5. Jeda simulasi ke 2 (2)

72 13 2
                                    

Vel sama sekali tak punya hobi sejak kecil. Yang ia tahu adalah ia harus tetap membaca dan harus tetap membaca dalam seluruh hidupnya.

Sampai pada akhirnya saat ia menginjak umur 16 tahun Vel akhirnya memiliki hobi yang sangat ia nikmati sampai tak sempat ia lakukan saat menginjak usia kerja.

Masa pubertas kala itu bukanlah sesuatu yang besar bagi Vel. Karena semuanya tetap sama. Tetap sama, seolah-olah dalam dunia Vel bumi berputar hanya untuk kehidupannya yang biasa biasa saja.

Semuanya sama, dan akan tetap sama sebelum ia menginjak umur 16 tahun.

Vel yang Berdiri di gedung tinggi dekat rumahnya mulai mengambil nafas dengan sangat gugup.

Ia akan melakukan langkah yang tak akan pernah ia pikiran dulu.

Dalam keadaan tubuh yang sangat lelah Vel mulai melihat pinggiran jembatan yang tetap utuh, beberapa lampu jalan yang rusak, dan trotoar yang tak layak untuk dikendarai kendaraan bermotor.

Sekarang akhir dunia sih...
Jadi untuk apa Vel memikirkan hal itu???.

Jantung nya yang berdetak sangat kencang mulai membuat kakinya agak gemetar, Vel sudah memikirkan satu langkah dalam keadaan nya yang seperti ini.

Satu fakta Vel sudah tak melakukan itu sejak 6 tahun lamanya. Jadi mati tidaknya dia di keadaan sekarang tergantung pada keberuntungan juga skill yang dulu dimilikinya secara alami.

Tarikan nafas diambil, Vel kini berdiri di pinggiran jembatan yang sudah hancur. Ia siap mengambil ancang ancang untuk berlari.

Ini sama seperti peristiwa awal ia menginjak usia 16 tahun.

Vel berdiri diatas gedung dengan rambut ungunya yang agak panjang, seragam sekolah yang sama, dan tas sekolah yang kotor.

Dengan seragam sekolah yang sama kotornya, Vel akan mengambil ancang ancang untuk berlari.

Dengan hanya cahaya lampu redup sebagai penerangan, Vel mulai berlari dengan sangat kencang. Dulu dan sekarang langkah kakinya sama sama cepat.

Vel melompat dengan seluruh resiko yang ia tanggung di dalam pikirannya, lompatan tinggi itu tak pernah berubah hingga kapan pun.

Vel tersenyum, kalau dia gagal dapat dipastikan hari ini adalah hari kematiannya.

Mulai meraih lampu jalan setelah lompatan tingginya, Vel memutarnya tubuhnya untuk tetap utuh.

Putaran itu kemudian dilepas, menyebabkan Vel terbang tepat kearah trotoar jalan yang sudah sangat rusak, ia harus percaya diri untuk saat ini.

Ini tidak sama dengan kejadian yang dulu..

Vel akhirnya berakhir jatuh di trotoar dengan beberapa luka kecil di wajahnya akibat benturan yang hebat.

Akhirnya Vel tertawa dengan sangat puas, dalam posisi tengkurap ia tertawa. lalu kemudian membalikkan badannya yang sudah sangat kelelahan.

Bintang bersinar di angkasa menyambut keberhasilannya yang spektakuler, barrier tak terlihat muncul menghalangi para Zombie untuk meraih Vel yang sudah kelelahan.

Dulu Vel tak berhasil melompat dengan sukses pada gedung tinggi itu, Vel terjatuh menyebabkannya patah tulang dan harus menginap dirumah sakit selama 1 bulan penuh.

Parkour adalah kesukaannya kala itu, ia ingin mencobanya. Dan setelah menginap di rumah sakit selama 1 bulan penuh. ke esokan harinya pun Vel akan tetap mencobanya berjuta-juta kali tanpa menyerah.

Vel remaja menganggap itu keren, faktor yang mendasari ke kerenan itu berasal dari salah satu seniornya yang gemar menjalani hobi ini.

Ia kagum dan ia ingin mencobanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang