🪴🪴🪴
Ayunda melipat celana panjangnya sampai separuh betis. Bentuk indah betis mulus itu langsung saja menarik perhatian Arman. Dia berjalan dibelakang Ayunda, sesekali memegang tangan putrinya itu, saat Ayunda merasa sedikit takut melangkah di batu licin. Ayunda menuju ke sebuah batu besar yang tak jauh dari air yang meluncur dari atas tebing itu.
Di sebelahnya, duduk Arman yang posisinya seperti memeluk Ayunda dari belakang, karena batu yang tak cukup besar untuk mereka berdua. Posisi yang akhirnya membuat nyaman keduanya. Sambil bersandar di dada Arman, Ayunda sibuk mengambil foto mereka berdua.
Sengaja Arman membuat pose intim dengan Ayunda. Selama Ayunda tidak protes, ia akan terus mendekati anak tirinya itu. Baju keduanya sudah cukup basah karena percikan air. Tapi kehangatan pelukan Arman, membuat Ayunda lupa jika yang memeluknya adalah sang papa.
Arman sendiri mengambil kesempatan itu untuk mencium lembut pipi Ayunda. Saat Ayunda menatapnya, dia lalu mengecup singkat bibir perempuan itu. Ayunda terkejut dan malu dengan perlakuan papanya itu.
Tapi, respon tubuhnya justru lain. Kecupan singkat itu membawa gelenyar liar dalam dirinya. Hasratnya mulai mendamba sesuatu yang selama ini ia rindukan. Ayunda lalu mengajak Arman kembali ke mobil untuk meredam gairahnya yang dia sadari makin meninggi.
Karena sambil melamun, Ayunda terpeleset. Kakinya terkilir, dan terasa sakit untuk melangkah. Mau tak mau ia pun akhirnya bersedia digendong Arman. Saat melewati kafe dimana Adi berada, suami Ayunda itu segera berlari ke arah mereka.
"Ay kenapa pa?,"
"Kakinya terkilir, Di. Tolong kamu bukakan pintu mobil belakang ya,"
"Iya pa,"
Setelah mendudukkan Ayunda, Arman pun pergi ke belakang mobil untuk mengganti kaosnya yang basah. Sementara Adi memeriksa memar kebiruan di kaki Ayunda. Istrinya itu menjerit kecil saat Adi menyentuh bagian kaki yang terkilir.
"Aduhh, sakit mas,"
"Maaf maaf, kita langsung ke tukang urut aja ya. Lagian kamu nggak hati-hati sih, sampai bisa terkilir gini,"
"Namanya juga musibah. Siapa juga yang mau,"
"Gimana Di? Ay dibawa ke rumah sakit atau gimana?,"
"Adi ada kenalan tukang urut pa. Kita kesana aja sekarang. Tapi sekalian cek out aja ya Ay, masa kaki sakit gini mau jalan-jalan lagi,"
"Iya mas. Terserah mas aja gimana baiknya. Tapi cepet ya mas, ini sakit sekali,"
"Iya iya,"
Satu jam kemudian, mereka sudah keluar dari lokasi wisata. Adi yang menyetir, segera melajukan mobil ke rumah tukang urut yang pernah ia datangi. Sesampainya disana, Arman dengan sigap menggendong Ayunda, sedang Adi mengetuk pintu dan mengatakan keperluan mereka pada tukang urut.
Perempuan tua yang mengurut kaki Ayunda itu, segera melakukan tugasnya. Setelah drama menjerit dan menangis karena urat yang dibetulkan, Ayunda kini bisa melangkah tanpa rasa sakit. Sambil berpegangan pada tangan Adi, dia pun bisa berjalan kembali.
Mereka melanjutkan perjalanan pulang. Liburan yang semula dikira menyenangkan justru menjadi kurang nyaman. Jadi lah, ketiganya melanjutkan liburan di rumah saja.