Episode 1 | Jamuan Makan Malam

168 20 0
                                    

Perhelatan musim panen kali ini tampak berbeda di Kerajaan Qatare. Pasalnya, sang Putra Mahkota Qatare—Pangeran Tariq akhirnya menikah dengan perempuan pilihannya sendiri. Senyum terus menghiasi wajah sang Putra Mahkota. Putri Mahkota juga tampak menebar senyum. Semua orang berseru dari tempatnya berdiri. Berseru pada atas kebahagian mereka. Memanjatkan banyak doa untuk pernikahan sang Putra Mahkota.

Raja Alaric dan Ratu Bella bisa merasakan kebahagiaan putra mereka. Keduanya saling tatap dan saling bergenggaman tangan di dalam kereta kuda. Mereka bersyukur akhirnya Tariq sudah menemukan tambatan hatinya tanpa harus mereka melakukan perjodohan yang sudah sering mereka lakukan. Bella menyandarkan kepalanya pada bahu Alaric.

"Aku senang akhirnya tiba juga hari ini, Aric."

"Ya." Alaric bersuara pelan seraya meremas tangan Bella. "Setelah kecelakaan yang dialami Tariq tiga tahun lalu, aku benar-benar takut dia akan menutup diri."

Bella menarik kepalanya dari bahu Alaric, mereka saling bertatapan intens. "Ya. Aku juga khawatir. Tapi untunglah. Badai sudah berlalu, Aric. Aku senang Tariq menemukan cinta sejatinya."

Alaric tersenyum lebar. Dia menangkup kedua pipi Bella. Mengecup singkat bibir istrinya. "Ini waktu kita istirahat, Bella. Bagaimana?"

Mata Bella membelalak—terkejut dengan ide Alaric.

"Biarkan Tariq dan Eliana yang memimpin Qatare. Aku yakin para menteri dan pejabat Qatare setuju. Toh, Tariq sudah lama menjadi Putra Mahkota, pelatihannya bahkan sudah selesai tiga tahun lalu. Namun—" kalimat Alaric terhenti saat jari telunjuk Bella buru-buru menutup bibirnya.

"Badai sudah berlalu, Alaric. Tariq kita sudah bahagia. Badar dan Sarah sudah bahagia di Ameer."

Alaric mengangguk kemudian memeluk Bella.

***

Azam melangkah cepat menuju ruangan Tariq seraya membawa tumpukan berkas penting yang perlu perhatian Tariq, sebelum Putra Mahkotanya bertolak ke Kerajaan Sayed. Bukan untuk perjalanan dinas, melainkan untuk kunjungan ke rumah mertua. Pasalnya, Putri Eliana yang sekarang sedang hamil empat bulan ingin sekali berkunjung ke Kerajaan yang sudah lama ia rindukan.

"Yang Mulia ...." Azam langsung berseru begitu kedua penjaga mempersilahkannya masuk. Ia meletakkan berkas itu diatas meja dan langsung mendapatkan tatapan horor dari Tariq.

"Kau ingin membunuhku, ya?!"

Azam memberikan senyum terbaiknya. "Saya hanya membantu Anda, Yang Mulia. Agar nanti setelah kunjungan kekeluargaan dari Sayed, tugas Anda tidak menumpuk."

Kening Tariq berkerut dalam—bahkan kedua alisnya hampir saja menyatu. Walau begitu, akhirnya Tariq menghela napas dan kembali melakukan pekerjaannya. Azam tersenyum puas dan membantu Tariq dengan berkas-berkas kenegaraan.

Setelah Tariq menikah, rasanya hidup Azam tidak berubah sama sekali. Ia masih saja kena marah. Bahkan tidak sekali dua kali Azam diancam akan diganti namun ia tetap saja setia di sisi Tariq. Syukur, itulah yang dirasakan Azam.

Setelah peristiwa tiga tahun lalu yang membuat Tariq sampai kehilangan ingatan—bahkan sampai sekarangpun, Tariq belum bisa mengingat sebenarnya apa yang dia lakukan dimalam naas itu. Pihak Kerajaan, terlebih Raja Alaric dan Ratu Bella sudah berusaha mencari informasi namun sayang, saat itu Tariq pergi secara diam-diam tanpa pengawalan, jadi—pihak kerajaan tidak bisa melacak apa saja yang dilakukan Tariq selama beberapa hari diluar istana.

Karena tidak kunjung mendapatkan ingatannya, Tariq berpikir, mungkin ingatannya tidak cukup berarti sama sekali. Jadi dia mulai kembali menatap kehidupannya. Dan pada akhirnya, Tariq menemukan tambatan hatinya. Kerajaan Qatare sebentar lagi akan ramai dengan perayaan kelahiran. Suka cita menyambut kabar bahagia kehamilan putri mahkota.

The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang