4. Kunjungan Teman Lama

2 2 0
                                    

Monica Salfa adalah seorang guru honorer di SMA swasta. Monica mengajar sebagai guru pendidikan bahasa Inggris. Dengan parasnya yang cantik dan kepribadiannya yang lembut dan baik, membuat banyak murid-murid di sana begitu menyukainya.

Usia Monica yang masih 25 tahun pun tentu masih terbilang muda. Monica juga pandai dalam membawakan dirinya dengan para murid yang tak cukup berjarak jauh dari usianya. Sikap bersahabatnya dan keramahannya menjadikannya seorang guru yang paling disukai.

Saat ini SMA di mana Monica mengajar sedang jam istirahat. Monica beserta beberapa murid perempuan tengah duduk di kursi panjang yang dekat dengan lapangan. "Bu Monic, coba ceritain cinta pertama Ibu dong," pinta seorang siswa perempuan yang duduk tepat di samping kirinya. Matanya berbinar-binar seolah mengharapkan jawaban dari Monica.

"Bagi Ibu itu hal yang pribadi."

"Plis lah, Bu, ceritain. Kan kami juga mau dengar, ya kan gais?"

Monica menghela nafas kemudian mengukir senyum tipis, setelah cukup lama mengulur waktu untuk berpikir. "Baiklah, cinta pertama ya?" Monica melirik 7 murid perempuan yang sedang duduk bersamanya secara bergantian.

Ketujuh murid perempuan itu pun berangguk mengiyakan.

"Cinta pertama Ibu adalah seseorang yang luar biasa, rela berkorban demi Ibu dan keluarga. Beliau selalu menjadi panutan bagi Ibu."

"Wah, sampai seperti itu, Bu? Keren banget cinta pertama Ibu."

"Terus, Bu?"

"Cinta pertama Ibu adalah cinta yang nggak akan pernah tergantikan selamanya. Bagi Ibu, selamanya ia akan tetap di tempat pertama di hati Ibu. Cinta pertama Ibu itu sangatlah menyayangi Ibu. Nggak pernah lupa untuk semangatin Ibu dalam situasi apapun yang jadi pilihan Ibu. Pokoknya cinta pertama Ibu punya segala sesuatu yang nggak bisa Ibu temuin di orang lain."

"Maa syaa Allah, Ibu cinta banget ya sama cinta pertama Ibu?"

"Iya, Ibu sangat mencintainya dan sangat menghargainya."

"Wah, beruntung banget orang yang dicintai perempuan sebaik Ibu, ya?"

"Justru Ibu yang beruntung punya cinta pertama sepertinya."

"Terus perasaan Ibu sekarang gimana? Masih cinta?"

Murid perempuan berkaca mata menepuk teman sebelahnya. "Ya masih lah, kan tadi Bu Monic bilang 'se-la-ma-nya nggak akan tergantikan'. Seistimewa itu tau."

"Kalau boleh tau, Bu, dari mulai kapan ibu mencintainya?"

"Mungkin, dari mulai Ibu membuka mata untuk yang pertama kalinya di dunia ini. Atau mungkin sebelum Ibu dilahirkan ke dunia ini?"

Ketujuh murid itu bingung. Bahkan guru mereka ini sudah memiliki perasaan sejak dari bayi?

"Emangnya Ibu udah kenal sama cinta pertama Ibu dari sejak di dalam perut?"

"Entahlah, Ibu tidak ingat persis. Karena pada saat itu Ibu masih sangat kecil sekali. Saking kecilnya, ketika cinta pertama Ibu menyerukan adzan kepada Ibu, Ibu tidak ingat bagaimana suaranya."

Murid-murid perempuan itu terkejut bercampur tak habis pikir, kini mereka tahu siapa cinta pertama yang Monica bicarakan.

"Jangan bilang cinta pertama Ibu adalah ayah Bu Monic?"

Monica tersenyum manis ketika murid-muridnya terlihat tercengang dan sedikit menyayangkan yang terjadi.

"Iya, cinta pertama Ibu adalah ayah Ibu sendiri."

Benar saja, ini bukan tentang cerita cinta yang diharapkan para murid-muridnya. Melainkan cinta antara seorang anak kepada ayahnya.

🍁🍁🍁

LovarianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang