Zana dan kedua orangtuanya sedang menikmati roti yang diberikan oleh Sadam. Seperti kata Zaskia sore tadi yang akan mengantarkan roti ke rumahnya.
Roti sultan, nama toko yang begitu unik. Zana melihat-lihat label nama dari kotak roti yang sedang ia nikmati bersama dengan keluarganya. Cukup mengejutkan, Zana bukanlah penyuka roti, tapi untuk roti yang satu ini entah mengapa ia ingin menaruh minat.
"Enak ya, Na? Mama baru tahu kalau ada roti seenak ini," takjub Nadia sambil menikmati roti isi coklat kacang.
"Iya, Ma, teksturnya juga lembut pas dimakan. Untuk roti ini, 100 persenlah bagi Papa yang suka sekali sama roti." Pria berkacamata yang merupakan ayah Zana itu ikut berkomentar baik mengenai roti yang dimakannya.
Zana tertawa kecil mendengar komentar Rasyid mengenai roti itu, sementara dia sendiri paham bahwa ayahnya itu selalu memberi nilai 100 untuk setiap roti yang dimakannya.
"Na Na Na, harus jadi langganan beli ini nih, Na. Wajib nyetok kita." Nadia tampaknya sangat menyukai roti itu lebih dari yang Zana kira.
"Ya udah, ntar aku tanya sama Sadam soal toko sultan ini ya, Ma."
Selesai makan, Una memilih pergi ke kamar. Tidak ada kegiatan lain yang ia lakukan selain rebahan di kamar sambil memainkan ponselnya. Untuk pagi sampai sore ia bekerja, maka malam adalah kesempatannya untuk bersantai tanpa harus memikirkan pekerjaannya. Jarang ia bisa menghabiskan waktu malamnya dengan bersantai, jadi jika ada kesempatan, ia akan gunakan sebaik mungkin untuk beristirahat.
Sejauh ini hidup Zana begitu baik, tak banyak masalah yang membuatnya sampai pada posisi terlalu sulit. Baginya kunci setiap masalah adalah percaya. Percaya hanya kepada Allah bahwa setiap masalah pasti ada penyelesaiannya. Jika gembok saja sudah pasti sepaket dengan kuncinya. Maka Allah tentu memberikan ujian sekaligus dengan solusinya.
Dan bukan solusi yang datang terlalu lama, melainkan ia hanya tiba di waktu yang tepat saja. Bagi yang bersabar dan sangat percaya, tentu hanya akan ada ketenangan dan perasaan damai di hatinya. Sebab rasa percayanya kepada Tuhannya sudah terlampau besar.
🍁🍁🍁
Setelah terlewati malam yang begitu nyaman bersama dengan dinginnya serta berisik namun menenangkannya hujan di kala malam, membuat siapapun tak ingin beranjak dari tempat tidurnya.
Suasana pagi kali ini benar-benar sejuk seolah-olah alam pun sedang bahagia sehingga memperbaharui udaranya menjadi lebih menyegarkan.
Ditengah-tengah indahnya pagi ini, dua orang pria sedang sibuk berkutat dengan adonan dan perkakas pembuat roti di dapur toko roti sultan. Keduanya saling fokus dan tak bersuara, bahkan hanya sekedar mengetes suara sekalipun.
Setelah adonan yang diurus Andra selesai, Banu lekas memindahkan ke dalam oven lalu ada beberapa adonan yang harus ia masukkan ke penggorengan. Setelah itu Banu bergegas menghiasi dan mengisi berbagai varian isian dan topping sesuai yang ada pada menu toko mereka.
Perlu waktu 5 jam lebih mereka gunakan untuk mempersiapkan segalanya. Selesai dengan itu, kini Banu dan Andra merebahkan tubuh mereka senyamannya di kursi.
"Gila ya, cape banget!" celetuk Banu.
"Kamu sih, kan aku udah bilang, tutup toko aja hari ini, ngeyel banget!"
"Nggak bisa, Ndra. Kamu tau kan hari ini itu spesial banget buat aku? Mbak crush rutin datang setiap hari kamis dan minggu."
"Sekali doang nggak liat dia buat kamu meriang apa?"
"Iya, aku bakal meriang. Merindukan yang tersayang." Banu nyengir seolah sombong dengan jawabannya barusan, sementara Andra hanya menggelengkan kepalanya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovarian
SpiritualTentang ujian cinta yang dirasakan Zana Khairunnisa teramat berat. Ujian cinta yang membuatnya terjerumus dalam hubungan yang tidak Allah ridhoi. Hubungan yang membawanya perlahan sadar bahwa semua yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Namun un...