Matahari pagi telah datang, namun tidak mengusik seorang gadis yang tengah menghitung dombanya.
TOK TOK TOK
"WOI KEBO BANGUN LO, TUH SI REVAN UDAH DIBAWAH."
Suara ketukan di susul teriakan nyaring itu menggema di lantai dua, kamar Gerald dan Azalea berada. Ada juga ruangan lain seperti ruang Gym, kamar tamu, dan ruangan khusus tempat properti KPOP Aza dan Sinta.
"KALO LO GA BANGUN GW BAKAR POSTER PELASTIK LO!" suara itu terdengar lagi, namun masih belum mengusik tidur gadis dibawah selimut itu. Malah memposisikan badannya di posisi ternyaman.
Gerald, yang sedari tadi teriak membangunkan Adiknya menyerah. Pagi-pagi selalu saja teriak untuk membangunkan Gadis kebo itu.
Dirinya menuruni tangga menuju meja makan, disitu sudah ada Revan. Gerald memang sudah mempercayakan Aza ke Revan. Jika Gerald hanya bisa menjaga Aza dari jauh, maka biarlah Revan yang menjaga Aza dari dekat.
Sebagai seorang pacar untuk Aza?
"Coba lo yang bangunin si kebo." Revan mengangguk dan berjalan menaiki tangga menuju kamar Aza.
Mengetuk pintu dahulu, namun tidak ada sahutan dari dalam. Revan mencoba membuka pintu dan berhasil pintunya tidak dikunci. Lalu kenapa Gerald tidak masuk saja tadi?
Revan membuka pintu matanya menatap kasur yang berantakan, namun tidak ada gadis itu disana. Gadis yang dua hari ini mengganggu pikirannya.
Dia memilih duduk di sofa yang ada di kamar itu, diatasnya ada poster KPOP besar. Dan di meja sudut banyak deretan benda persegi berbagai warna, Revan mengira itu buku namun seperti kotak. Revan tidak tahu itu apa.
Revan menoleh ke arah kamar mandi yang terbuka, menampilkan seorang gadis dengan hanya menggunakan handuk yang melilit tubuh mungilnya. Revan membulatkan mata dan lansung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Aza melotot kala melihat orang asing dikamarnya, tapi tunggu. Itukan Revan. Oh tidak! kenapa dia ada disini?
"NGAPAIN KAKAK DISINI, AAAAA MAMAH! KAK REVAN MAU MESUM."
Revan mengusap telinganya mendengar teriakan menggelegar itu. Untung Revan sudah menutup pintu dan sepertinya kamar Aza kedap suara, jadi tidak ada yang mendengar teriakan Aza.
Tersenyum miring, Revan mendekat kearah Aza dirinya berniat ingin iseng sedikit.
Aza mundur kala melihat Revan semakin mendekat ke arahnya.
"Kakak mau ng-ngapain!" Aza semakin memundurkan langkahnya dengan masih memegang erat handuknya.
Aza jatuh terbaring dikasur, Revan menyeringai menjatuhkam badannya di atas tubuh Aza dengan kedua tangannya menahan di dua sisi.
Revan mendekatkan wajahnya ke leher Aza, mencium wangi Vanilla yang Revan suka.
"Lo wangi, gw suka."
CEKLEK
Pintu terbuka menampilkan Sinta yang berdiri mematung, Aza yang sadar lansung mendorong Revan yang ada di atasnya.
Sinta kaget dengan apa yang dirinya lihat barusan. Menatap Aza dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.
Revan gelagapan di tempat, niatnya tadi hanya menjahili Aza sedikit. Tapi sekarang, astaga.
...
Suasana mencekam menguasai ruang keluarga rumah Aza saat ini. Jay yang biasanya receh sekarang terlihat serius.
Aza, Revan tidak ke sekolah karena ada masalah yang harus mereka selesaikan sekarang. Sedangkan Gerald sudah berangkat dari tadi.
Sinta masih diam, masih tidak percaya dengan apa yang dirinya lihat tadi. Anaknya Aza bersentuhan intim dengan pria bukan muhrimnya.
"Kalian tahu apa kesalahan yang kalian lakukan?" Jay membuka keheningan dengan pertanyaan yang ditujukan untuk Aza dan Revan.
Revan menatap Jay dengan wajah yang serius "Saya tahu Om, saya akan mempertanggung jawabkannya. Tapi saya berani bersumpah kalau saya nggak ada niatan buat sentuh Aza."
Revan tidak tahu kenapa dirinya mengatakan itu, namun hatinya seakan menyuruhnya berkata jikalau dirinya harus mempertanggung jawabkan yang dia lakukan.
'Berani berbuat, berani bertanggung jawab'
Sinta menatap Revan dan Aza dengan senyum lebar, Aza mengernyitkan dahinya seolah bertanya. Ini tadi mamahnya kayak orang paling tersakiti sedunia sekarang malah senyum lebar.
"Alhamdulillah, aku mau nelpon Jeng Hana dulu. Mau ngasih tahu kalau ponakannya udah setuju mau nikah sama anak aku," ucapnya dengan mengeluarkan handphone dari saku dasternya.
"HAH?" Kompak Aza dan Revan.
Sebenarnya apa ini? Kenapa Tante Sinta menyebut nama Tantenya?
Wajah Jay kembali seperti sedia kala, menyebalkan dan rese. Jay menatap Aza dan Revan lalu tertawa terbahak bahak.
"HAHAHA, kalian pasti tegang kan tadi?" Jay masih tertawa menghiraukan tatapan bertanya dari dua anak muda itu.
Sinta kembali dari dapur, tadi dirinya mengabari tante Revan bahwasanya Revan setuju menikah dengan Aza.
"Kalian jangan kaget, sebenernya Mama sama Ayah Revan sudah berencana menjodohkan kalian sebelum kalian kenal secara sendirinya," ucap Sinta menjelaskan.
"Tapi kita nggak berani kasih tahu kalian, eh malah kalian ke gep sama Mamah. Yaudah bikin drama dulu dikit."
Aza membolakan matanya, sedangkan Revan memijat pelipisnya. Tidak habis fikir dengan isi otak keluarga Pratana ini.
Diluar memang terkenal seperti keluarga harmonis pada umumnya, tapi diluar dugaan ternyata manusianya non akhlak semua.
"Maksud Mamah, aku dijodohin sama Kak Revan?" tanya Aza
Sinta mengangguk mantap, menggenggam tangan Aza membawanya ke pangkuannya setelahnya menarik tangan Revan dan diletakkan di atas tangan Aza.Tersenyum hangat menatap keduanya "Mamah harap kalian terima yah, terutama kamu Aza. Mamah mau yang terbaik buat kamu, dan menurut Mamah Revan orang yang tepat. Revan tadi udah terlanjur janji bakal tanggung jawab karena udah grepe-grepe kamu juga."
Sungguh! kalimat terakhir membuat Aza lansung mencubit Revan yang ada di samping kirinya dengan satu tangannya.
Diam-diam Revan tersenyum tipis, Revan akui dia sangat senang. Aza selalu menghantui pikirannya setiap malam dan sebentar lagi Aza akan menjadi miliknya. Revan memang masih tidak tahu perasaan apa yang sekarang dia rasakan, tapi jujur dirinya nyaman didekat gadis ini. Mungkin ini baru benih-benih cinta?

KAMU SEDANG MEMBACA
Revaza
Novela Juvenil"Dia temennya Abang, Pah." Aza yang menjawab. Jay menatap Gerald dibalas anggukan olehnya. "Terus kenapa tadi dia nelponnya ke kamu, bukan ke si Geri?" Selidik Jay. "Saya pacar Aza, Om." Revan angkat bicara dan menatap Jay. Aza melototkan matanya me...