04 [di lorong]

18 4 1
                                    

°•°•°•°•°•°•°•°•°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°•°•°•°•°•°•°•°•°

Seperti biasa, Glenca berangkat sekolah dengan motor maticnya dan saat Glenca melepaskan helmnya tiba-tiba ada seorang cowok datang menghampirinya.

"Temui Arven pas istirahat di lorong deket kantin dua," ucap cowok itu singkat lalu pergi begitu saja

Samar melihat laki-laki itu, Glenca sepertinya tahu bahwa itu merupakan salah satu anak buah Arven yang selalu irit bicara yaitu Sean.

"Lorong deket kantin dua? Itukan tempatnya sepi banget, takut kalau semisal gue nolak dia terus dia mau kasarin gue," batin Glenca

Pagi-pagi mental Glenca harus bersiap untuk menghadap dengan seorang most dangerous nanti di jam istirahat.

Glenca melangkahkan kakinya menuju kelasnya dengan rasa tidak nyaman menyelimuti tubuhnya.



Kringgg...

Deg!

Waktu istirahat sudah dimulai, rasa takut Glenca semakin menjadi-jadi, ia tidak tahu strategi apa yang harus dilakukan jika sewaktu-waktu Arven menyerang dirinya. Apakah Glenca harus berpacaran dengan Arven tanpa ada rasa suka? Glenca sangat bingung saat ini.

Ternyata Liza sedari tadi memperhatikan Glenca yang sedang melamun itu, dan dahi Glenca sudah basah oleh keringat.

"Woi Glen!!" ucap Liza membuyarkan pikiran Glenca

"Lo ngelamun? Ngelamunin apa coba? Cowok aja ngga punya," lanjut Liza

"Ngga kok, ngga papa," jawab Glenca

"Yuk lah ke kantin, mereka kayaknya udah nunggu tuh," ajak Liza

"Emm, gue ke toilet dulu ya, lo ke kantin aja dulu nanti gue nyusul,"

"Ohh, lo mau berak? Pantesan tadi keringetan,"

Sembarangan sekali gadis ini bicara.

"Iya gue mau berak,"

Agar Liza tidak mencurigainya, Glenca pun meng-iyakan saja perkataan savage Liza.

Glenca dan Liza pun keluar kelas dengan jalur yang berbeda, Glenca berlari kecil agar dia cepat sampai ditempat yang dituju.

Glenca sudah sampai dilorong dekat kantin ke dua, dia melihat sudah ada Arven sendirian dengan punggung yang menyender di dinding dan tangan yang dilipat. Refleks Arven pun langsung menoleh kearah Glenca yang berada di sisi barat.

"Lo terlambat lima menit tiga puluh empat detik," ucap Arven datar

"Emm, maaf," sahut Glenca lirih

"Sini," perintah Arven dengan berjalan dua langkah

Glenca pun dengan ragu melangkah mendekati Arven.

Glenca berada di sisi dekat tembok. Begitupun Arven yang berada dihadapannya persis. Jarak mereka cukup dekat.

GLENCA [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang