I;

158 11 1
                                    

Koo sudah bekerja dengan Rocky untuk waktu yang sangat-sangat-sangat lama sampai akhirnya dia bisa begitu paham dengan tingkah laku bossnya itu.

Wanita harus diperlakukan dengan baik. Wanita harus mendapat makanan dan tempat tinggal yang layak. Wanita harus selalu bahagia.

Tapi, siapa yang akan menyenangkan dan merawat Rocky? Okay, laki-laki memang harus memperlakukan wanita dengan baik tapi, laki-laki juga harus diperlakukan dengan baik juga, benarkan? Adil?

//

"Rocky, kau baru saja tertusuk pisau. Bisakah kau duduk sejenak dan biarkan aku yang merawat luka robekmu jika kau tidak mau ke rumah sakit atau klinik." Koo menunjukan kotak obat pada Rocky yang masih duduk di sofa dengan jubah serba putihnya yang kini setengahnya sudah bewarna merah.

"Lukanya tidak terlalu dalam. Sebentar lagi Club akan buka. Aku mau ikut mengawasi disini." Rocky mengambil cerutunya dan mulai memotong ujungnya. Ia membakar ujung itu dan menghisap ujung yang lain. Kepulan asap pekat berhembus saat Rocky menghela nafas.

"Benar. Tapi para gadis akan khawatir jika melihatmu terluka." Koo tidak ingin menggunakan 'gadis' sebagai alasan, namun hanya itu yang bisa membuat Rocky berubah pikiran.

"Kau benar. Mereka bisa ketakutan dengan ini." Rocky terlihat murung untuk sesaat sebelum akhirnya Rocky bangkit berdiri dan berjalan ke ruangan pribadinya.

Koo kemudian mengikuti langkah Rocky dan ikut masuk ke dalam.

Di ruang pribadi ini, peralatan kesehatan cukup lengkap mengingat Rocky yang keras kepala dan tidak pernah mau meninggalkan Heaven Club barang sedetikpun kecuali untuk alasan mendesak.

Koo membantu melepaskan jubah putih milik Rocky dan menaruhnya di salah satu meja. Ia berdiri di hadapan Rocky dan melepaskan kaitan kancing yang rumit dari pakaian Rocky. Berharap pikirannya tidak mengambil alih untuk mencium bibir Bossnya.

"Koo."

Suara Rocky mengalihkan lamunan Koo meski tangannya masih sibuk bekerja. "Ada apa?" Tanya Koo.

"Menurutmu apa kita sebaiknya pindah lokasi lagi?" Tanya Rocky.

Koo jelas ingat Bossnya sering kali membahas masalah ini. Terlebih ketika Might Warrior dan Doubt pernah membuat keributan di tempat mereka. "Itu ide bagus."

Koo melepaskan kemeja Rocky dan menahan diri untuk tidak memperhatikan tubuh Bossnya yang penuh luka. Banyak sekali bekas luka di tubuhnya dan Koo tidak tahan untuk tidak mengusap setiap bekas luka yang menghiasi tubuh Rocky, mungkin juga menciumnya agar Rocky percaya bahwa Rocky masih tetaplah indah dan layak untuk menerima kasih sayang.

Koo meraih kotak obat dan membukanya, meraih sepasang sarung tangan karet dan memakainya. Ia mulai menuangkan alkohol di atas kapas dan mengusap bekas luka robek Rocky dengan hati-hati.

Rocky mendesis kesakitan saat rasa perih itu begitu menyengat. Koo menyiapkan obat bius dan menyuntikkan obat bius itu di pinggang Rocky.
Koo mulai berkutat dengan benang dan jarum lalu menjahit luka robek di daerah pinggang Rocky.
Setelah itu, Koo dengan cepat membalut pinggang Rocky dengan perban dan memakaikan kemeja putih lain yang lebih longgar di tubuh Rocky.

Rocky mengerjabkan matanya dan ia cukup lelah sebenarnya. Mungkin pengaruh obat bius tadi? Rocky tidak begitu paham.

"Mari." Koo menawarkan tangannya namun Rocky menepisnya halus.

"Ayolah Koo, aku tidak selemah itu." Rocky dengan hati-hati berjalan ke tempat tidurnya dan membaringkan dirinya. "Bangunkan aku lima menit lagi." Ucap Rocky sebelum akhirnya ia terlelap.

Koo sebenarnya tidak senang menyuntikkan dosis bius cukup banyak pada bossnya ini, tapi hanya ini kesempatan satu-satunya bagi Koo.

Kesempatan bagi dirinya untuk memuja Rocky dan menyenangkan dirinya sendiri.

Koo berjalan menuju pintu dan menguncinya. Ia melepaskan sarung tangan karet yang ia gunakan dan membuangnya ke tempat sampah.

Koo melepaskan kaitan kancing kemejanya dan merangkak naik ke atas Rocky. "Darling." Lirih Koo dengan penuh pemujaan bagi bossnya.

Koo menunduk untuk mencium sudut bibir Rocky. Aroma nikotin ini membuatnya mual namun entah kenapa ia kembali mencium bibir Rocky lebih lama. Bibir Rocky sedikit terbuka dan Koo menakup pipi Rocky saat ia semakin intens mencium bibir Rocky. "Mmh- Rocky-" Koo perlahan naik ke atas Rocky dan duduk di atas perut Rocky.

Ciuman Koo semakin liar saat kini ia menggesekkan miliknya yang mulai mengeras di atas Rocky. "Nnhh- mmhh-" Koo menahan desahannya saat kejantanannya kini berkedut kuat.

Sial. Ia tidak ingin berhenti.

Sebelum kejantanan meledak, Koo menarik diri dan bergegas menuju kamar mandi. Ia menuntaskan dirinya sendiri sembari menghirup aroma Rocky di kemeja yang ia tanggalkan tadi. "Oohhh sial- sial-" Koo mengumpat keras saat ia klimaks dan ceceran cumnya menodai kemeja itu.

Koo menarik nafasnya dengan tersengal. Ini tidak cukup. Ia ingin lebih. Koo membersihkan diri dan membuang kemeja itu ke dalam mesin cuci dan menyalakan mesin itu. Ia kemudian berjalan keluar dari kamar mandi dan bersikap seolah tidak ada apapun yang terjadi.

Rocky masih terlelap dan Koo memilih untuk keluar dari kamar dan membiarkan bossnya beristirahat sebelum dirinya hilang kendali lagi.



















Tbc-

Loyalty; [ Rocky x Koo ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang