Bab 03

9 0 0
                                    

Bertepatan hari Minggu, kini Qiela sedang berada dikamar menonton drama Korea. Sedangkan orangtua mereka sedang bekerja. Biasa, urusan dadakan.

Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk memasak mie instan sebagai pendamping tontonan. Qiela menutup proyektor dan juga laptopnya karena tahu kegiatan masaknya akan lama. Ia keluar dengan crop top hitam dan celana cargo hitam. Tapi ia menutupinya dengan cardigan hitam miliknya.

Qiela keluar kamar dan pergi menuju dapur. Qiela membuka lemari dapur. Bagaikan surga dunia baginya ketika melihat mie instan tersusun rapi dengan berbagai macam varian.

Tangannya meraih dua bungkus mie instan, dan mulai merebus air. Ia menunggu sambil memainkan smartphone miliknya. Tiba-tiba terdengar suara bel rumah. Dengan ogah-ogahan Qiela pergi menuju pintu dan membukanya.

Itu adalah anggota inti Zodiak, tak lepas dari Liana yang bersembunyi di belakang punggung Sagi. Qiela yang melihat itu pun berkata, "ngapain lu sembunyi gitu? Lagipula ga bakalan ada yang mau ngap. Masuk dah lu semua." Ucap Qiela.

"ARGA! TEMEN-TEMEN LO BERTAMU NIH! CEPETAN TURUN!" Teriak Qiela dari lantai bawah berharap manusia di lantai tiga itu mendengar. Sementara beberapa orang di sana menutup kuping kala Qiela berteriak.

Qiela pun pergi begitu saja, menuju dapur untuk melanjutkan masaknya.

Tak lama Qiela kembali ke ruang tamu untuk mengantarkan teh. Sebenarnya malas, hanya saja kebiasaan jiwa Grace memang begitu.

"Tumben, lu kasih racun apa?" Tanya Arga yang terkekeh. Qiela menatap sinis pada kakaknya, padahal yang mengundang tamu kakaknya kenapa kakaknya tak bergerak.

"Obat ke lu, biar berotak dikit. Ngundang tamu ga dikasih jamuan! Adabnya ilang." Ucap Qiela dengan ketus pada Arga. Lalu kembali ke dapur menyelesaikan masaknya, lalu pergi ke kamarnya.

Sampai didepan pintu kamarnya, dirinya heran dengan pintu kamar yang terbuka. Dan Qiela semakin dibuat heran oleh keberadaan Liana di kamarnya. Hal itu membuat Qiela marah tentu saja.

"Ngapain lu kesini?" Tanya Qiela pada Liana. Qiela meletakkan mangkuk mie di meja yang tak jauh dari tempat ia berdiri. "Lancang banget, atau emang ga pernah diajarin adab bertamu?" Ucap Qiela dengan nada ketus dan intonasi dingin. Katanya melirik tajam pada Liana.

Liana tiba-tiba memasang wajah seolah ketakutan akan perkataan Qiela, "a-aku dibolehin masuk sama kak Arga, aku pikir kak Qiela ga keberatan."

Qiela masih menatap tajam pada Qiela. Tiba-tiba Qiela memejamkan mata sambil mengepalkan tangannya. "ARGA! SINI LU!" Teriak Qiela dari kamarnya.

Arga yang sedang berkumpul dengan teman-teman satu gengnya pun menoleh ke lantai dua. Lalu berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kamar Qiela.

"Ngapa lu?!" Tanya Arga sambil memicing tajam ke arah Qiela.

"Apa maksud lu suruh nih cewek masuk kamar gue!?" Bentak Qiela. Arga hanya menatap santai pada Qiela yang tampak marah.

"Yaudah sih, daripada kumpul sama anak-anak kasian sendirian cewek." Ucap Arga.

"Heh! Gue pemilik kamarnya!! Kenapa jadi lu yang mempersilahkan!?" Marah Qiela.

"Ka-kalo kak Qiela keberatan, A-aku bisa keluar kok." Ucap Liana dengan wajah takut. Dan sok polos dan diimut-imutkan. Qiela hanya menghela napas gusar menunggu Liana pergi.

Namun, Arga menahan Liana. "Di sini aja Liana, dibawah lagi pada ngerokok, takut kamu kena asap. Lu juga! Gausah pelit-pelit napa sih." Qiela lagi-lagi menyisir rambutnya ke belakang. "Percuma ngomong sama lu!" Qiela memutuskan untuk masuk ke kamarnya dan lanjut nonton.

_________________________________________

"Wah kak, baju kakak bagus-bagus banget." Ucap Liana. Membuat kegiatan makan Qiela terhenti.

Tanpa menoleh, Qiela menegur Liana, "lancang banget lu tamu! Ga ada sopan santunnya ya, asal buka lemari orang."

Liana di sana menarik sudut bibirnya. Ya perempuan bertopeng sok polos ini memang berniat membuat Qiela jengkel. "Tapi kak-"

"Ga ada tapi-tapi! Taro baju itu lagi!! Dan.. pergi dari kamar gue sekarang!!" Ucap Qiela yang mengusir terang-terangan Liana dari kamarnya.

"Cepet pergi!! Liana!!" Tegur Qiela dengan suara tinggi. Liana tiba-tiba terisak.

Terdengar suara langkah kaki mendekat ke kamar Qiela, Qiela mendengar itu. Pemain teather handal. "Apa ini?! Liana lu apain Qiel?!" Marah Arga.

"Kok jadi lu yang marah sih?! Harusnya gue! Lu asal masukin orang lancang ke sini-" ucapan Qiela tiba-tiba terputus ketika Sagi menamparnya.

"Stop bilang cewek gue lancang!" Marah Sagi.

"Yaelah masalah baju doang! Liana, lu kalo mau ambil aja. Lagipula jarang dipakai sama--" ucapan Arga terpotong oleh Qiela.

Qiela terkekeh, "oh saking miskinnya.. sampai mau gasak baju orang? Wah wah.. gatau malu." Kini Qiela mendapat tamparan kedua dari Sagi.

"Jaga ucapan lu! Lagipula, Liana ga butuh baju lu!" Ucap Sagi setelah menampar Qiela cukup keras.

"Owh.. ngajak ribut lu!? Ayo gue ladenin!" Ucap Qiela yang tak terima. "Cowok sama ceweknya sama aja, gatau malu, cocok jadi pasangan." Ucap Qiela sambil bertepuk tangan.

"Keluar dari kamar gue! Sekarang!!!!!" Usir Qiela. Lalu Qiela mengambil kunci motornya serta helm kesayangannya. Memutuskan untuk driving. Walaupun masih pagi.

Itulah cara jiwanya menenangkan diri. Apalagi saat sedang emosi. Qiela berjalan cepat mendahului mereka setelah mengunci pintu kamarnya.

Gadis itu ke garasi dan mengambil 'blacky' untuk dibuat tancap gas. Ia mengikat rambutnya dan memakai helm. Dengan motor sport itu Qiela pergi.

_________________________________________

Qiela menyetir motor itu dengan kecepatan tinggi, itu sudah biasa dirinya lakukan saat sedang emosi. Kebetulan jalanan itu sepi membuat Qiela bebas melajukan motornya.

Deg..

Tiba-tiba Qiela merasakan sakit berdenyut pada dadanya. Mungkin karena ia terlalu terbawa emosi, pikirnya. Ia malah tak sengaja makin menarik gas motor. Ia mencoba berhenti.

BIP! BIP!

BRAK..

Qiela terjatuh dari motornya. Lalu Qiela menengok pada motor yang memberinya klakson. Ya sebenarnya salahnya juga, tapi, tajamin dulu, salah benernya nanti.

Qiela menatap pada blacky kesayangannya. Menatap lega ketika motornya tak ringsek. Hanya saja terpental cukup jauh. Pemotor itu membuka helmnya. Itu Arion.

Arion menghampiri motor Qiela. Qiela membuka helmnya. Dan masih terduduk di pinggir jalan.

"Nih." Ucap Arion yang memberikan kunci motor Qiela pada Qiela. Qiela menerimanya dengan, sedikit judes.

"Kalo badan ga stabil gausah driving." Ucap Arion pada Qiela. Arion duduk disamping Qiela, di trotoar jalan yang sepi itu. Arion menyingkirkan rambut Qiela yang menghalangi wajahnya, dan melihat ujung bibir Qiela yang berdarah.

Aneh, kenapa bukan kepalanya? Tapi itu nampak bukan luka karena jatuh. Karena pipinya juga memerah seperti baru ditampar. Arion mengeluarkan plester dari sakunya. Maklum saja, dia anak geng motor yang tak lepas dari pertikaian fisik.

"Lu anaknya suka baku hantam?" Tanya Arion sambil menempelkan plester pada sudut bibir Qiela. Qiela menggeleng, Arion hanya menatapnya, sebenarnya sebagai pertanyaan, "terus apa?"

"Kena tampar sama bocah laknat." Jawab Qiela. Arion mengerti siapa yang dimaksud Qiela. "Lagian lancang banget ceweknya bertamu, malah gue yang kena! Gue juga ga habis pikir sama Abang gue, malah belain ceweknya Sagi. Ga mikirin perasaan adeknya." Gerutu Qiela panjang kali lebar. Arion hanya diam mendengarkan.

"Curhat lu?" Tanya Arion. Qiela menatap tajam pada Arion. "Terus tadi motornya jadi zig-zag lajurnya gara-gara emosi? Konyol." Sambung Arion.

"Kalo itu kayaknya gara-gara.. entah mana gue tau. Tiba-tiba dada gue nyer-nyeran gegara patah hati." Ucap Qiela. Arion menatapnya heran sekaligus mengisyaratkan bahwa Qiela itu lebay.

"Gue.. boleh tanya sesuatu ga?" Tanya Qiela.

Grace In QielaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang