Terlanjur 3

49.5K 239 17
                                    

🪴🪴🪴

Sudah berhari-hari sejak Arman kembali ke kotanya, Ayunda berubah murung. Dia tidak bersemangat menjalani kegiatannya. Adi melihat perubahan itu, dan ia sudah mencoba menegurnya. Tapi Ayunda hanya menjawab tidak ada apa-apa.

Ayunda mencoba bersikap biasa saja di depan Adi. Tapi pikirannya tak sedikitpun lepas dari Arman. Setiap saat bayangan papanya selalu bermain dalam angannya. Jika dia sendiri di rumah, dia sering duduk melamun. Membayangkan semua yang ia lakukan saat bersama Arman.

Bahkan Arman hanya beberapa minggu tinggal bersamanya, setelah ia menikah. Tapi kehadirannya sungguh telah merubah isi hati Ayunda. Sepertinya bayangan Adi hampir tak terlintas sedikitpun dalam hatinya. Ayunda terus dan terus saja membiarkan rasa yang salah pada papanya itu tumbuh bersemi. Menciptakan lamunan dan angan tak berkesudahan. Dia bagai hidup di dua alam, alam sadar yang justru hanya berkisar 40% dan sisanya ia hidup dengan digerakkan semangat dari hayalannya.

Suatu hari, Adi tergopoh-gopoh pulang dari kantor. Bahkan jam masih belum terlalu siang.
"Ay, Ay, kamu dimana sayang?,"panggil Adi dengan penuh khawatir.

"Iya mas. Aku di dapur, baru masak,"sahut Ayunda.

Adi bergegas menemui istrinya.
"Ay, mas bawa berita untuk kita. Mas harap kamu sabar ya mendengarnya,"

"Berita apa mas? Apa yang terjadi?,"

"Papa Ay. Papa kecelakaan dan sekarang dirawat di rumah sakit,"

"Apa mas??!!,"

Tubuh Ayunda gemetar. Air matanya langsung menetes. Orang kesayangannya sedang sakit sekarang. Ayunda pun bergegas mengikuti Adi ke rumah sakit tempat Arman di rawat. Bi Asih pun disuruhnya pulang, dan diminta bekerja lagi saat ia pulang nanti.

Sekitar empat jam kemudian mereka pun sampai di rumah sakit. Sampai disana, dokter memberikan keterangan jika Arman tidak mengalami luka serius. Hanya tubuhnya terbanting saat terserempet motor. Ayunda dan Adi segera menemui Arman di ruang rawatnya.

Ayunda menghambur ke pelukan papanya, tapi pria itu menolak.
"Maaf Ay, badan papa masih sakit semua. Jangan pegang papa dulu,"kata Arman.

"Papa gimana sih kok bisa kecelakaan?,"

"Namanya juga kecelakaan Ay. Kan kita nggak tahu gimana bisa terjadi. Kok kamu tanya papa gitu?,"sahut Adi.

"Papa aja yang kurang hati-hati. Mungkin karena sudah tua, jadi kurang konsentrasi,"kata Arman menengahi Adi dan Ayunda.

Keesokan harinya, Adi memutuskan untuk kembali ke kantor, sedang Ayunda diijinkan suaminya untuk merawat Arman.
"Kamu beneran nggak papa, Di, kalau Ayunda disini?,"

"Ya nggak papa lah pa. Anak papa kan cuma Ayunda. Adi ngerti kok. Lagian, sebenarnya, Adi mau nitip sama papa juga buat jagain Ayunda,"

"Kenapa Di?,"

"Ay, mas ada proyek di luar kota. Tadinya mas mau ngabarin ini saat pulang kerja kemarin, tapi belum sempat malah sudah ada kabar papa sakit. Jadi baru sekarang mas kasih tahu,"

"Berapa lama mas ke luar kota?,"

"Sekitar satu minggu Ay. Itu rencana awal sih. Semoga nggak ada kendala, jadi bisa pulang tepat waktu,"

Terlanjur Nyaman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang