9

3 0 0
                                    

Light

Papa Yakin ?

Sangat.

Tapi aku bukan anak kandung Papa.

Apa memimpin perusahaan harus ada bukti akta lahir sebagai anak kandung ?

Ezar tidak berani, Pa. Serahkan pada orang lain saja. Ini terlalu berisiko.

Aku.. Papa langsung yang menunjukmu.

Terima kasih, Pa. Tapi Ezar tidak bisa memegang jabatan itu, sementara Ezar sendiri masih terikat kontrak di tempat lama. Tidak mungkin Ezar lari dari tanggung jawab, Pa.

Terlebih Ezar jelas takut menyalah gunakan jabatan apalagi bagi yang tidak punya ikatan darah. Tentu akan jadi sorotan tajam dari siapa saja. Kalaupun aku ambil kesempatan ini, Apa Papa tidak takut kalau Ezar akan bermain api ?

Aku tidak sehari dua hari hidup bersama istri dan anak anakku. Puluhan tahun bahkan.

Kalau pun sampai berani melakukannya itu, artinya, kamu..Zar,
sudah tidak lagi menganggap kami sebagai orang tuamu.

Dari hari pertama Ezar melewati gerbang itu, Kau sudah kujadikan anakku begitupun Enyza.

Terima saja Nak...

Tapi Ezar tidak siap, Pa

Lalu kamu akan siap dengan cara apa ?

Ezar ingin bertahan dikantor tersebut.

Maaf kalau Ezar mengecewakan Papa dan memutus harapan Papa untuk bisa melanjutkan bisnis yang sudah ada sejak lama.

Ezar takut salah langkah, lagi pula Ezar sudah menerima tawaran untuk dipindah tugaskan dalam waktu dekat.

Pindah tugas ? sahut sang Ibu

Benar, Ma.

Kenapa tidak cerita pada kami, Nak ?

Maaf Ma, Ezar tidak ada maksud untuk buat Mama dan Papa terkejut begini.

Setelah Enyz, kamu juga ingin pergi ?

Ini karena tugas, Pa. Bukan Ezar sengaja untuk pergi begitu saja. Pun masih satu minggu lagi.

Toh minggu depan, Enyz akan kemari.
Fazli kan katanya mau pindah ke Jakarta.

Kalian ini kenapa ? Kenapa saling menghindar ?

Pa.. Ma.. Ezar masih disini. Kami ini bersaudara jadi tidak mungkin saling menghindar.

Jelaskan Pada Papa, apa yang tidak kami ketahui.

Kenapa seperti ada sesuatu yang belum selesai diantara kamu dan adikmu ?

T-tidak ada. Itu hanya...

Kamu menyukai adikmu ?

O-oh.. kenapa Papa berpikir demikian ?

Tentu tidak, Pa. lanjut Ezar gugup

Zar.. Lihat Papa.

Ia diam seribu bahasa.

Zar.. Jawab Papa.

Dimana ketegasanmu yang tadi ?

Kemana hilangnya ?

Jawab Papa .. Frans Ezar !

Mas.. Tya memegang tangan kanan suaminya.

Jangan... Mas.. Aku mohon.. Jangan

Ia akhirnya berdiri dibelakang Frans untuk menahan tangan suaminya.

Sudah cukup Mas. Cukup. Tidak ada gunanya kamu melampiaskan kemarahan seperti ini.

Ezar & EnyzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang