🪴🪴🪴
Kandungan Ayunda sudah menginjak tiga bulan. Meski perutnya belum nampak buncit, tapi pinggul dan tetek Ayunda nampak semakin montok saja. Hal itu menjadikan nafsu Arman semakin tak terkendali. Dimanapun dia mau, asalkan tidak ada Adi atau bi Asih, dia pasti akan menyetubuhi Ayunda.
Ayunda sendiri tidak keberatan. Semenjak hamil, nafsu seksualnya pun meningkat. Dia senang-senang saja jika Arman sering-sering mengajaknya bercinta. Hampir-hampir dia jarang memakai celana dalam di rumah. Seperti pagi itu, baru saja Adi meluncurkan mobilnya, Arman yang sudah menunggu Ayunda di ruang tamu, segera meminta putrinya itu mengoral kontolnya.
Setelahnya, ia pun melakukan hal yang sama di memek Ayunda. Perempuan hamil itu mengangkang lebar di atas sofa ruang tamu, sementara Arman jongkok di depannya dan menjilati memeknya. Ayunda melepas dasternya, dan memainkan teteknya sembari menikmati lidah dan mulut Arman yang bermain di memeknya.
Ayunda lalu berbaring dan Arman menusukkan kontolnya di lubang hangat putrinya itu. Mereka bersenggama sambil berciuman mesra. Satu ronde terlewati dan kepuasan tampak di wajah keduanya.
"Pa, antar aku periksa kandungan ya hari ini,"
"Adi nggak kamu kasih tahu?,"
"Udah. Tapi dia ada rapat penting katanya. Papa aja ya yang antar?,"
"Iya sayang. Bersiap gih,"
Dokter memperlihatkan hasil pemeriksaan pada Ayunda dan Arman. Mereka bahagia sebab ibu dan calon bayinya baik-baik saja. Dalam perjalanan pulang, terlintas sebuah ide di kepala Ayunda.
"Pa, aku pengin main di tempat terbuka. Boleh ya pa?,"
"Bahaya sayang. Papa nggak setuju ah,"
"Papaaa,"rengek Ayunda.
"Main yang aman aja, Ay. Kalau ketahuan orang kan bahaya buat kita sayang,"
Ayunda cemberut mendengar penolakan Arman. Dia tak mau bicara pada papanya sampai selesai makan malam. Adi yang sudah mengantuk saat menemaninya melihat televisi tak bisa membujuknya untuk tidur. Akhirnya ia tinggalkan Ayunda di ruang tengah, karena kantuk yang tak tertahankan.
Arman yang seusai makan malam masuk kamar, karena sedang diacuhkan Ayunda, lalu keluar menengok keadaan rumah yang sudah nampak sepi. Dilihatnya masih ada Ayunda sendirian yang menatap layar televisi, tapi ia tak yakin jika acara yang ditayangkan itu ditonton oleh Ayunda.
Arman mendekati ibu dari calon anaknya itu.
"Kok belum tidur Ay? Masih marah sama papa?,"Ayunda tak menjawab. Akhirnya Arman menyerah.
"Oke oke. Sekarang papa akan turuti maunya kamu. Kita main di teras samping ya,""Beneran pa?,"tanya Ayunda dengan binar bahagia di wajahnya.
"Iya,"
Akhirnya mereka keluar rumah dan menuju teras samping. Arman menggelar karpet terlebih dahulu sebelum mengajak Ayunda duduk di atasnya. Dengan manja, Ayunda duduk mengangkang di pangkuan Arman. Dia mulai mencium wajah Arman dan berhenti lama di bibir pria itu untuk merangsang gairahnya.
Arman membiarkan Ayunda berbuat semaunya untuk bisa membangkitkan gairah dalam dirinya. Putri tirinya itu lalu melepaskan pakaiannya dengan perlahan. Seakan memberi pertunjukan pada Arman. Setelahnya ia kangkangkan kaki di depan Arman. Memeknya ia usap lembut di depan wajah papanya.