BAB 5. SELAMAT TINGGAL

0 0 0
                                    

ibu dan ayahnya nawi ada di depan UGD. di tangani oleh 2 doker dan 4 perawat, darah yang banyak keluar dari tangan Nawi yang tidak pernah berhenti di ikat kain oleh baju ibunya yang di sobek memberhentikan darah anaknya, ibu nawi yang memakai baju putih berlumuran darah dan tangannya, ayahnya pun ada darah nawi di wajah nya.

"tuhan selamatkan nyawa anakku." tangisan mengengam tangan tangan nya ibu nawi berdoa.

ayah nawi duduk bersujud mengikuti tubuh ibu nawi dan memeluknya dengan kedua tangannya. " tuhan bantu kami." gumam ayah nawi menangis atas keselamatan anaknya laki-laki satu-satunya.

2 jam pun berlalu dokter yang sudah berumur, keluar dan wajah yang sedih. " maaf wali nawi ?" tanya dokter.

ibu nawi bangun dari sujudnya dan menghadap dokter untuk menanyakan keadaan nawi yang sudah pucat darah keluar banyak.

" bagaimana dok, anak saya?" tangisan ibu nawi.

" maaf ibu dan bapak, orang tua nawi?" tanya balik dokter.

"iya kami orang tuanya." jawab ayah nawi.

" maaf, kami sudah memberikan yang terbaik, anak ibu sudah meninggal dalam perjalanan, saya cek nadi nya sudah tidak ada, sudah saya memberi bantuan pemicu jantung, tetap tidak bisa, karena sudah kehabisan darah jadi nawi meninggal kehabisan darah." jelas dokter.

"NAWI... " teriak ibu nawi masuk kedalam ruangan dan memeluka anaknya sudah tidak bernyawa.

"ya tuhan, maafkan kami yang menjadi orang tua tidak bisa membahagiakannya di titik terakhirnya." teriak ayahnya menangis meunduk.

" pemisi, bapak bisa masuk kedalam melihat anaknya, dan hubungi kami kapan akan di kirim ke rumah untuk nak nawi, sekali lagi maafkan kami yang sudah berusaha pak ibu, saya ikut berduka cita atas kepergian nak nawi." ucap dokter.

" nawi, bangun nak, ini ibu nak... ibu janji ibu janji tidak akan melukai mu lagi beri ibu kesempatan dari kesalahan yang membuatmu menderita lahir di dunia karena lahir di rahim ibu nak .." tangisan dan teriakan bercampur dalam ucapan ibu nawi.

ayah nawi berjalan seperti setengah nyawanya kecabut, berjalan pelan dan mengesekan kakinya karena tidak ada kekuatan lagi berjalan, wajah memerah menahan tangis yang ingin dia ledakan seperti bom atom yang keras, tangannya merahi tempat tidur nawi dan melihat anaknya sudah berwana putih pucat, tangan yang dingin dan wajahnya yang dingin.

ayah nawi meningat awal nawi lahir wajah yang semu merah dan hangat, menangis kencang tangan mungilnya yang merah jarih ayahnya dan ciuman dari ayahnya di pipi nawi kecil, ayahnya ingat awal nawi belajar berjalan di tuntun ayahnya dan membujuk untuk di pangkuan ayahnya, seluluh kenangan nawi melintas di air mata yang sudah menutup mata ayahnya yang sudah tidak bisa menahan emosinya.

" maafkan ayah nak, maakan ayah, ayah terlalu egois sehingga kamu menjadi di dewasa dekat cepat, menghadapi masalah kami dengan cara diam hingga membuat kami benar-benar kehilangan kamu untuk selamanya." tangisan ayah nawi.

suster masuk, untuk memandikan nawi dan akan dimasukan peti mati, jeritan ibu nawi tidak ikhlas anak nya masuk ke peri mati.

" maaf bu, kami akan memandikan dan memasukan peti mati." jelas suster.

" tidak tidak, bawa aku bersamanya di peti mati sus, aku siap mati bersamanya."tangisan ibu nawi memeluknya.

"maaf ibu, ini udah harus di perisapkan, karena kami sudah menyiapkan semuanya." ucap Suster.

perawat lain membawa nawi sesuai prosuder rumah sakit, memandikan dan membungkusnya di peti mati, di bawa ke ambulan dan di kirim kerumah orang tuanya bersama ibu dan ayahnya.

suara sirine berbunyi keras sampai di rumah di pagi hari, Mika yang sudah memkai baju seragam sedang serapan tidak nafsu akan semua yang di sajikan ibunya.

" makan dulu sayang, kamu bisa pinsan kalo ga sarapan." ucap ibu mika.

mika yang tidak menjawab hanya diam kekhawatirannya ke nawi, niat kalo nawi belum pulang mika akan kerumah sakit untuk menjenguknya nanti.

siriner berbunyi kencang dan diam di depan rumah nawi, mika bangun dari kursi nya, berlari ke luar di ikuti ayahnya dan ibu mika yang keluar, mobil ambulan mengeluarkan peti mati, mika teridam membeku melihat peti mati itu adalah nawi, ibu dan ayah nawi saling berpelukan dengan tangisan mereka, mika tanpa sadar airmata keluar dari matanya yang tidak mengedip dengan kejadian ini, teriakan yang menyayat hati, ibu nawi tahu mika sangat menyukai nawi dan berjanji akan menikahinya saat dewasa nanti, ibu mika cepat memeluk mika yang berlari ke arah ambulan.

" lepas bu, nawi nawi.." teriak mika.

" nak, tenang nawi sudah di tempat yang tenang." teriak ibu mika.

" tidak, nawai ga meninggal bu, dia masih hidup, tidak bu, salah." gumam mika yang jatuh ke tanah.

" tenang nak, ibu tahu ibu tahu ini sangat sakit, tapi ini pilihan nawi." jelas ibu mika.

tangisan kencang dari mika terdengar sehingga tetangga lain keluar dan bersedih di pagi hari. rumah nawi penuh dengan tamu, dari sekolah nawi dan mika, teman yang sering membulinya pun diam saja menatap dari kejauhan, penyesalannya membuli saat mengajaknya main bola.

mika yang pinsan di tidurkan di kamar mika, lalu orang tua mika membantu orang tua nawi menyambut tamu, dan keluarga besar, waktu sudah berjalan lama, nawi pun di kuburkan tanpa mika yang masih pinsan memakai baju sekolah di tempat tidur nawi.

mika tebangun dengan atap rumah yang berbeda, matanya masih berair meski sedang pinsan, tangisannya tidak pernah berhenti, mika mencoba bangun dari tidurnya, dia sadar ini di kamar nawi yang sudah setengah berantakan sunyi, tanpa ada suara tamu lagi di rumah nawi.

"kamu tega ninggalin aku." ucap mika memeluk jaket yang sama pernah mika dan nawi beli.

"kenapa, kamu seegois itu ninggalin aku, setidaknya kamu bertahan hidup karena aku, aku tahu dunia berat tapi ada aku yang akan membahagiakan mu di masa depan nanti." teriak mika kesal.

" apa kamu tidak percaya sama aku wi, aku mencintai mu entah sampai kapan perasaan ini akan berakhir, aku berharap cintaku mati bersama mu." mika bergumam.

hebusan angin dalam kamar nawi, mika tahu itu nawi dan mika bangun melihat sekeliling kamarnya, mika mengikuti angin itu ke bawah, hembusan yang membawa mika ke ruang tengah, melihat nawi berdiri membelakangi mika.

"nawi." ucap mika.

" aku tahu kamu tidak mati, kamu masih hidup." jelas mika.

nawi membalikan badannya, senyuman di pasang di wajah nawi yang cerah.

"hiduplah dengan alur nya, maafkan aku yang membuat mu terluka, aku tidak mau egois tapi keadaan memaksaku seperti ini, maaf hanya maaf yang bisa aku ucapkan, aku juga mencintai mu dan akan ku bawa, sampai tuhan tahu aku sudah bertemu dengan wanita yang kucintai, titip ibuku yang ku tinggalkan dengan keadaan terluka, ayahku yang selelu aku rindukan, laki-laki panutan ku yang selalu aku banggakan." jelas nawi.

mika perlahan menghampiri nawi. " aku akan selalu merindukan mu." ucap mika.

"tidak apa, tapi ada cinta baru kamu berhak mendapatkannya, akan ku tunggu di atas sana yah, janji akan selalu bahagia." senyuman nawi.

nawi yang menghilang seperti asap, karena sudah terkubur hingga menjadi kuburan dan nisan, mika berjudud dan memangis sejadi-jadinya.

BERLARI & MENARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang