(2)Bertemu Arsyad.

11 2 0
                                    

-Happy Reading-

Ruang tamu rumah Bagaskara tampak lebih ramai dari biasanya.Suara tawa serta candaan terdengar menggelegar hingga sampai dapur membuat Maudya yang mendengarnya tak tahan untuk tak tersenyum.

Bohong jika ia tak iri dengan kebahagiaan yang tercipta di dalam rumah ini,bohong ia tak iri dengan suara tawa mereka yang bebas tanpa paksaan,bohong ia tak iri melihat beberapa makanan yang disajikan di meja makan yang tentunya belum pernah ia makan,bohong ia tak iri dengan canda tawa serta kelengkapan keluarga Bagaskara,dan bohong kalau ia tak menginginkan sosok kedua orang tua serta keluarga yang lengkap seperti keluarga Bagaskara.

Nyatanya ia sangat menginginkannya,namun takdir masih ingin bermain-main dengannya lebih dulu.Tuhan masih sangat menyayanginya dengan memberikan berbagai macam ujian agar ia selalu ingat dengan sang pencipta.

Ya,itulah yang selalu ia tanamkan dalam hati serta pikirannya saat rasa lelah dan iri akan kebahagiaan orang-orang di luar sana menghampirinya.Ia selalu yakin,bahwa dengan cobaan yang diberikkan sang pencipta adalah salah satu bukti bahwa dirinya amat sangat di sayangi-Nya.

"Maudya,bisa minta tolong antar cemilannya ke ruang tamu?,saya mau ke kamar mandi dulu",ucap salah seorang pembantu di rumah ini berhasil menyadarkan Maudya dari lamunannya.

Gadis itu lantas mengangguk dalam diam,lalu tatapannya beralih pada berbagai macam toples yang berisikan cemilan-cemilan yang belum pernah sama sekali ia rasakkan.

Ia lantas mengangkat nampan itu dan berjalan keluar dari dapur menuju rumah tamu yang terdengar ramai.

"Loh Maudya?,kok kamu yang antar cemilannya?,mbak Susan mana?",tanya Calista saat menyadari keberadaan Maudya yang tak jauh darinya.

Dan akibatnya,kini seluruh pasang mata beralih menatapnya penuh tanda tanya,serta tatapan gelinya?,atau cemoohnua?.

Maudy sendiri hanya memasang senyum tipis yang sopan,"mbak Susan lagi ke kamar mandi Bu...saya antar ini sekalian mau pamit pulang"

"Oh iya?,sini-sini taruh di meja aja"

Baru saja meletakkan salah satu toples di meja,sebuah suara dengan nada sinisnya berhasil menghentikan kegiatan Maudya sesaat.

"Pembantu kamu ca?"

"Dia cuman kerja paruh waktu aja mbak,jadi aneh aja kalau sebutannya pembantu",balas calista dengan senyuman sungkannya.

"Sama aja...lagian bisa-bisanya kamu kasih kerjaan ke dia.Lihat deh,penampilannya jorok begitu gimana hasil kerjanya"

"Alhamdulillah hasil kerja Maudya memuaskan mbak,terjamin pokoknya"

"Bajunya basah gitu karena keringat,apalagi keteknya tu basah...kamu nggak jorok atau geli gitu ya ca?,aku aja yang lihat mual"

"Iya mbak,aku jadi takut mau makan di sini,takut nanti pas makan,makanannya kecampur sama rambut lepeknya dia sama keringatnya dia",timpal adik kandung veno.

"Nggak usah khawatir,saya jamin makanan yang dimasak Maudya itu higenis,bersih dan aman untuk di makan",ucap Calista dengan senyum sungkannya,wanita itu tampak melirik tipis pada sosok Maudya yang baru saja selesai menata beberapa toples di meja makan.Ia jadi heran saat melihat tingkah Maudya yang tampak santai dan terkesan bodoamat setelah dinyinyirin oleh adik serta kakak dari veno Bagaskara.

Merasa ditatap,spontan Maudya mendongak,menatap Calista yang menatapnya dengan tatapan penuh akan tak enak.

"Bu,pekerjaan saya sudah selesai.Saya mau pamit pulang dulu ya Bu"

"Ah iya.Makasih ya Maudya,hati-hati di jalan",Maudya tak membalas,gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk singkat,tak lupa senyumannya ia lemparkan pada seluruh manusia yang berada di ruang tamu.

MAUDYA || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang