Regulus baru saja datang ke kantin. Haris tentu sedikit kaget dengan ricuh yang disebabkan wakil Zodiak yang mengamuk. Memang biasanya geng Zodiak lah yang paling sering ribut, itu pun disuarakan oleh Sagi.
"Sialan Qiela! Bukannya berubah malah tambah buruk!!"
"Harus gue samperin tuh bocah!"
Haris menatap heran. Lalu duduk ditempatnya, menatap pada ketua Phoenix yang tempatnya sedang sepi. Menggerakkan jarinya untuk bertanya melalui kode Morse. "Kenapa lagi tuh anak? Biasanya lu yang paling tau informasi."
"Qiela ratu bully berulah lagi." Jawab Altair menggunakan kode Morse. Setelah itu Haris kembali menengok ke arah Zodiak. Anggota itu begitu solid, seolah ketuanya adalah Sagi. Ketua aslinya tak ingin bergerak atau menjawab.
Raya sang adik pun menyiku lengan kakaknya. Membuat Arion menatap padanya. Arion menatapnya. Raya pun berkata, "Kak Qiela katanya dadanya sakit kan? Aku jadi khawatir, gimana kalo ini cuma akal-akalan kak Liana doang?"
Jujur sebenarnya kini Arion sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Arion bingung apa yang harus ia lakukan. Satu sisi ia membenci perilaku bully, tapi di sisi lain ia merasa keganjilan atas kasus itu. Apalagi setelah melihat kejadian Qiela yang lehernya terkena tumpahan Kuah seblak.
"Gue kira, lu berubah Qiela.." batin Arion yang tampaknya kecewa. Namun ia tetap mempertahankan raut wajah tegasnya. Raya kembali mencolek lengannya. Membuatnya menoleh pada Raya.
"Kak Qiela sekarang ga mungkin bully orang. Apalagi kak Liana.. Kak, please.. help her." Ucap Raya dengan nada memohon. Haris menatap padanya dengan tersenyum, sambil menggerakkan jarinya. "Lakuin aja, itu kan mau adek lu."
Arion menghela napas gusar, lalu berdiri. Sejenak menepuk pucuk kepala adiknya tanpa melihatnya, "gue bakal liat. Lu tetap di sini." Ucapnya. Membuat senyuman Raya mengembang seketika. Haris hanya terkekeh melihat ekspresi adik Arion itu.
_________________________________
"Yang kemaren dia ngga sengaja sialan! Lu niat ngebales kan!!" Ucap Sagi yang mulai main tangan pada Qiela, dengan menamparnya. Qiela hanya menatapnya tajam. Namun tak bisa melakukan apapun karena masih merasa sakit pada dadanya.
"Sialan nih badak air!!" Batin Qiela.
Bagi Qiela sebenarnya tak masalah dengan tamparan itu. Ujung bibirnya berdarah, tapi dia kesal bukan karena luka, tapi karena penghinaan yang kedua kali oleh Sagi.
"Mau lu apa sih? Berbekal aduan mereka, lu bisa hajar gue seenaknya." Ucap Qiela dengan suara tegas. Tak ada getaran atau intonasi ketakutan seperti Qiela yang sebelumnya. Qiela kelihatan lebih tenang dan tidak mudah terpancing emosi untuk saat ini. Tapi, bukan saat yang tepat jika mengusiknya lebih jauh.
Arga, "kayaknya gue emang ga ada dasar buat percaya sama lu, lu--" ucapan Arga dipotong oleh Qiela.
"Gue ga berubah? Gue akui diri gue yang dulu seburuk itu, tapi buat sekarang. Okay, gini aja--" ucapan Qiela terhenti ketika Sagi menarik kerah bajunya.
"Gausah dramatis, kesalahan lu yang dulu. Bakalan buat apapun yang lu lakuin sekarang itu salah. Cewek caper!" Ucap Sagi dengan ketus, lalu mendorongnya cukup keras.
Qiela dapat merasa denyut itu makin kencang dan makin membuat dadanya sakit. Mungkin karena dorongan emosi juga. "Sialan! Mana gue tempramental banget sebelumnya, dada gue sakit bet, apa ini yang namanya sakit hati?Tenang Grace Qiela."
"Lu cewek? Ringan tangan banget." Ucap Arion tanpa ragu sambil mencengkram lengan Sagi. Sagi menatapnya tak suka.
"Urusan lu apa sial!?" Jawab Sagi yang terbawa emosi. Liana pun mulai menahannya, "u-udah Sagi.. a-aku cuma luka gores doang kok. Ga-ga ada masalah."
Niatnya memang ingin makin menyulut, dengan ucapan 'luka gores' saja sudah cukup untuk menyulut emosi Sagi pada Qiela. Sagi kembali meraih lengan Qiela.
"Sialan!! Berani-beraninya lu!! Pake senjata tajam ke Liana!? Fine, bakalan gue bales dua kali lipat!" Ucap Sagi yang merogoh saku jas sekolah. Sementara Arion dapat melihat pucatnya wajah Qiela.
Arion yang kepalang kesal pun menarik Sagi menjauh, lalu memberi satu bogem pada Sagi. Membuat suasana makin panas.
Kegaduhan tak terelakkan. Namun, Qiela tiba-tiba seolah melihat bayangan seorang Zelvan yang sedang bertengkar dengan kakak kandung Grace. Getaran dan denyutan itu makin kuat. "Ga, lu ga boleh gila Qiela! Grace! Don't be insane!!"
"Cukup!!!" Ucap Haris dan Alvaren yang baru datang dengan suara yang menggema di sepanjang koridor.
"K-kak Varen, tolong hentiin Sagi." Ucap Liana yang memohon. Sekaligus mencari pembelaan. Bukannya menoleh Varen justru seolah mengacuhkan keberadaan Liana.
"Bisa ga sih jangan gila!? Capek tau gak! Kalo mau belain cewek lu jangan bawa-bawa nama zodiak! Kalo ada perseteruan bakal ribet, inget.. di sini ketuanya gue, bukan lu." Ucap Varen yang menegur Sagi. Sagi hanya diam tak berkutik di depan Varen. Namun masih menggenggam tangannya.
"Q-qi! Lu pucat banget! Maaf ya, gue malah ga bisa temenin lu pas cowo stress ini dateng." Ucap Lauren yang memeluk Qiela yang sedikit gemetar saat itu. Qiela tak bereaksi.
"Gue fine. Lagipula gue tau lu ada urusan OSIS." Ucap Qiela. Lauren memeluknya erat.
"Lu ga lupa sama keinginan adek lu kan? Jangan nyakitin diri sendiri." Ucap Haris pada Arion sembari menepuk punggung Arion. Sementara Arion menengok pada Raya yang mengintip. Arion terkekeh.
Keributan mereda dengan dipisahkannya Sagi dan Arion. Qiela menarik lengan jas yang dikenakan Arion. Membuat Arion menengok padanya. "Kenapa?"
"Di UKS ada nebulizer ga?" Tanya Qiela. Arion menatapnya dengan lekat. "Gue.. sesak nafas sekarang."
"Ada." Tiba-tiba Arion berjongkok dengan punggungnya yang menghadap ke arah Qiela. "Jangan jalan, gue gamau ambil resiko." Ucap Arion. Padahal baru saja Qiela ingin bertanya apa maksudnya.
______________________________________
Di UKS sekolah.
"Lu gamau periksa ke rumah sakit aja?" Tanya Arion. Qiela menggeleng. Dirinya masih terbayang perkelahian antara Sagi dan Arion.
Tiba-tiba saja Qiela menangkap wajah Arion, melihat kiri dan kanan. Arion bingung, tapi memutuskan untuk terdiam sejenak.
"Lu ga kenapa-kenapa kan? Ga ada luka kan?" Tanya Qiela dengan intonasi penuh kekhawatiran. Arion menggeleng.
"Are you sure? I'm sorry, it's my mistake." Ucap Qiela. Wajahnya yang biasa namun matanya menyiratkan kekhawatiran mendalam. Arion dapat melihat itu. Arion duduk di sebelah Qiela lalu memeluk Qiela.
"Ga ada masalah sama gue." Ucap Arion sembari menepuk punggung Qiela dengan pelan membiarkan Qiela tenang sejenak.
Lauren? Menatap itu dari pojokan sambil merenungi nasib. "Jomblo cuma bisa nyimak."
"Lu mirip banget Zelvan Arion.. what if i have crush on you.. but looking as Zelvan?" Batin Grace. "Orang ga sama sekali ga pernah gue hargai cintanya, sekalinya terpisah entah kenapa gue kangen sama anak sastra itu.." batinnya.
.
.
.Varen itu gimana ya orangnya🫥
Haris bijak sih😎 kayak Au-nin banget
Obaybay GIAIKYU-PREN!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Grace In Qiela
RandomJiwa Grace tetap hidup meski tak ditubuhnya. Raganya bukan raga dirinya yang dulu. Kehidupannya juga secara instan berbeda setelah mengalami hal aneh itu. Grace sedikit merasakan kehangatan dan kebahagiaan mengalir dalam dirinya.