Seorang Gadis dengan masih menggunakan seragam sekolahnya termenung di atas tempat tidurnya. Dengan boneka Panda besarnya di dalam dekapannya gadis itu terus melamun memikirkan kejadian barusan.
Kenapa dia harus berumah tangga di usia yang masih muda ini? bagaimana nanti jika Revan KDRT dengannya? bagaimana jika Revan bosan dan lansung menceraikannya?
Jujur Aza nyaman berada di dekat cowo itu, namun Aza juga ragu akan perasaannya. Apa Revan juga nyaman didekatnya? apa Revan hanya pura-pura didepan keluarganya? Aza takut.
Aza menghelah nafas kasar setelahnya beranjak untuk mengganti pakaiannya dedan baju santai. Saat membuka lemari pakaiannya, pintu kamarnya terbuka menampilkan cowo tampan yang menjadi sumber kecemasannya.
"Mau ganti baju? gw keluar dulu."
"Gapapa, aku gantinya di kamar mandi. Masuk aja,"
Revan mengangguk setelahnya masuk dan duduk di sofa, pikirannya kembali mengingat kejadian tadi dimana dirinya ter gep dengan mama Sinta. Sungguh! dirinya malu. Namun dirinya juga senang akan hal itu.
Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Aza dengan kaos Oversizenya dan celana pendek yang ia kenakan. Cantik! pakai pakaian apapun Azanya selalu cantik dimata Revan.
Revan melambaikan tangannya mengisyaratkan Aza untuk duduk di sampingnya. Setelah Aza duduk dirinya lansung mengenggam tangan Aza erat dan menatap manik coklat milik Aza lekat.
"Gw tau, lo belum sepenuhnya terima perjodohan ini. Tapi lo harus tau gw nyaman kalo ada dideket lo, wajah lo selalu terbayang di pikiran gw setiap malem. Gw gatau ini perasaan apa tapi yang jelas gw nyaman sama lo."
Aza terdiam, tangan yang satunya dia letakkan di atas tangan Revan yang menggenggamnya.
"Maaf, kak. Tapi aku belum ngerasain apa-apa kalau ada dideket kakak," jawab Aza jujur.
"It's okay, gw bisa bikin lo nyaman sama gw."
Revan melepaskan genggaman tangannya dan lansung mengangkat tubuh mungil Aza keatas pangkuannya. Aza memekik kaget sungguh ini sangat intim!
"KAK!"
Saat Aza berontak ingin turun Revan semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Aza. "Gini dulu, wangi lo mirip nyokap gw. Dan gw suka."
"Tapi kak, nanti ketahuan Mama lagi. Aza malu!"
"Gapapa biar lansung di nikahin besok," ucapan Revan membuat Aza mencubit lengan Pria itu dengan kencang.
"Awshh sakit Za, belum nikah aja lo udah KDRT gimana kalau udah nikah." Revan meringis pelan, sebenarnya tidak sakit sama sekali tapi dirinya hanya drama sedikit.
Aza pasrah dan membiarkan Revan terus memeluknya. Tak lama terdengar dengkuran halus, Revan tidur.
Dengan segera Aza membaringkan kepala Revan kesandaran sofa. Tidak sengaja menatap wajah Revan lekat. Alis tebal, bulu mata panjang, hidung mancung, dan bibir tebal. Tampa sadar Aza mengelus rambut panjang Revan.
Saat Aza igin beranjak dari pangkuan Revan, tangan kekar menarik tubuhnya kembali dan lebih mengeratkan pelukannya.
"Elusin lagi," pintah Revan dengan nada sedikit merengek.
Aza terkekeh, lucu sekali! pikirnya.
Revan yang melihat itu gemash, dan setelahnya lansung menarik tengkuk Aza. Mengecup sekilas bibir pink Aza.
Cup
Aza membulatkan matanya, kanget. Sungguh Revan mengambil Firts kissnya.
"Ih! Kak Revan, ini tuh buat suami Aza nanti."
Revan menatap Aza tajam. "Gw calo suami lo, kalau lo lupa."
Aza menatap mata Revan polos. Lucu banget sih! rasanya ingin Revan kurung seharian dikamarnya. Ah, nanti dia akan meminta Ayahnya untuk mempercepat pernikahannya saja.
"Hehe, lupa. Maaf yah Mas calonnnn," ucapnya seraya cengengesan dan lansung menenggelamkan wajahnya di dada bidang Revan. Malu!
Mengelus rambut Aza lembut. "Katanya tadi laper, kok sekarang malah peluk gw." Aza mendongak, setelahnya lansung beranjak dari pangkuan Revan dan berlari kecil keluar kamarnya. Revan lagi-lagi terkekeh.
Ting
Itu suara dari HP Revan, segera dirinya mengambil HPnya di atas meja lalu memeriksa siapa yang mengirim pesan kepadanya. Nomor tidak dikenal, siapa ini?
+62xxxx
Selera lo boleh juga, buat gw sabi lah. Haha.
Revan mengerutkan keningnya. Siapa ini? dan yang dia maksud selera Revan itu Aza? atau siapa?
Dirinya mengepalkan tangannya, wajahnya memerah menahan amarah. Pikirannya terarah dengan satu nama, apa dia kembali? setelah merenggut orang yang paling berpengaruh dalam hidup Revan? dan sekarang dia ingin menganggu Aza juga? sungguh! tidak akan Revan biarkan orang ini menyentuh Gadisnya bak seujung kuku pun.
Ceklek
Revan tersandar dari lamunannya, menoleh ke arah pintu dan mendapati kepala Aza dibalik pintu yang tengah menatapnya dengan senyum manisnya.
"Kak, makan dulu yuk! tadi Mama masak ayam kecap," ucapnya mengajak Revan makan.
Revan mengangguk lalu berjalan kearah Aza, mengenggam tangan mungil itu lalu berjalan menuju lantai bawah.
Mengenai orang itu, akan Revan pikirkan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revaza
Novela Juvenil"Dia temennya Abang, Pah." Aza yang menjawab. Jay menatap Gerald dibalas anggukan olehnya. "Terus kenapa tadi dia nelponnya ke kamu, bukan ke si Geri?" Selidik Jay. "Saya pacar Aza, Om." Revan angkat bicara dan menatap Jay. Aza melototkan matanya me...