3.Akhir simulasi 1

77 11 3
                                    

Vel telah sampai didepan rumahnya. Ia akan membuka kota surat yang menjadi kebiasaan sehari-hari nya setelah pulang kerja.

Sebuah surat dengan kertas yang cukup lapuk ditampilkan dengan perangko yang terlihat mencolok untuk nya, vel akan masuk kerumah nya. Ia akan mulai berfikir untuk membaca suratnya nanti.

Vel yang kini telah benar-benar sudah sampai pada rumahnya akan berjalan dengan alas kaki yang sudah dicopot, lalu menyiapkan beberapa alat, yang kemudian akan diletakkan pada meja makan.

Setumpuk daging, juga sayur-sayuran, dan jamur akan diletakkan. nasi instan akan dikeluarkan setelah selesai dipanaskan didalam microwave.

Vel akan terduduk sambil menyiapkan tungku untuk memanggang, benar tungku untuk memanggang.

Saus yang telah disiapkan kemudian akan dituang setelah tungku memanggang disiapkan. satu persatu daging dimasukkan.

3 Tahun lamanya. Menjadi waktu yang Vel butuhkan untuk dapat menikmati hidangan yang cukup mewah ini.

"Selamat makan.. " Ucap Vel dengan pelan.

Kini Vel akan menikmati makanan nya, tak lupa didampingi oleh sebuah figura foto yang menampilkan dua anak kecil didalamnya.

Sambil menikmati makanan impiannya, Vel akan mulai membuka surat yang dikirimkan untuk nya.

Surat yang akan selalu ia Terima setiap harinya, dan akan selalu ia buka setelah pulang kerja untuk hiburan nya tersendiri.

Untuk Vel.

Nyatanya hari ini berjalan seperti biasanya, tak ada hal baru juga tak ada hal yang menyenangkan terjadi kepadaku.

Dengan perasaan jujur aku akan menulis surat ini dalam perasaan agak buruk.

Kau harus tahu Vel.

Aku bertemu dengan pria yang cukup aneh, dia datang ke ladang ku dengan wajah yang sangat amat panik.

Aku tak tau apa yang terjadi padanya, tapi aku juga tak peduli juga sih..

Anehnya dia tiba-tiba menyebutkan namamu, ia akan menyebutkan namamu setelah ia mengoceh tentang akhir dunia.

Karena emosi langsung saja aku memukulnya, jangan salahkan aku Vel. Dia yang memulai duluan!

Pokoknya aku ngak Terima deh!

Huh...

Kuharap aku bisa kembali kesana dan tak memperdulikan apa yang ada disini.

Itulah isi dari surat tersebut.
Atensi Vel kini tertuju pada tetesan air, yang ia duga sebagai tetesan air mata pada sang penulis surat.

Sambil mengunyah makanannya, Vel akan memikirkan adegan yang tertulis di dalam surat itu dengan jelas dalam kepalanya.

Orang yang diomongkan si penulis surat akan memukul si penulis surat terlebih dahulu, kemudian si penulis surat yang dalam keadaan tak Terima akan membalas pukulan dari orang yang diomongkan.

Sebuah scene seperti manga shoujo yang dramatis terbayangkan pada pikiran Vel, seluruh perasanya mulai mendidih karena emosi yang tiba-tiba ia rasakan.

Rasanya seperti ia benar-benar ada disana, menyaksikan segalanya terjadi, dan tak dapat melakukan apapun untuk membantu si penulis surat.

Tapi kemudian tiba-tiba juga hilang karena ia ingat dengan keadannya yang sekarang.

Vel akan mengecek handphone yang ada di sakunya, ia berusaha untuk tak memikirkan adegan yang baru saja terlintas dalam otaknya.

Dengan satu suapan lagi, dan Vel akan mengakhiri makan malamnya di hari ini.

The WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang