Mas dan Kisahnya
Bisa bertemu ? Dimana saja, terserah.
Baik.. Sore nanti jam 17 : 47
-----
Aku bersedia menemui kamu untuk
menjernihkan semua masalah yang ada.
Sekarang apa mau mu, katakan.
Tidak banyak. Aku hanya meminta kau menjaga Enyza dengan baik. Itu saja.
Kau tidak perlu mengajariku, Mas. Aku ini suaminya. Apa semua ini kurang jelas ?
Faz.. Bukan begitu maksudku.
Lalu apa ? Apa belum cukup bertahun tahun kau mengusiknya.
Aku tahu. Maka itu maafkan aku.
Tidak ada tanggapan dari Fazli
Kesalahanku sudah terlampau banyak.
Malaikat mana yang sudah merasuki tubuhmu sehingga kau bisa berbicara setenang itu ?
Aku tidak sedang bergurau dengan ucapanku sendiri, Faz.
Kami tidak sedarah, tidak saling mengenal dan hanya dibesarkan oleh orang yang sama.
Tanpa tali persaudaraan yang murni laiknya Kakak dan Adik kandung. Ketika kecil semua
berjalan seperti apa yang Papa Dito kehendaki. Dan Ketika dewasa, ada rasa ingin menentang
dan semua hal yang tidak pada tempatnya kulakukan. Bahkan hingga kalian menikah.
Ada hati yang tidak rela.
Setelah tujuh setengah tahun berjalan dan merenggangnya keakraban dimasing-masing kami.
Bahkan sampai pada kedua orang tua kami.
Barulah Aku mengiyakan semua kesalahan ini berawal dari diriku sendiri.
Enyza adalah adikku yang terlahir dari keluarga ini secara tidak langsung sama sepertiku.
Kalau kau berkenan, sampaikan rasa bersalahku dan permohonan maafku pada istrimu.
Ezar menjeda kalimatnya beberapa saat.
Fazli sekali lagi tidak punya tanggapan yang berarti atas ucapan iparnya itu.
Aku tidak memintamu agar aku bisa bertemu Enyza. Tidak.
Sampaikan saja permohonan Maaf ini.
Satu-satunya yang begitu mencolok menurut Fazli adalah perubahan Fisik dari Ezar
dan seorang putri kecil yang duduk disudut kafe di jaga oleh tiga orang bodyguard
yang tentu saja tak asing lagi dimatanya.
Ini untuk kau ketahui, Mas. Aku tak pernah melarangnya bertemu dengan siapa saja.
Termasuk keluarganya sendiri. Tapi rasa takutnya lebih besar dibanding rindunya.
Itu semua salahku, Faz. Maafkan aku, sekali lagi.
Sungguh. Fazli tak tahu harus bagaimana
Sampaikan salamku pada istrimu dan ketiga keponakanku.
Sebentar lagi akan menjadi Empat, Mas
Syukurlah.. Aku turut senang mendengarnya. Selamat.
Ezar mencoba untuk tidak terlihat lemah didepan adik iparnya. Tapi apa daya.
Sesekali tampak ia mengusap dadanya dan terjeda batuk dibeberapa penggalan kalimatnya
Itu Aflynnsha, putrimu ?