..
River tengah mandi. Sedangkan Lani dan Hema tengah sarapan di meja makan.
Mika mendengar rintik shower itu menggigit bibir bawahnya. Kemeja besar milik River itu di kenakannya atas suruhan River.
Mika turun dari ranjang dengan kaki telanjang. Mendekat pada kamar mandi, dan membuka pintunya.
Dia mulai melepas celana dalamnya sembari berjalan. Menyisakan kemeja putih mengkilap yang di kenakannnya.
Ketika pintu terbuka. River tak kunjung sadar, bahkan saat pintu tersebut kembali di tutup dan di kuncu dari dalam.
Tangan lentiknya, memeluk River dari belakang. Tentu saja membuat River terkejut bukan main.
"Papa."
Suaranya lirih dan mendayu, seolah sengaja bahwa Ia sedang menggoda. River merinding di buatnya.
Dalam pelukan air shower yang masih mengaliri tubuh telanjangnya. Mika menjulurkan tangannya meraba perut River.
"I .... am. Horny."
Mendengar itu. River berbalik. Menajamkan matanya menatap tepat di mata Mika.
"Mika!"
"Wha~t?"
Mika mengalungkan tangannya pada bahu River. Jantung River berdetak lebih kencang dari biasanya.
Mendekat pada wajah River yang basah dan memerah. Layaknya tengah menggoda di bawah air hujan.
Kulitnya tembus dari baju yang menjadi transparant akibat rintikan air mandi.
Mika mendekatkan wajahnya. Meraih penis River yang sudah menegang. Mika turun terduduk. Dan memulai permainannya.
River merasa deja vu. Ia yakin bahwa semalam hanyalah mimpi. Namun mengapa Mika melakukan hal yang sama seperti ini?
Tiada rasa yang bisa River sampirkan kecuali rasa nikmat yang Ia rasakan di bawah sana.
Ketika lidah nakal itu bergerilya. River mendongak merasa amat nikmat.
Wajahnya amat merah dan otot wajahnya menonjol. River berusaha menahan nafsunya yang tinggi.
Dia tak pernah tergoda dengan Lani yang bahkan hampir tiap malam menggodanya.
Namun Mika, hanya dengan beberapa kali menggodanya. Dia segera menyerah?
River membenci libidonya yang cepat naik. Itu tidak adil baginya.
Mika terkekeh. Namun membiarkan River lupa akan harga dirinya dan mencium bibirnya.
Keduanya tentu menyatu. Seperti lidah yang tengah bergulat. Tangan River masuk ke dalam kemejanya. Dan mengusapi punggung Mika dengan sensual.
Mika tak peduli dengan Lani maupun Hema yang mungkin menunggu mereka. Dia akan menikmati River sendirian.
"Mas!"
Ketukan pintu mengejutkan River. Tentu sempat membuat Mika juga. Namun bukannya melepas. Remaja itu maki mengeratkan dekapannya pada tubuh River.
Tangannya meraba bagian bawah River. Pria dewasa itu memandangnya tak percaya.
"Engga ... Mika. Kita ngga boleh lakuin ini."
Menyelipkan helaian rambut pada belakang telinganya. Mika mendongak. Menggigit bibir bawahnya dengan sensual menggoda River.
"Mas- Kamu mandinya masih lama?"
Lani lagi-lagi melayangkan suara. River terkecoh atas itu. Hingga saat Mika meremat miliknya. Dia terkejut.
Mika berbisik. "Jawab dong. Masa diem doang."
River menunduk. Mematikan air kran mandi.
"Iya ... masih lama. Kalo mau berangkat, duluan aja." Balasnya sedikit berteriak dengan suara gugup.
"Yaudah! Aku berangkat dulu sama Hema ya! Mika ngga tau kemana! Kelayapan lagi dia!"
Mika menggeleng jengah. Dia bersimpuh di bawah kaki River. Ketika milik River yang menggodanya sudah menegang.
Tidak ada tindakan lain, selain Mika yang mengecupnya. Menunggu kesabaran River yang entah sampai kapan akan bertahan.
Dia percaya pada keyakinan bahwa sang Ayah hanyalah pria naif yang tak paham kenikmatan dunia.
Tangan River mengepal. Ragu namun nafsunya sudah di ujung tanduk. Dia meraih helaian rambut belakang Mika dengan kasar dan menyelipkan jari telunjuknya pada mulut Mika.
Mika tersenyum di sudut bibirnya. Mika mulai bertindak layaknya laki-laki gila yang birahi.
Lidahnya bergerilya. bermain di milik River yang besar. Saat mulutnya sudah penuh pun.
Dia akan membuat River terus haus dengan mulut hangatnya. Mika yang lihai itu. Entah bakat yang menurun dari siapa.
Sejujurnya itu sedikit membuatnya gugup. Karna menggoda laki-laki bukanlah kelihaiannya.
Namun, berjalan dengan mulus, mungkin karna dia juga sama-sama bernafsu.
Mika akan, menghancurkan Ibunya. Dia akan menghancurkan siapa saja yang dahulu menghancurkannya.
Dia akan menghancurkan mereka.
Namun. River itu. Sayang untuk di sia-siakan. Jadi mengapa dia tak menikmatinya saja?
Atau, dia bisa menjadikannya sebagai pendukungnya? Jika itu masuk akal.
"Hmp!"
Penis River menyentuh tenggorokkan. Mika di buat mual karnanya. Memaju mundurkan kepalanya, River tengah di kejar hawa nafsu.
Melihat pemandangan di bawahnya yang begitu menarik dan menggoda kamu.
River menolak sadar. Apapun alasannnya tentang fakta bahwa sekarang Mika Anak angkatnya. Salahkan saja pada si kecil yang tengah memanjakan penisnya. Mengapa dia ?menggodanya terus menerus?
Dia salah. Namun, Dia akan mengikuti apapun yang di bawa Mika. Menuntunnya bahkan.
"Ayah."
Suara Mika menyadarkannya. Remaja itu mendongak, satu tangannya terangkat memasukkan cairan putih ke dalam mulutnya yang sudah berantakan di wajahnya.
River mengerjap. Apa Dia akan melanjutkannya?
Atau?
..