelan dengan jari yang masih memainkan rambut putranya.
"Ya karena tante Rosi baik, kaya mamah Seulgi. Suka bikinin Nana bekel, ajak Nana jalan-jalan, apalagi Abang Jake juga baik banget ke Nana". Katanya menggebu.