ー
"Syal merah"
Cuaca tampak sejuk, mungkin karena tumpukan salju yang meningkat di pagi hari.
Kini ia tengah merebahkan diri ditumpukkan salju. Menatap langit yang tampak abu-abu. Tidak ada siapapun disana, hanya ada aku, keheningan dan pohon yang kedinginan.
Ia membetulkan posisi syalnya sejenak, hanya sebuah kegiatan yang tak istimewa namun berhasil membawa menuju ingatan yang berlalu.
' oh ya syal ini.. kalau ga salah ini di beli pas ulang tahunku yang ke tiga-belas.. pas itu dia masih dua-belas tahun.. dia dapat uangnya darimana ya?' pikir (Name).
(Name) tersenyum simpul, memutuskan untuk mengulang sedikit ingatan yang ia simpan beberapa tahun lalu.
-
"KAKAK!! Jalannya pelan-pelan dong! Susah tau, banyak salju gini!" keluh Ubi kecil yang saat itu berusia 9 tahun.
(Name) kecil hanya terkekeh dan mengucapkan maaf pada Ubi. Gadis 10 tahun itu menggandeng tangan adiknya.
"Sini kakak gandeng! Biar nanti kalau kamu mau jatuh ke salju lagi, kakak tangkap!"
Dua bocah kecil itu berjalan menyusuri hutan penuh salju, sesekali mereka hampir jatuh namun mereka saling menolong satu sama lain sehingga tak ada yang terjatuh.
Begitulah nasib mereka, menjadi petualangan di usia yang sangat muda seperti itu bukanlah hal yang bagus, mengingat mereka masih terlalu lugu nan lemah. Tetapi semuanya adalah takdir, dan kini mereka harus melangkah kedepan jika tak mau mati membeku.
Mereka tak punya rumah, tak tahu dimana orang tuanya, tak memiliki apapun kecuali satu sama lain. Sehingga mereka memegang erat lengan satu sama lain, tak ingin terpisah oleh takdir yang buruk.
Lama kelamaan, perjalanan itu mulai mengubah karakter mereka. Ubi kini yang berusia 12 tahun sudah memiliki tekad untuk mandiri, ia sering membantu kakaknya yang tengah bekerja di sebuah kota demi mendapatkan uang untuk perbekalan dan juga mencari pekerjaan sendiri.
(Name) sejujurnya bangga akan sikap adiknya sekarang, tetapi ia selalu dihantui dengan rasa khawatir dengan pilihan yang di ambil Ubi. Hingga sampai pada waktu, dimana Ubi yang diam-diam menyisihkan uang upahnya demi menabung dan membelikan kakaknya sebuah syal merah yang tebal.
Sekarang bukan hanya ia yang memakai syal, kini kakaknya juga. Jadi ia tak perlu takut jika kakaknya sakit lagi karena kedinginan.
Sangat manis, namun berubah ketika mereka menelusuri dunia lebih dalam.
(Name) tidak pernah ingat siapa ayah dan ibunya, begitu pula dengan Ubi. Mereka selalu mencari jalan pulang, berusaha menemukan kehangatan walau hanya sebatas rumah kayu dengan perapian di dalamnya.
(Name) sebagai kakak dari Ubi sangat fokus untuk memberikan kebahagiaan untuk hidup Ubi, ia mudah khawatir dan sering ketakutan ketika Ubi terserang penyakit. Oleh karena itu Ubi adalah prioritas bagi (Name), mengingat Ubi adalah keluarga satu-satunya.
Pernah suatu kejadian (Name) diperkenalkan oleh kelompok teman Ubi yang ternyata ada sekelompok pencopet, setelahnya Ubi di ceramahi habis-habisan oleh (Name) karena takut Ubi terjerumus ke pergaulan bebas dan menjadi anak nakal.
(Name) tidak pernah mengatakan jika dia tidak mempercayai adiknya, tapi Ubi sering merasa begitu. Kekhawatiran (Name) sering membuat Ubi merasa jengkel. Tapi (Name) mengerti mengapa, saat itu Ubi tengah dalam masa pubertasnya, oleh karena itu Ubi selalu ingin mencari jati dirinya.
Hingga Ubi bertemu dengan Kevin, dia adalah kawan pertamanya di dunia aneh dimana terdapat sebuah border yang seperti menutup akses jalan keluar.
Lama-kelamaan mereka berdua seperti mengambil jalan yang berbeda, Ubi ingin mewujudkan mimpinya bersama Kevin. Yaitu membangun sebuah kelompok persahabatan yang malah dikenal dengan sebuah fraksi yaitu; The Warden.
Sedangkan (Name) memilih untuk hanya melihat dari jauh. Mungkin ini saatnya dia melepas Ubi, membiarkan adiknya memilih jalannya sendiri untuk kehidupannya. (Name) tak bisa terus-terusan memaksa Ubi untuk berjalan di belakangnya dan mengikuti semua perintah karena,
Kini ia percaya dengan Ubi.
BRUK!
Tiba-tiba sebuah bola salju mengenai kepala, (Name) yang terkejut langsung duduk bersila dan melihat kearah pelaku yang melemparkannya bola salju tersebut.
"ASEP!!"
Asep tertawa, awalnya ia hanya jalan-jalan sekitar BBC. Namun ia malah menemukan (Name) yang tengah rebahan di antara salju sambil melamun. Tentu itu akan menjadi kesalahan fatal jika terus menerus melakukan itu, bisa saja mati membeku, bisa juga mati terserang monster.
"Ngapain sihh? Mikirin siapa?" ujar Asep, ia berjalan menuju ke arah (Name) dan berjongkok didepan (Name) yang tengah duduk bersila.
"Mikirin kamu.." jawab (Name).
"Beneran?" seru Asep tampak terkejut dengan wajah senang.
"Ga, boong. Ngapain aku mikirin kamu?" jawab (Name) membuat Asep sedikit tertohok.
"Aduhh si tukang PHP ini loh.." ujar Asep.
"Biarin!" jawab (Name).
Asep hanya membalasnya dengan kekehan kecil, tangannya mulai menyibak rambut (Name) sedikit demi sedikit. Jari-jarinya dengan lihai menyingkirkan kepingan salju yang bersarang di rambutnya. (Name) yang terkejut dengan tingkah Asep, langsung menggenggam lengan Asep, menjauhkannya dari kepalanya.
"Kenapa? Aku lagi tanggung jawab bersihin rambut kamu loh?" tanya Asep.
"Gausah, nanti di BBC juga cair," jawab (Name).
Tanpa melepas pegangannya pada lengan Asep, (Name) bangun dari posisi duduk bersila. Ia berdiri dan hendak melangkah sambil menarik lengan Asep, namun Asep malah tidak bergeming.
"Ngapain? Ayo ke BBC," ajak (Name).
Asep mengerjap, dengan bantuan tangan (Name) yang menarik lengannya, Asep dengan mudah bangun dari posisi jongkok.
(Name) langsung melangkah duluan dengan melepaskan pegangannya pada lengan Asep. Namun Asep malah menolak dilepas dan menggenggam tangan (Name) lembut.
Dingin, itulah suhu tangan mereka saat ini. Namun dengan genggaman tangan mereka berdua, rasanya suhu sudah mulai menghangat.
"Ayo ke BBC.. aku mau coklat panas buatan Akari.." ucap (Name).
"Iya ayo.."
-
• TBC
ー゛839 kata

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁rutal 𝐇ardcore 𝐏hase 02 :"𝐊𝐀𝐊𝐀𝐊"
Fanfic📍. ー 𝐊𝐀𝐊𝐀𝐊 #.𝐁rutal Hardcore Phase 02 × 𝐅!𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫 Kisah kakak beradik, yang bersama-sama berusaha memecahkan misteri dari dunia yang mereka pijak. Namun, apakah mereka akan terus bersama? Apakah mereka akan menepati jan...