🪴🪴🪴
"Mas, besok papa akan datang. Kayaknya bakal lama deh disini. Mas mengijinkan nggak?,"
"Bagaimanapun, dia papamu sayang. Papa mertuaku juga. Walaupun bukan papa kandungmu, tapi dia sudah membesarkanmu seorang diri sejak mama kamu meninggal. Tentu saja aku mengijinkan beliau liburan disini,"
"Makasih ya mas,"kata Ayunda sambil memeluk suaminya.
"Hm, iya. Tapi apa mas cuma dikasih ucapan makasih aja nih?,"
"Terus, mas mintanya apa?,"
"Minimal, kasih kesempatan bikin baby lah, satu atau dua kali, gitu,"
"Iih, kan tadi malam udah,"
"Ya lagi lah sayang. Kan belum nongol juga tuh dedek bayinya,"
"Iya iya,"
Ayunda bukannya tidak mau melayani suaminya. Tapi, setiap kali berhubungan, hanya suaminya saja yang puas, dan dia, demi tidak menyinggung perasaan Adi, akhirnya hanya berpura-pura menikmati. Tak jarang, setelah memberi nafkah batin pada istrinya, Adi langsung saja terlelap. Sedang Ayunda, sering mencari sendiri kepuasannya dengan memainkan jari di memeknya.
Tanpa di tahu suaminya, terkadang Ayunda pun meluapkan keinginannya untuk bisa klimaks dengan bermain sendiri. Tapi semua tetap tak senikmat andai bermain berdua. Awal-awal menikah, Ayunda masih bisa menikmati singkatnya durasi permainan ranjangnya dengan Adi.
Tapi makin lama, bahkan sekarang, saat usia perkawinan mereka menginjak usia dua tahun lebih, Ayunda makin susah mendapatkan kenikmatan bercinta. Seperti juga hari itu, usai mereka melakukan hubungan suami istri, Adi pun langsung tertidur.
Ayunda keluar kamar. Bermaksud mengambil air minum. Terdengar bel pintu rumahnya berbunyi beberapa kali. Ayunda memutar langkahnya menuju pintu depan. Setelah membuka pintu, ia lihat papanya, Arman, sudah berdiri disana.
"Papa!!,"seru Ayunda sambil menghambur dalam pelukan papanya.
Arman menyambut pelukan Ayunda sambil mengusap-usap punggung anak tirinya itu. Dari Ayunda kecil memang ia sudah sangat dekat dengan Arman, yang menjadi pengganti ayah kandungnya. Apalagi setelah mamanya meninggal, Arman lah yang mengasuh dan merawatnya sendiri.
Sampai ketika kemudian Ayunda menikah dengan Adi. Dan itu menjadi perjumpaan terakhir mereka sebelum Adi memboyongnya ke luar kota sampai sekarang.
"Bagaimana kabarmu sayang? Adi baik kan sama kamu?,"tanya Arman sambil memeluk Ayunda dan berjalan menuju sofa.
"Mas Adi baik kok pa sama aku. Dia selalu mengutamakan aku,"
"Syukurlah. Papa senang mendengarnya,"
"Papa sendiri, baik-baik aja kan?,"
"Iya, papa baik saja sayang. Maaf baru sekarang, papa bisa memenuhi janji papa untuk menengokmu disini,"
"Ay yang seharusnya minta maaf sama papa, karena belum bisa mengunjungi papa. Habis, mas Adi banyak kerjaan terus sih pa,"
"Papa bisa memaklumi. Papa sendiri juga kesulitan mengambil waktu untuk liburan panjang,"
"Terus, sekarang kok papa bisa liburan kesini? Datang lebih cepat pula. Katanya besok baru sampai, eh sekarang udah ada disini,"