Setelah satu jam beristirahat dan memakan makanan yang diberikkan pria yang ia ketahui bernama Riyo kepadanya,Maudya memilih kembali ke kelas lantaran tak ingin tertinggal mata pelajaran kesukaannya.
Gadis itu menatap sekelilingnya yang tampak sepi mengingat jam pelajaran sedang berlangsung.Hingga langkah gadis itu berhenti tepat di depan sebuah pintu kelasnya yang tampak ramai.
Jam kosong?.Batin Maudya bertanya-tanya.
Dan tanpa pikir panjang gadis itu segera membuka pintu membuat siapapun yang berada di dalam kelas menghentikan kegiatan mereka guna melihat siapa yang baru saja membuka pintu.
Melihat yang datang bukan guru membuat para murid kembali sibuk dengan aktivitasnya meninggalkan sosok Maudya yang masih terdiam di pintu dengan pandangan yang menatap lurus pada sekelompok siswi yang tampak menatap sinis kepadanya.
Memilih mengabaikan,Maudya dengan segera melangkah mendekati bangkunya,namun pendengarannya yang tajam dapat mendengar bisik-bisikkan yang di lontarkan teman kelasnya,termaksud teman Maura.
"Gila sih kalau bener arsyad ngedeketin Maudya"
"Yakin sih kalau Arsyad di pelet"
"Emm...lihat aja,masa Arsyad rela ngabaikan Maura yang cantik demi si maudya yang kecantikannya gak ada apa-apanya di banding Maura"
"Lo dengar sendiri kan Mau kalau banyak yang lebih ngedukung Lo sama arsyad timbang si maudya sama si Arsyad yang sangat kebanting"
"Jadi Lo nggak usah cemburu,bisa aja kan Arsyad tadi cuman nolong si banteng aja"
"Tapi gue gak rela sinn"
"Yaudah sih,kalau Lo gak rela Lo bisa habisin tu Dugong...gue juga jengkel banget pas tau pacar gue mau-mau aja beliin dia makanan",ujar Risa dengan wajah kesalnya.
Mendengar bisikkan yang semakin menjadi-jadi tak membuat Maudya mengambil pusing,karena sekarang fokus gadis itu mengarah pada bangkunya,tidak lebih tepatnya pada sebuah pelastik yang berada di atas mejanya.
Gadis itu duduk di bangkunya,mengambil bungkusan pelastik yang ia sendiri tak tahu apa isinya,lalu pandangannya menyapu guna mencari siapa pemilik pelastik ini.
"Itu dari Arsyad buat lo",bisik Dion yang duduk tepat di depan bangku Maudya.
Maudya mengerutkan keningnya bingung,"buat aku?",tanyanya mencoba memastikan yang hanya di beri anggukkan singkat dari Dion,karena kini pria itu kembali sibuk dengan game di tangannya.
"Susu kotak?",gumamnya saat melihat kantong pelastik itu berisi sekitar enam susu kotak dan diantaranya terdapat sebuah kertas kecil yang ia yakini ialah sebuah surat.
'Minum susu yang banyak biar tambah gemoy'
Maudya terdiam,mencerna kata perkata yang baru saja ia baca.Hingga terlintas di benaknya,tujuan Arsyad melakukan ini semua apa?,bukannya ia baru saja mengenal pria itu semalam dan begitupun sebaliknya,namun mengapa seolah pria itu telah mengenal lama dirinya dengan memberikan perhatian-perhatian kecil seperti ini.
Helaan nafas gadis itu keluarkan,lalu setelahnya ia memasukkan surat itu kedalam saku bajunya dan memasukkan kantung pelastik itu pada tasnya.
***
Jam pulang sekolah telah berbunyi tepat lima menit yang lalu.Kini keadaan kelas yang tadinya ramai perlahan tampak sepi menyisahkan sosok gadis yang masih duduk diam di bangkunya dengan tatapan lurus pada lapangan.
Tatapannya memang terlihat kosong dan biasa saja,namun berbeda dengan pikiran dan hatinya yang tengah berdebat mengenai ekonomi yang saat ini tengah menurun,tak hanya itu pikiran gadis itu juga tengah ribut mengingat beberapa ucapan penuh penghinaan yang biasanya sering kali ia dengar.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAUDYA || On Going
Teen Fiction#Cerita hasil imajinasi author.Plagiat harap menjauh!!! #beberapa part teracak,harap teliti dalam membaca!. Dia Maudya,Maudya Arabella Cantikka.Gadis cantik yang sayangnya memiliki masalah pada tubuhnya,atau lebih tepatnya orang-orang di sekitarnya...