BAB 11

1.8K 121 3
                                    

Eunseok membaringkan Wonbin ke atas ranjang. Jemarinya menyusup ke balik celana Wonbin dan langsung menyentuh pusatnya. Sentuhan itu membakar sekaligus menyejukkan dan Wonbin langsung mengangkat tubuhnya penuh gairah. Eunseok menundukkan kepalanya, mengecup leher dan pundak Wonbin sambil menurunkan kemejanya, menikmati betapaWonbin menyerah kepada gairahnya.

“Ah sayangku, kau begitu indah.” Eunseok menangkup dad Wonbin di telapaknya, merasakan dan menikmati kelembutan itu. Lalu bibir panasnya turun dan menangkup pucuknya, melumatnya penuh gairah, membuat Wonbin hampir menjerit karena siksaan kenikmatan yang berbaur menjadi satu.

Lelaki itu menurunkan celana Wonbin dan mulai menyentuhnya, dimana-mana, meninggalkan gelenyar panas yang membakarnya. Jemari Eunseok menyentuh analnya dan Wonbin merasakan dorongan yang amat sangat untuk memohon agar Eunseok mau memasukinya.

Dan Eunseok sudah siap, Lelaki itu terasa begitu keras dan panas di bawah sana. Wonbin mendesak-desakkan tubuhnya dengan frustrasi, permohonan tanpa kata.

“Tenang sayangku.” Eunseok mulai terengah, menahan pinggul Wonbin yang bergairah di bawahnya. “Aku akan memuaskanmu sebentar lagi.”

Eunseok menyentuhkan dirinya, dan langsung menggertakkan giginya, melawan dorongan kuat untuk memasuki Wonbin dengan kasar. Wonbin sudah sangat siap menerimanya, tetapi Eunseok bertekad memperlakukannya dengan lembut, memberikan tubuhnya untuk kenikmatan Wonbin.

Ketika kehangatan Eunseok merasukinya, tenggelam dalam tubuhnya yang panas dan basah, Wonbin mengerang dan memejamkan mata. Oh astaga! Rasanya begitu tepat, kenikmatan ini, kedekatan ini yang telah dia sangkal selama ini. Rasanya luar biasa tepatnya!

Mereka bergerak dalam alunan gairah yang keras, berusaha memuaskan gejolaknya sendiri-sendiri. Sampai akhirnya tubuh Wonbin terasa melayang, mencapai puncak kenikmatannya didorong oleh rasa klimaks yang begitu dalam. Ketika mendengar erangan, Eunseok mengikutinya. Menyerah dalam orgasme bersamanya.

***


Ada yang berbeda dalam hubungan mereka. Wonbin menyadari pagi itu, mengingat senyum lembut Eunseok ketika Wonbin terbirit-birit kembali ke kamarnya ketika hari hampir menjelang pagi. Terutama perasaan Wonbin ke Eunseok, ada yang berubah.

Ternyata selama ini dia juga frustrasi oleh gairah yang tertahan, sama seperti yang dirasakan Eunseok. Dan ketika semalaman mereka saling memuaskan gairah masing–masing, pagi ini perasaannya luar biasa bahagia. Wonbin bahkan merasa ingin bersenandung.

Pagi ini, karena Eunseok biasanya sudah berangkat bekerja jam-jam segini. Wonbin memutuskan untuk mengisi waktunya dengan menjelajah seluruh isi rumah. Dia memutuskan untuk menjelajahi area sayap kanan rumah yang besar itu. Tanpa di temani siapapun, Wonbin menyusuri lorong-lorong, ruangan demi ruangan, sampai akhirnya tiba di ujung lorong, dengan dinding yang sepenuhnya terbuat dari kaca, memantulkan cahaya matahari ke seluruh lorong dan pemandangan yang luar biasa indahnya di balik kaca. Pemandangan kebun mawar berwarna merah tua yang merambat dan memenuhi taman kecil di sana.

Wonbin terpesona hingga hampir sesak napas. Dia berdiri cukup lama di depan taman itu, lalu kemudian mengerutkan keningnya ketika menyadari, bahwa sayap kanan rumah ini, meskipun tampak bersih dan terawat, tampaknya hampir tidak pernah digunakan.

Wonbin menoleh ke kiri, dan menemukan sebuah pintu besar berwarna keemasan, dengan penuh rasa ingin tahu dia membuka handle pintu itu. Sepertinya susah dan macet, tetapi kemudian setelah Wonbin mencoba beberapa kali, pintu itu terbuka dengan mudahnya, dengan suara berderit karena engsel yang sudah lama tak diminyaki.

Ruangan itu temaram, karena jendela kamarnya tertutup rapat oleh gorden, baunya pengap seperti sudah lama tidak dimasuki. Wonbin meraba-raba dinding dan menemukan saklar di kamar itu, ditekannya saklar kamar itu, dan cahaya kekuningan yang lembut langsung menyinari seluruh ruangan.

Sleep With The Devil (EUNSEOK X WONBIN) VerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang